MAKALAH PLEBOTOMI
“Jumlah Sampel Berdasarkan Jenis Pemeriksaan Kimia dan
Serologi”
Dosen Pengampu : Nurhaeni,
S.ST, M.Si
Disusun
Oleh :
Deby Rizkika Putri
(1 6 1 3 3 5 30 13)
Bismillahirahmanirrahim.
Puji
syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah yang
berjudul “Jumlah Sampel Berdasarkan
Jenis Pemeriksaan Kimia dan Serologi” ini dengan tepat
waktu. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah plebotomi yang telah memberikan bimbingan dalam
menyelesaikan makalah ini dan juga kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini. Adapun tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah plebotomi
dengan pokok bahasan Jumlah Sampel
Berdasarkan Jenis Pemeriksaan Kimia dan Serologi.
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah masih banyak kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis ucapkan mohon maaf atas segala
kekurangannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Aamiin.
Bandar Lampung, 07 November 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR
ISI....................................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang................................................................................................. 1
1.2.
Rumusan masalah............................................................................................. 2
1.3.
Tujuan penulisan............................................................................................... 2
PEMBAHASAN
2.1
Sampel darah..................................................................................................... 3
2.2
Pengambilan sampel darah vena........................................................................ 4
2.3
Pemeriksaan kimia dan serologi......................................................................... 8
2.4
Jumlah sampel berdasarkan pemeriksaan kimia dan serologi........................... 12
PENUTUP
3.1
Kesimpulan...................................................................................................... 15
3.2
Saran................................................................................................................ 15
DAFTAR
PUSTAKA ....................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan
dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari pasien
dalam bentuk darah, sputum (dahak), urine (air kencing/air seni), kerokan
kulit, dan cairan tubuh lainnya dengan tujuan untuk menentukan diagnosis atau
membantu menegakkan diagnosis penyakit. Pemeriksaan laboratorium tidak hanya
dilakukan bagi individu yang sakit. Individu sehat yang rutin melakukan
pemeriksaan laboratorium akan memperoleh banyak manfaat. Pemeriksaan
laboratorium dapat berupa Medical Check Up berkala sehingga individu
dapat memantau terus kesehatannya. Melakukan Medical Check Up secara rutin hampir tidak ada
ruginya.
Darah
mengalir ke seluruh tubuh, bertindak sebagai media yang membawa nutrisi dan
oksigen ke jaringan dan seluruh sel. Darah juga membawa produk-produk limbah
kembali ke sistem ekskresi untuk pembuangan.
Aliran darah di dalam tubuh memengaruhi atau dipengaruhi oleh banyak
kondisi medis. Karena alasan inilah, tes darah menjadi salah satu tes yang
paling umum untuk dilakukan. Beberapa alasan lain mengapa tes darah dilakukan
adalah sebagai cara untuk memantau aktivitas dan tingkat keparahan kondisi
tertentu.
Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi
kimia dapat digunakan darah, urin atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak
pemeriksaan kimia darah di dalam laboratorium klinik antara lain uji fungsi
hati, otot jantung, ginjal, lemak darah, gula darah, fungsi pankreas, elektrolit
dan dapat pula dipakai beberapa uji kimia yang digunakan untuk membantu
menegakkan diagnosis anemia. Pemeriksaan serologi dimana pemeriksaan yang
menggunakan serum seperti pemeriksaan pada dugaan demam dengue.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan sampel darah?
2.
Apa yang dimaksud
dengan pengambilan sampel dan Bagaimana cara pengambilan sampel darah vena?
3. Apa
yang dimaksud dengan pemeriksaan kimia dan serologi?
4.
Bagaimana menentukan
jumlah sampel berdasarkan jenis pemeriksaan kimia dan serologi?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengertian sampel darah
2.
Untuk mengetahui pengertian pengambilan sampel
dan cara pengambilan sampel darah vena
3.
Untuk mengetahui pengertian
pemeriksaan kimia dan serologi
4.
Untuk mengetahui cara menentukan jumlah
sampel berdasarkan jenis pemeriksaan kimia dan serologi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sampel Darah
Sampel darah adalah suatu cairan
(darah) yang diambil dari tusukan pada jari atau melalui pembuluh darah di
bagian tubuh tertentu, seperti lengan dengan menggunakan jarum.
Dalam
kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomy yang berarti
proses mengeluarkan darah. Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara
memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit
(skinpuncture) dan tusukan arteri atau nadi. Venipuncture adalah cara yang
paling umum dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan
dengan venipuncture.
Ada banyak cara untuk mengambil
sampel darah dari pasien. Salah satunya adalah dengan ditusuk (pricking). Pada
metode ini, jari pasien akan ditusuk dengan jarum, sehingga darah akan mengalir
keluar. Kemudian, sampel darah akan diambil dengan sebuah botol. Metode
lain – dan metode yang paling umum – adalah pengambilan darah melalui pembuluh
darah. Pasien dapat duduk dengan nyaman di atas kursi atau berbaring di atas
meja rumah sakit. Sebuah turniket akan diikat di lengan agar pembuluh darah
lebih terlihat. Setelah staf rumah sakit, misalnya perawat, sudah menemukan
pembuluh darah yang terbaik, ia akan memasukkan jarum ke pembuluh darah secara
perlahan. Setelah jumlah darah yang cukup sudah didapatkan, jarum akan ditarik
dengan hati-hati dan perlahan.
Ada
juga tindakan analisa gas darah arteri, di mana sampel darah digunakan untuk
memeriksa fungsi metabolisme dan paru-paru tubuh (mis. kadar karbon dioksida
dan oksigen). Dalam tindakan ini, darah diambil langsung dari arteri. Dua
lokasi yang ideal adalah arteri femoral (di selangkangan) dan arteri radial (di
pergelangan tangan). Apabila arteri ada di bagian tubuh yang lain, maka kateter
dapat digunakan sebagai panduan. Kateter dapat diambil setelah tindakan
selesai.
Setelah
sampel darah diambil, sampel darah dimasukkan ke dalam botol kecil khusus lalu
dibawa ke laboratorium. Di tempat ini, sampel darah akan diperiksa di bawah
mikroskop atau diuji dengan bahan kimia, tergantung dari jenis dan tujuan tes
darah.
Uji
darah dapat disarankan bagi siapa saja, termasuk bayi dan lansia. Uji darah
dapat dilakukan untuk:
- Memeriksa apakah
pasien sehat – Uji darah dapat dilakukan
sebagai bagian dari pemeriksaan rutin, walaupun pasien tidak menunjukkan
gejala apapun.
- Mendiagnosis suatu
penyakit – Salah satu alasan utama mengapa
dokter akan meminta uji darah adalah untuk memastikan atau mendiagnosis
keberadaan suatu penyakit. Uji darah dapat menemukan kelainan hormon,
diabetes, kanker, dan penyakit yang berkaitan dengan darah seperti gangguan
pembekuan darah dan pendarahan.
- Memeriksa apakah
suatu penyakit sudah ditangani dengan benar
– Pasien yang sedang menjalani pengobatan dapat menjalani uji darah
standar untuk mengetahui apakah pengobatannya berhasil. Apabila hasilnya
menunjukkan bahwa pengobatan tidak bekerja, maka dokter dapat memutuskan
untuk mengubah atau menghentikan pengobatan.
- Mengeliminasi
kemungkinan penyakit lain – Seringkali,
dokter sudah memiliki dugaan tersendiri berdasarkan gejala yang
ditunjukkan oleh pasien, namun untuk memastikan, uji darah dapat dilakukan
untuk mengeliminasi kemungkinan adanya penyakit lain.
2.2. Pengambilan Sampel Darah Vena
Pada
pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil dari vena
median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini
terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf
besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa
menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan
dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf
median.
Jika
vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan
darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan
dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih
kecil.
Lokasi yang
tidak diperbolehkan diambil darah adalah :
·
Lengan pada sisi
mastectomy
·
Daerah edema
·
Hematoma
·
Daerah dimana darah
sedang ditransfusikan
·
Daerah bekas luka
·
Daerah dengan cannula,
fistula atau cangkokan vascular
·
Daerah intra-vena lines
Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah menjadi lebih encer dan
dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.
Ada
dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara
manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum
dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).
Beberapa hal
penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah :
·
Pemasangan turniket
(tali pembendung)
pemasangan
dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan hemokonsentrasi
(peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan kadar substrat
(protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total)
·
Melepas turniket
sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma
·
Jarum dilepaskan
sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan masukknya udara ke
dalam tabung dan merusak sel darah merah.
·
Penusukan
penusukan
yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga dapat
mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga
berpotensi menyebabkan hematoma.
·
Tusukan jarum yang
tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah bocor dengan akibat
hematoma
·
Kulit yang ditusuk
masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat kontaminasi oleh
alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika
dilakukan penusukan.
2.2.1
Pengambilan Darah Vena dengan Syring
Pengambilan darah vena secara manual dengan alat
suntik (syring) merupakan cara yang masih lazim dilakukan di berbagai
laboratorium klinik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini
adalah sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung
silinder, pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan
mulai dari ukuran terbesar sampai dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G, 24G
dan 25G. Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia
lanjut dan pasien dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil)
Prosedur
:
1. Persiapkan
alat-alat yang diperlukan : syring, kapas alkohol 70%, tali pembendung
(turniket), plester, dan tabung. Untuk pemilihan syring, pilihlah ukuran/volume
sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil, pilih ukuran jarum yang sesuai,
dan pastikan jarum terpasang dengan erat.
2. Lakukan
pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman mungkin.
3. Identifikasi
pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
4. Verifikasi
keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat
tertentu, tidak puasa dsb.
5. Minta
pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
6. Minta
pasien mengepalkan tangan.
7. Pasang
tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
8. Pilih
bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk
memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan
memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah
pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
9. Bersihkan
kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan
kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
10. Tusuk
bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum telah
masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam semprit (dinamakan
flash). Usahakan sekali tusuk kena.
11. Setelah
volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan
tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma
yang diperlukan untuk pemeriksaan.
12. Letakkan
kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa
sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum
turniket dibuka.
2.2.2.
Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum
Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan
AS BD (Becton-Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini
berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika
tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan
berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai.
Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum
yang dihubungkan oleh sambungan berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan
untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior ditancapkan pada tabung. Jarum
posterior diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat mencegah darah dari
pasien mengalir keluar. Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan jarum pada
sebuah holder dan memudahkan pada saat mendorong tabung menancap pada jarum
posterior.
Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini
adalah, tak perlu membagi-bagi sampel darah ke dalam beberapa tabung. Cukup
sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa tabung secara bergantian
sesuai dengan jenis tes yang diperlukan. Untuk keperluan tes biakan kuman, cara
ini juga lebih bagus karena darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke dalam
tabung yang berisi media biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi selama
pemindahan sampel pada pengambilan dengan cara manual dapat dihindari.
Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua,
anak kecil, bayi, atau jika vena tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau
jika pasien gemuk. Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa digunakan jarum bersayap
(winged needle).
Jarum bersayap atau sering juga dinamakan jarum
“kupu-kupu” hampir sama dengan jarum vakutainer seperti yang disebutkan di
atas. Perbedaannya adalah, antara jarum anterior dan posterior terdapat dua
buah sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan selang yang menghubungkan
jarum anterior dan posterior. Jika penusukan tepat mengenai vena, darah akan
kelihatan masuk pada selang (flash).
Prosedur
:
1. Persiapkan
alat-alat yang diperlukan : jarum, kapas alkohol 70%, tali pembendung (turniket),
plester, tabung vakum.
2. Pasang
jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
3. Lakukan
pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman mungkin.
4. Identifikasi
pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
5. Verifikasi
keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat
tertentu, tidak puasa dsb.
6. Minta
pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
7. Minta
pasien mengepalkan tangan.
8. Pasang
tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
9. Pilih
bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk
memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan
memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah
pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
10. Bersihkan
kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan
kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
11. Tusuk
bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan tabung ke
dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap pada tabung,
maka darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti
mengalir. Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut
dan ganti dengan tabung kedua, begitu seterusnya.
12. Lepas
turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil
kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
13. Letakkan
kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa
sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum
turniket dibuka.
2.3 Pemeriksaan Kimia dan Serologi
2.3.1
Pemeriksaan Kimia
Tes kimia adalah tes darah yang mengukur
tingkat beberapa zat dalam darah (seperti elektrolit). Tes kimia akan
menunjukkan kesehatan umum Anda, membantu melihat masalah-masalah tertentu, dan
mencari tahu apakah pengobatan untuk masalah spesifik yang sedang Anda alami
bekerja dengan baik. Panel tes darah umum ini mengukur tingkat elektrolit
penting dan kimia lainnya, termasuk:
- Glukosa,
atau gula darah, dipecah dalam sel darah untuk memberikan energi. Kadar
yang lebih tinggi dapat disebabkan oleh diabetes atau pengobatan seperti
steroid.
- Tingkat Sodium dalam
darah merepresentasikan keseimbangan antara asupan dan pengeluaran sodium
dan air. Tingkat sodium darah abnormal dapat mengindikasikan disfungsi
jantung atau ginjal atau dehidrasi.
- Potassium
memainkan peran penting dalam regulasi aktivitas otot, termasuk kontraksi
jantung. Gagal ginjal, muntah-muntah, atau diare dapat menyebabkan tingkat
abnormal.
- Tingkat Klorida
dapat meningkat dan menurun secara paralel dengan tingkat sodium untuk
membangun netralitas elektrik. Beberapa gangguan dapat mengubah tingkat
klorida, termasuk disfungsi ginjal, penyakit adrenal, muntah-muntah,
diare, dan gagal jantung kongestif.
- Karbon Dioksida
(CO2) beraksi sebagai sistem
penyangga untuk membantu membangun keseimbangan asam basa dalam darah.
Penyakit pernafasan, gangguan ginjal, muntah parah, diare, dan infeksi
yang sangat parah dapat memproduksi tingkat abnormal.
- Blood urea
nitrogen (BUN) memberikan ukuran
kasar penyaringan glomerular, atau tingkat penyaringan darah melalui
pembuluh darah kecil pada ginjal. Tingkat BUN yang tinggi dapat
mengindikasikan disfungsi ginjal.
- Kreatinin—Yang
merupakan produk pemecahan kreatin, adalah komponen penting otot –
dieksresikan secara khusus oleh ginjal. Tingkat serum creatinine dianggap
sebagai tes darah paling sensitif dari fungsi ginjal.
Beberapa
tes kimia melihat lebih banyak zat dalam darah daripada tes kimia yang lain.
Bentuk paling lengkap dari tes kimia (disebut Kimia-20, SMA-20, atau SMAC-20)
meneliti 20 hal yang berbeda dalam darah. Jenis lain dari tes kimia (seperti
SMA-6, SMA-7, atau SMA-12) meneliti lebih sedikit.
Pemeriksaan
Kimia Klinik
Pemeriksaan
laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat digunakan darah, urin
atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak pemeriksaan kimia darah di dalam
laboratorium klinik antara lain uji fungsi hati, otot jantung, ginjal, lemak
darah, gula darah, fungsi pankreas, elektrolit dan dapat pula dipakai beberapa
uji kimia yang digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis anemi.
·
Uji fungsi hati
meliputi pemeriksaan kadar protein total & albumin, bilirubin total &
bilirubin direk, serumglutamic oxaloacetate transaminase (SGOT/AST)
&serumglutamic pyruvate transaminase (SGPT/ALT), gamma glutamyl
transferase (γ-GT), alkaline phosphatase (ALP) dan cholinesterase
(CHE). Pemeriksaan protein total dan albumin sebaiknya dilengkapi dengan
pemeriksaan fraksi protein serum dengan teknik elektroforesis. Dengan
pemeriksaan elektroforesis protein serum dapat diketahui perubahan fraksi
protein di dalam serum. Pemeriksaan elektroforesis protein serum ini
menunjukkan perubahan fraksi protein lebih teliti dari hanya memeriksa kadar
protein total dan albumin serum.
·
Uji fungsi jantung
dapat dipakai pemeriksaan creatine kinase (CK), isoenzim creatine
kinase yaitu CKMB, N-terminalpro brain natriuretic peptide (NT
pro-BNP) dan Troponin-T. Kerusakan dari otot jantung dapat diketahui
dengan memeriksa aktifitas CKMB, NT pro-BNP, Troponin-T dan hsCRP.
Pemeriksaan LDH tidak spesifik untuk kelainan otot jantung, karena hasil yang
meningkat dapat dijumpai pada beberapa kerusakan jaringan tubuh seperti hati,
pankreas, keganasan terutama dengan metastasis, anemia hemolitik dan leukemia.
·
Uji fungsi ginjal
terutama adalah pemeriksaan ureum dan kreatinin. Ureum adalah produk akhir dari
metabolisme protein di dalam tubuh yang diproduksi oleh hati dan dikeluarkan
lewat urin. Pada gangguan ekskresi ginjal, pengeluaran ureum ke dalam urin
terhambat sehingga kadar ureum akan meningkat di dalam darah. Kreatinin
merupakan zat yang dihasilkan oleh otot dan dikeluarkan dari tubuh melalui
urin. Oleh karena itu kadar kreatinin dalam serum dipengaruhi oleh besar otot,
jenis kelamin dan fungsi ginjal. Di Laboratorium Klinik Utama Bio Medika
pemeriksaan kadar kreatinin dilaporkan dalam mg/dl dan estimated GFR (eGFR)
yaitu nilai yang dipakai untuk mengetahui perkiraan laju filtrasi glomerulus
yang dapat memperkirakan beratnya kelainan fungsi ginjal.
Beratnya kelainan ginjal diketahui dengan mengukur uji bersihan kreatinin (creatinine.
Beratnya kelainan ginjal diketahui dengan mengukur uji bersihan kreatinin (creatinine.
·
Pemeriksaan lemak darah
meliputi pemeriksaan kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL
kolesterol.
·
Untuk pembentukan
hemoglobin dibutuhkan antara lain besi, asam folat dan vit. B12. Besi merupakan
unsur yang terbanyak didapatkan di darah dalam bentuk hemoglobin, serum iron
(SI), total iron binding capacity (TIBC) dan ferritin.
Pemeriksaan SI bertujuan mengetahui banyaknya besi yang ada di dalam serum yang
terikat dengan transferin, berfungsi mengangkut besi ke sumsum tulang.
·
Pemeriksaan kadar gula
darah dipakai untuk mengetahui adanya peningkatan atau penurunan kadar gula
darah serta untuk monitoring hasil pengobatan pasien dengan Diabetes Melitus
(DM). Peningkatan kadar gula darah biasanya disebabkan oleh Diabetes
Melitus atau kelainan hormonal di dalam tubuh. Kadar gula yang tinggi akan dikeluarkan
lewat urin yang disebut glukosuria. Terdapat beberapa macam pemeriksaan untuk
menilai kadar gula darah yaitu pemeriksaan gula darah sewaktu, kadar gula
puasa, kadar gula darah 2 jam setelah makan, test toleransi glukosa oral, HbA1c,
insulin dan C-peptide. Kadar gula darah sewaktu adalah pemeriksaan kadar gula
pada waktu yang tidak ditentukan. Kadar gula darah puasa bila pemeriksaan
dilakukan setelah pasien berpuasa 10 - 12 jam sebelum pengambilan darah atau
sesudah makan 2 jam yang dikenal dengan gula darah 2 jam post-prandial.
Pasien DM dalam pengobatan, tidak perlu menghentikan obat pada saat pemeriksaan
gula darah puasa dan tetap menggunakan obat untuk pemeriksaan gula darah post-prandial.
Pemeriksaan kadar gula darah puasa dipakai untuk menyaring adanya DM, memonitor
penderita DM yang menggunakan obat anti-diabetes; sedangkan glukosa 2 jam post-prandial
berguna untuk mengetahui respon pasien terhadap makanan setelah 2 jam makan
pagi atau 2 jam setelah makan siang. Kadar gula darah sewaktu digunakan untuk
evaluasi penderita DM dan membantu menegakkan diagnosis DM. Selain itu
dikenal pemeriksaan kurva harian glukosa darah yaitu gula darah yang diperiksa
pada jam 7 pagi, 11 siang dan 4 sore, yang bertujuan untuk mengetahui kontrol
gula darah selama 1 hari dengan diet dan obat yang dipakai. Pada pasien dengan
kadar gula darah yang meragukan, dilakukan uji toleransi glukosa oral (TTGO).
Pada keadaan ini pemeriksaan harus memenuhi persyaratan:
- Tiga hari sebelum pemeriksaan
pasien harus makan karbohidrat yang cukup.
- Tidak boleh minum alkohol.
- Pasien harus puasa 10 – 12 jam
tanpa minum obat, merokok dan olahraga sebelum pemeriksaan dilakukan.
- Di laboratorium pasien
diberikan gula 75 g glukosa dilarutkan dalam 1 gelas air yang harus
dihabiskan dalam waktu 10 – 15 menit atau 1.75 g per kg berat badan untuk
anak.
- Gula darah diambil pada saat
puasa dan 2 jam setelah minum glukosa.
2.3.2
Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan serologi adalah
pemeriksaan yang menggunakan serum seperti pemeriksaan pada dugaan demam
dengue. Demam dengue dapat merupakan infeksi pertama kali yang disebut infeksi
primer dan dikenal sebagai demam dengue, serta infeksi kedua kali yang disebut
infeksi sekunder yang dapat menimbulkan penyakit demam berdarah yang dikenal
sebagai dengue haemorragic fever (DHF) yang dapat mengalami renjatan dan
berakhir dengan kematian. Pada demam dengue, pemeriksaan serologi yang tersedia
adalah pemeriksaan antigen NS-1, IgA-anti dengue, antibodi dengue IgG dan IgM.
·
Pemeriksaan antigen NS-1 dengue
dapat dilakukan pada hari pertama sampai hari kesembilan dari demam baik pada
infeksi primer maupun infeksi sekunder, sehingga antigen NS-1 ini merupakan
pemeriksaan dini untuk mengetahui adanya infeksi dengan virus dengue.
Pemeriksaan serologi tersebut di atas mempunyai hasil yang sangat bervariasi tergantung pada respon imun penderita.
Pemeriksaan serologi tersebut di atas mempunyai hasil yang sangat bervariasi tergantung pada respon imun penderita.
·
Pemeriksaan Widal adalah
pemeriksaan yang bertujuan mengetahui adanya demam tifoid yang disebabkan oleh
infeksi kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A,B,C.
·
Pada infeksi lambung yang disebabkan
oleh kuman Helicobacter pylori yang dapat menyebabkan radang, tukak pada
lambung dan dapat menimbulkan keganasan.
·
Penyakit infeksi lain yang banyak
di Indonesia adalah infeksi dengan parasit Entamoeba histolityca yang dapat
menyebabkan perdarahan usus bahkan dapat menimbulkan kerusakan dinding usus
(perforasi). Pasien yang diduga pernah mengalami infeksi dengan parasit
tersebut dapat diketahui dengan pemeriksaan antibodi terhadap amoeba golongan
IgG.
·
Terhadap penyakit tuberculosis
(TBC), khususnya yang telah menyebar di dalam tubuh dapat diketahui dengan
pemeriksaan antibodi terhadap kuman tuberculosis.
·
Untuk penyakit syphilis yang
disebabkan oleh Treponema pallidum dapat dilakukan pemeriksaan VDRL/TPHA. VDRL
adalah pemeriksaan yang tidak spesifik tetapi cukup sensitif untuk penyakit
syphilis. Tetapi pada beberapa penyakit seperti TBC, kusta, frambusia dapat
menimbulkan hasil positif palsu. Sedangkan syphilis stadium dini dan syphilis
stadium lanjut sering menghasilkan reaksi negatif palsu. Untuk membuktikan
seseorang pernah kontak dengan kuman Treponema pallidum dilakukan pemeriksaan
serologi TPHA yang menguji adanya antibodi spesifik terhadap kuman Treponema
pallidum.
·
C-reactive protein (CRP) adalah
protein yang dihasilkan oleh hati pada proses kerusakan jaringan dan
peradangan.
·
Rheumatoid Arthritic Factor (RAF)
adalah pemeriksaan penyaring untuk mendeteksi adanya antibodi golongan IgM, IgG
atau IgA yang terdapat dalam serum pada penderita arthritis rheumatoid.
Pemeriksaan ini berhasil positif pada 53 – 94% pasien dengan arthritis
rheumatoid. Selain itu, RAF bisa didapatkan pada bermacam-macam penyakit
jaringan ikat seperti lupus erythematosus, sklerodema, dermatomiositis serta
pada penyakit TBC, leukemia, hepatitis, sirosis hati, sipilis dan usia lanjut.
·
Bakteri β-hemolytic Streptococcus
mengeluarkan enzim yang disebut streptolysin-O yang mampu merusak/melisiskan
eritrosit. Streptolysin-O ini bersifat sebagai antigen dan merangsang tubuh
untuk membentuk antibodi antistreptolysin-O (ASO). Kadar ASO yang tinggi di
dalam darah berarti terdapat infeksi dengan kuman Streptococcus yang
menghasilkan ASO seperti pada demam rematik, penyakit glomerulonephritis akut.
Peningkatan kadar ASO menandakan adanya infeksi akut 1 – 2 minggu sebelumnya
dan mencapai puncak 3 – 4 minggu dan dapat bertahan sampai berbulan-bulan.
·
Petanda
tumor umumnya diperiksa dari darah. Kegunaan dari petanda tumor untuk deteksi
kanker.
2.4. Jumlah Sampel berdasarkan Pemeriksaan Kimia dan
Serologi
Beberapa jenis
tabung sampel darah yang digunakan dalam praktek laboratorium klinik adalah
sebagai berikut :
1.
Tabung tutup merah.
Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi beku dan serum
dipisahkan dengan pemusingan. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah,
imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test)
2.
Tabung tutup kuning.
Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube/SST) yang fungsinya
memisahkan serum dan sel darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di bagian
atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan
kimia darah, imunologi dan serologi
3.
Tabung tutup hijau
terang. Tabung ini berisi gel separator (plasma separator tube/PST) dengan
antikoagulan lithium heparin. Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian
atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan
kimia darah.
4.
Tabung tutup ungu atau
lavender. Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah
lengkap dan bank darah (crossmatch)
5.
Tabung tutup biru.
Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan koagulasi
(mis. PPT, APTT)
6.
Tabung tutup hijau.
Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan untuk
pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.
7.
Tabung tutup biru
gelap. Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam, umumnya digunakan untuk
pemeriksaan trace element (zink, copper, mercury) dan toksikologi.
8.
Tabung tutup abu-abu
terang. Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium oksalat, digunakan untuk
pemeriksaan glukosa.
9.
Tabung tutup hitam ;
berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED (ESR).
10.
Tabung tutup pink ;
berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan imunohematologi.
11.
Tabung tutup putih ;
potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekuler/PCR dan bDNA.
12.
Tabung tutup kuning
dengan warna hitam di bagian atas ; berisi media biakan, digunakan untuk
pemeriksaan mikrobiologi - aerob, anaerob dan jamur
Cara
menentukan jumlah sampel yaitu :
1.
Penampung darah untuk
pemeriksaan hematology :
·
gunakan tabung berisi
EDTA untuk pemeriksaan darah lengkap : HB, leukosit, trombosit, hemotokrit
,dll.
2.
Penampung darah untuk
pemeriksaan hemostasis :
·
gunakan tabung berisi
antikoagulan Sitras
·
Banyak sampel darah 3
ml
·
Untuk pemeriksaan PT,
APTT, fibrinogen
3.
Penampung darah untuk
pemeriksaan kimia darah serologi :
·
Gunakan tabung tanpa
antikoagulan
·
Untuk pemeriksaan gula
darah, ureum, kreatinin, SGOT/SGPT, kolesterol, HIV, tes kehamilan, narkoba,
dll.
·
Catatan : EDTA kurang ; darah membeku
EDTA lebih : eritrosit mengerut terlihat menjadi
anemia
Beberapa hal
penting dalam menampung sampel darah adalah :
1. Darah
dari syring atau suntikan harus dimasukkan ke dalam tabung dengan cara melepas
jarum lalu mengalirkan darah perlahan-lahan melalui dinding tabung. Memasukkan
darah dengan cara disemprotkan, apalagi tanpa melepas jarum, berpotensi
menyebabkan hemolisis. Memasukkan darah ke dalam tabung vakum dengan cara
menusukkan jarum pada tutup tabung, biarkan darah mengalir sampai berhenti
sendiri ketika volume telah terpenuhi.
2. Homogenisasi
sampel jika menggunakan antikoagulan dengan cara memutar-mutar tabung 4-5 kali
atau membolak-balikkan tabung 5-10 kali dengan lembut. Mengocok sampel
berpotensi menyebabkan hemolisis.
3. Urutan
memasukkan sampel darah ke dalam tabung vakum adalah : pertama - botol biakan
(culture) darah atau tabung tutup kuning-hitam kedua - tes koagulasi (tabung
tutup biru), ketiga - tabung non additive (tutup merah), keempat - tabung tutup
merah atau kuning dengan gel separator atau clot activator, tabung tutup ungu/lavendet
(EDTA), tabung tutup hijau (heparin), tabung tutup abu-abu (NaF dan Na oksalat)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sampel darah
adalah suatu cairan (darah) yang diambil dari tusukan pada jari atau melalui
pembuluh darah di bagian tubuh tertentu, seperti lengan dengan menggunakan
jarum. Sampel darah umumnya diambil dari vena median cubital, pada anterior
lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan
kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak
memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya.
3.2 Saran
Diharapkan pembaca dapat mengambil manfaat
dengan adanya makalah ini, sehingga memahami pengertian sampel darah, pengertian pengambilan sampel dan cara pengambilan sampel
darah vena, pengertian pemeriksaan kimia dan serologi, serta cara menentukan jumlah
sampel berdasarkan jenis pemeriksaan kimia dan serologi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/31290834/CARA_PENGAMBILAN_SAMPEL_DARAH_VENA_VENA_PUNCTIE_DENGAN_VACUTAINER
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/5648b9bffc67683a803e19b80cc8a8ca.pdf
http://www.biomedika.co.id/services/laboratorium/33/pemeriksaan-kimia-klinik.html
http://www.academia.edu/16716928/PENGANTAR_PATOLOGI
0 comments:
Posting Komentar