UA-115008529-1

Senin, 19 Agustus 2019

MAKALAH PLEBOTOMI -Jumlah Sampel Berdasarkan Jenis Pemeriksaan Kimia dan Serologi

Posted by Sahabat Siput at Agustus 19, 2019

MAKALAH PLEBOTOMI
Jumlah Sampel Berdasarkan Jenis Pemeriksaan Kimia dan Serologi





Dosen Pengampu : Nurhaeni, S.ST, M.Si


Disusun Oleh :
     Deby Rizkika Putri    
(1 6 1 3 3 5 30 13)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim.
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Jumlah Sampel Berdasarkan Jenis Pemeriksaan Kimia dan Serologi” ini dengan tepat waktu. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah plebotomi   yang telah memberikan bimbingan dalam menyelesaikan makalah ini dan juga kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Adapun tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah plebotomi dengan pokok bahasan Jumlah Sampel Berdasarkan Jenis Pemeriksaan Kimia dan Serologi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis ucapkan mohon maaf atas segala kekurangannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Aamiin.

                                                                                     Bandar Lampung, 07 November 2018



          Penulis




DAFTAR ISI
                                                                                                              
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang................................................................................................. 1
1.2. Rumusan masalah............................................................................................. 2
1.3. Tujuan penulisan............................................................................................... 2
PEMBAHASAN
2.1 Sampel darah..................................................................................................... 3
2.2 Pengambilan sampel darah vena........................................................................ 4
2.3 Pemeriksaan kimia dan serologi......................................................................... 8
2.4 Jumlah sampel berdasarkan pemeriksaan kimia dan serologi........................... 12
PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 15
3.2 Saran................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... iii







BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari pasien dalam bentuk darah, sputum (dahak), urine (air kencing/air seni), kerokan kulit, dan cairan tubuh lainnya dengan tujuan untuk menentukan diagnosis atau membantu menegakkan diagnosis penyakit. Pemeriksaan laboratorium tidak hanya dilakukan bagi individu yang sakit. Individu sehat yang rutin melakukan pemeriksaan laboratorium akan memperoleh banyak manfaat. Pemeriksaan laboratorium dapat berupa Medical Check Up berkala sehingga individu dapat memantau terus kesehatannya. Melakukan Medical Check Up secara rutin hampir tidak ada ruginya.
Darah mengalir ke seluruh tubuh, bertindak sebagai media yang membawa nutrisi dan oksigen ke jaringan dan seluruh sel. Darah juga membawa produk-produk limbah kembali ke sistem ekskresi untuk pembuangan. Aliran darah di dalam tubuh memengaruhi atau dipengaruhi oleh banyak kondisi medis. Karena alasan inilah, tes darah menjadi salah satu tes yang paling umum untuk dilakukan. Beberapa alasan lain mengapa tes darah dilakukan adalah sebagai cara untuk memantau aktivitas dan tingkat keparahan kondisi tertentu.
Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat digunakan darah, urin atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak pemeriksaan kimia darah di dalam laboratorium klinik antara lain uji fungsi hati, otot jantung, ginjal, lemak darah, gula darah, fungsi pankreas, elektrolit dan dapat pula dipakai beberapa uji kimia yang digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis anemia. Pemeriksaan serologi dimana pemeriksaan yang menggunakan serum seperti pemeriksaan pada dugaan demam dengue.



1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan sampel darah?
2.      Apa yang dimaksud dengan pengambilan sampel dan Bagaimana cara pengambilan sampel darah vena?
3.      Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan kimia dan serologi?
4.      Bagaimana menentukan jumlah sampel berdasarkan jenis pemeriksaan kimia dan serologi?

1.3 Tujuan Penulisan
1.      Untuk  mengetahui pengertian sampel darah
2.      Untuk  mengetahui pengertian pengambilan sampel dan cara pengambilan sampel darah vena
3.      Untuk  mengetahui pengertian pemeriksaan kimia dan serologi
4.      Untuk  mengetahui cara menentukan jumlah sampel berdasarkan jenis pemeriksaan kimia dan serologi



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sampel Darah
            Sampel darah adalah suatu cairan (darah) yang diambil dari tusukan pada jari atau melalui pembuluh darah di bagian tubuh tertentu, seperti lengan dengan menggunakan jarum.
Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomy yang berarti proses mengeluarkan darah. Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture.
            Ada banyak cara untuk mengambil sampel darah dari pasien. Salah satunya adalah dengan ditusuk (pricking). Pada metode ini, jari pasien akan ditusuk dengan jarum, sehingga darah akan mengalir keluar. Kemudian, sampel darah akan diambil dengan sebuah botol. Metode lain – dan metode yang paling umum – adalah pengambilan darah melalui pembuluh darah. Pasien dapat duduk dengan nyaman di atas kursi atau berbaring di atas meja rumah sakit. Sebuah turniket akan diikat di lengan agar pembuluh darah lebih terlihat. Setelah staf rumah sakit, misalnya perawat, sudah menemukan pembuluh darah yang terbaik, ia akan memasukkan jarum ke pembuluh darah secara perlahan. Setelah jumlah darah yang cukup sudah didapatkan, jarum akan ditarik dengan hati-hati dan perlahan.
Ada juga tindakan analisa gas darah arteri, di mana sampel darah digunakan untuk memeriksa fungsi metabolisme dan paru-paru tubuh (mis. kadar karbon dioksida dan oksigen). Dalam tindakan ini, darah diambil langsung dari arteri. Dua lokasi yang ideal adalah arteri femoral (di selangkangan) dan arteri radial (di pergelangan tangan). Apabila arteri ada di bagian tubuh yang lain, maka kateter dapat digunakan sebagai panduan. Kateter dapat diambil setelah tindakan selesai.
Setelah sampel darah diambil, sampel darah dimasukkan ke dalam botol kecil khusus lalu dibawa ke laboratorium. Di tempat ini, sampel darah akan diperiksa di bawah mikroskop atau diuji dengan bahan kimia, tergantung dari jenis dan tujuan tes darah.
Uji darah dapat disarankan bagi siapa saja, termasuk bayi dan lansia. Uji darah dapat dilakukan untuk:
  • Memeriksa apakah pasien sehat – Uji darah dapat dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan rutin, walaupun pasien tidak menunjukkan gejala apapun.
  • Mendiagnosis suatu penyakit – Salah satu alasan utama mengapa dokter akan meminta uji darah adalah untuk memastikan atau mendiagnosis keberadaan suatu penyakit. Uji darah dapat menemukan kelainan hormon, diabetes, kanker, dan penyakit yang berkaitan dengan darah seperti gangguan pembekuan darah dan pendarahan.
  • Memeriksa apakah suatu penyakit sudah ditangani dengan benar – Pasien yang sedang menjalani pengobatan dapat menjalani uji darah standar untuk mengetahui apakah pengobatannya berhasil. Apabila hasilnya menunjukkan bahwa pengobatan tidak bekerja, maka dokter dapat memutuskan untuk mengubah atau menghentikan pengobatan.
  • Mengeliminasi kemungkinan penyakit lain – Seringkali, dokter sudah memiliki dugaan tersendiri berdasarkan gejala yang ditunjukkan oleh pasien, namun untuk memastikan, uji darah dapat dilakukan untuk mengeliminasi kemungkinan adanya penyakit lain.

2.2. Pengambilan Sampel Darah Vena
Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median.
Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil.
Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :
·         Lengan pada sisi mastectomy
·         Daerah edema
·         Hematoma
·         Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
·         Daerah bekas luka
·         Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular
·         Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah :
·         Pemasangan turniket (tali pembendung)
pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total)
·         Melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma
·         Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah.
·         Penusukan
penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.
·         Tusukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma
·         Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.

2.2.1 Pengambilan Darah Vena dengan Syring
 







Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring) merupakan cara yang masih lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder, pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari ukuran terbesar sampai dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G. Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil)
Prosedur :
1.      Persiapkan alat-alat yang diperlukan : syring, kapas alkohol 70%, tali pembendung (turniket), plester, dan tabung. Untuk pemilihan syring, pilihlah ukuran/volume sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil, pilih ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan jarum terpasang dengan erat.
2.      Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman mungkin.
3.      Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
4.      Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
5.      Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
6.      Minta pasien mengepalkan tangan.
7.      Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
8.      Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
9.      Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
10.  Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam semprit (dinamakan flash). Usahakan sekali tusuk kena.
11.  Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
12.  Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.





2.2.2. Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum
 






Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD (Becton-Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai.
Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh sambungan berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat mencegah darah dari pasien mengalir keluar. Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan jarum pada sebuah holder dan memudahkan pada saat mendorong tabung menancap pada jarum posterior.
Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah, tak perlu membagi-bagi sampel darah ke dalam beberapa tabung. Cukup sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa tabung secara bergantian sesuai dengan jenis tes yang diperlukan. Untuk keperluan tes biakan kuman, cara ini juga lebih bagus karena darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke dalam tabung yang berisi media biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi selama pemindahan sampel pada pengambilan dengan cara manual dapat dihindari.
Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau jika vena tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien gemuk. Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa digunakan jarum bersayap (winged needle).
Jarum bersayap atau sering juga dinamakan jarum “kupu-kupu” hampir sama dengan jarum vakutainer seperti yang disebutkan di atas. Perbedaannya adalah, antara jarum anterior dan posterior terdapat dua buah sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan selang yang menghubungkan jarum anterior dan posterior. Jika penusukan tepat mengenai vena, darah akan kelihatan masuk pada selang (flash).
Prosedur :
1.      Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum, kapas alkohol 70%, tali pembendung (turniket), plester, tabung vakum.
2.      Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
3.      Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman mungkin.
4.      Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
5.      Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
6.      Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
7.      Minta pasien mengepalkan tangan.
8.      Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
9.      Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
10.  Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
11.  Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap pada tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir. Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu seterusnya.
12.  Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
13.  Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.
2.3 Pemeriksaan Kimia dan Serologi
2.3.1 Pemeriksaan Kimia
            Tes kimia adalah tes darah yang mengukur tingkat beberapa zat dalam darah (seperti elektrolit). Tes kimia akan menunjukkan kesehatan umum Anda, membantu melihat masalah-masalah tertentu, dan mencari tahu apakah pengobatan untuk masalah spesifik yang sedang Anda alami bekerja dengan baik. Panel tes darah umum ini mengukur tingkat elektrolit penting dan kimia lainnya, termasuk:
  • Glukosa, atau gula darah, dipecah dalam sel darah untuk memberikan energi. Kadar yang lebih tinggi dapat disebabkan oleh diabetes atau pengobatan seperti steroid.
  • Tingkat Sodium dalam darah merepresentasikan keseimbangan antara asupan dan pengeluaran sodium dan air. Tingkat sodium darah abnormal dapat mengindikasikan disfungsi jantung atau ginjal atau dehidrasi.
  • Potassium memainkan peran penting dalam regulasi aktivitas otot, termasuk kontraksi jantung. Gagal ginjal, muntah-muntah, atau diare dapat menyebabkan tingkat abnormal.
  • Tingkat Klorida dapat meningkat dan menurun secara paralel dengan tingkat sodium untuk membangun netralitas elektrik. Beberapa gangguan dapat mengubah tingkat klorida, termasuk disfungsi ginjal, penyakit adrenal, muntah-muntah, diare, dan gagal jantung kongestif.
  • Karbon Dioksida (CO2) beraksi sebagai sistem penyangga untuk membantu membangun keseimbangan asam basa dalam darah. Penyakit pernafasan, gangguan ginjal, muntah parah, diare, dan infeksi yang sangat parah dapat memproduksi tingkat abnormal.
  • Blood urea nitrogen (BUN) memberikan ukuran kasar penyaringan glomerular, atau tingkat penyaringan darah melalui pembuluh darah kecil pada ginjal. Tingkat BUN yang tinggi dapat mengindikasikan disfungsi ginjal.
  • Kreatinin—Yang merupakan produk pemecahan kreatin, adalah komponen penting otot – dieksresikan secara khusus oleh ginjal. Tingkat serum creatinine dianggap sebagai tes darah paling sensitif dari fungsi ginjal.
Beberapa tes kimia melihat lebih banyak zat dalam darah daripada tes kimia yang lain. Bentuk paling lengkap dari tes kimia (disebut Kimia-20, SMA-20, atau SMAC-20) meneliti 20 hal yang berbeda dalam darah. Jenis lain dari tes kimia (seperti SMA-6, SMA-7, atau SMA-12) meneliti lebih sedikit.
Pemeriksaan Kimia Klinik
Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat digunakan darah, urin atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak pemeriksaan kimia darah di dalam laboratorium klinik antara lain uji fungsi hati, otot jantung, ginjal, lemak darah, gula darah, fungsi pankreas, elektrolit dan dapat pula dipakai beberapa uji kimia yang digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis anemi.

·         Uji fungsi hati meliputi pemeriksaan kadar protein total & albumin, bilirubin total & bilirubin direk, serumglutamic oxaloacetate transaminase (SGOT/AST) &serumglutamic pyruvate transaminase (SGPT/ALT), gamma glutamyl transferase (γ-GT), alkaline phosphatase (ALP) dan cholinesterase (CHE). Pemeriksaan protein total dan albumin sebaiknya dilengkapi dengan pemeriksaan fraksi protein serum dengan teknik elektroforesis. Dengan pemeriksaan elektroforesis protein serum dapat diketahui perubahan fraksi protein di dalam serum. Pemeriksaan elektroforesis protein serum ini menunjukkan perubahan fraksi protein lebih teliti dari hanya memeriksa kadar protein total dan albumin serum.
·         Uji fungsi jantung dapat dipakai pemeriksaan creatine kinase (CK), isoenzim creatine kinase yaitu CKMB, N-terminalpro brain natriuretic peptide (NT pro-BNP) dan Troponin-T. Kerusakan dari otot jantung dapat diketahui dengan memeriksa aktifitas CKMB, NT pro-BNP, Troponin-T dan hsCRP. Pemeriksaan LDH tidak spesifik untuk kelainan otot jantung, karena hasil yang meningkat dapat dijumpai pada beberapa kerusakan jaringan tubuh seperti hati, pankreas, keganasan terutama dengan metastasis, anemia hemolitik dan leukemia.
·         Uji fungsi ginjal terutama adalah pemeriksaan ureum dan kreatinin. Ureum adalah produk akhir dari metabolisme protein di dalam tubuh yang diproduksi oleh hati dan dikeluarkan lewat urin. Pada gangguan ekskresi ginjal, pengeluaran ureum ke dalam urin terhambat sehingga kadar ureum akan meningkat di dalam darah. Kreatinin merupakan zat yang dihasilkan oleh otot dan dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Oleh karena itu kadar kreatinin dalam serum dipengaruhi oleh besar otot, jenis kelamin dan fungsi ginjal. Di Laboratorium Klinik Utama Bio Medika pemeriksaan kadar kreatinin dilaporkan dalam mg/dl dan estimated GFR (eGFR) yaitu nilai yang dipakai untuk mengetahui perkiraan laju filtrasi glomerulus yang dapat memperkirakan beratnya kelainan fungsi ginjal.
Beratnya kelainan ginjal diketahui dengan mengukur uji bersihan kreatinin (creatinine.
·         Pemeriksaan lemak darah meliputi pemeriksaan kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL kolesterol.
·         Untuk pembentukan hemoglobin dibutuhkan antara lain besi, asam folat dan vit. B12. Besi merupakan unsur yang terbanyak didapatkan di darah dalam bentuk hemoglobin, serum iron (SI), total iron binding capacity (TIBC) dan ferritin. Pemeriksaan SI bertujuan mengetahui banyaknya besi yang ada di dalam serum yang terikat dengan transferin, berfungsi mengangkut besi ke sumsum tulang.
·         Pemeriksaan kadar gula darah dipakai untuk mengetahui adanya peningkatan atau penurunan kadar gula darah serta untuk monitoring hasil pengobatan pasien dengan Diabetes Melitus (DM). Peningkatan kadar gula darah biasanya disebabkan oleh  Diabetes Melitus atau kelainan hormonal di dalam tubuh. Kadar gula yang tinggi akan dikeluarkan lewat urin yang disebut glukosuria. Terdapat beberapa macam pemeriksaan untuk menilai kadar gula darah yaitu pemeriksaan gula darah sewaktu, kadar gula puasa, kadar gula darah 2 jam setelah makan, test toleransi glukosa oral, HbA1c, insulin dan C-peptide. Kadar gula darah sewaktu adalah pemeriksaan kadar gula pada waktu yang tidak ditentukan. Kadar gula darah puasa bila pemeriksaan dilakukan setelah pasien berpuasa 10 - 12 jam sebelum pengambilan darah atau sesudah makan 2 jam yang dikenal dengan gula darah 2 jam post-prandial. Pasien DM dalam pengobatan, tidak perlu menghentikan obat pada saat pemeriksaan gula darah puasa dan tetap menggunakan obat untuk pemeriksaan gula darah post-prandial. Pemeriksaan kadar gula darah puasa dipakai untuk menyaring adanya DM, memonitor penderita DM yang menggunakan obat anti-diabetes; sedangkan glukosa 2 jam post-prandial berguna untuk mengetahui respon pasien terhadap makanan setelah 2 jam makan pagi atau 2 jam setelah makan siang. Kadar gula darah sewaktu digunakan untuk evaluasi penderita DM dan membantu menegakkan diagnosis DM.  Selain itu dikenal pemeriksaan kurva harian glukosa darah yaitu gula darah yang diperiksa pada jam 7 pagi, 11 siang dan 4 sore, yang bertujuan untuk mengetahui kontrol gula darah selama 1 hari dengan diet dan obat yang dipakai. Pada pasien dengan kadar gula darah yang meragukan, dilakukan uji toleransi glukosa oral (TTGO). Pada keadaan ini pemeriksaan harus memenuhi persyaratan:
  1. Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien harus makan karbohidrat yang cukup.
  2. Tidak boleh minum alkohol.
  3. Pasien harus puasa 10 – 12 jam tanpa minum obat, merokok dan olahraga sebelum pemeriksaan dilakukan.
  4. Di laboratorium pasien diberikan gula 75 g glukosa dilarutkan dalam 1 gelas air yang harus dihabiskan dalam waktu 10 – 15 menit atau 1.75 g per kg berat badan untuk anak.
  5. Gula darah diambil pada saat puasa dan 2 jam setelah minum glukosa.
2.3.2        Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan serologi adalah pemeriksaan yang menggunakan serum seperti pemeriksaan pada dugaan demam dengue. Demam dengue dapat merupakan infeksi pertama kali yang disebut infeksi primer dan dikenal sebagai demam dengue, serta infeksi kedua kali yang disebut infeksi sekunder yang dapat menimbulkan penyakit demam berdarah yang dikenal sebagai dengue haemorragic fever (DHF) yang dapat mengalami renjatan dan berakhir dengan kematian. Pada demam dengue, pemeriksaan serologi yang tersedia adalah pemeriksaan antigen NS-1, IgA-anti dengue, antibodi dengue IgG dan IgM.
·       Pemeriksaan antigen NS-1 dengue dapat dilakukan pada hari pertama sampai hari kesembilan dari demam baik pada infeksi primer maupun infeksi sekunder, sehingga antigen NS-1 ini merupakan pemeriksaan dini untuk mengetahui adanya infeksi dengan virus dengue.
Pemeriksaan serologi tersebut di atas mempunyai hasil yang sangat bervariasi tergantung pada respon imun penderita.
·       Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan yang bertujuan mengetahui adanya demam tifoid yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A,B,C.
·       Pada infeksi lambung yang disebabkan oleh kuman Helicobacter pylori yang dapat menyebabkan radang, tukak pada lambung dan dapat menimbulkan keganasan.
·       Penyakit infeksi lain yang banyak di Indonesia adalah infeksi dengan parasit Entamoeba histolityca yang dapat menyebabkan perdarahan usus bahkan dapat menimbulkan kerusakan dinding usus (perforasi). Pasien yang diduga pernah mengalami infeksi dengan parasit tersebut dapat diketahui dengan pemeriksaan antibodi terhadap amoeba golongan IgG.
·       Terhadap penyakit tuberculosis (TBC), khususnya yang telah menyebar di dalam tubuh dapat diketahui dengan pemeriksaan antibodi terhadap kuman tuberculosis.
·       Untuk penyakit syphilis yang disebabkan oleh Treponema pallidum dapat dilakukan pemeriksaan VDRL/TPHA. VDRL adalah pemeriksaan yang tidak spesifik tetapi cukup sensitif untuk penyakit syphilis. Tetapi pada beberapa penyakit seperti TBC, kusta, frambusia dapat menimbulkan hasil positif palsu. Sedangkan syphilis stadium dini dan syphilis stadium lanjut sering menghasilkan reaksi negatif palsu. Untuk membuktikan seseorang pernah kontak dengan kuman Treponema pallidum dilakukan pemeriksaan serologi TPHA yang menguji adanya antibodi spesifik terhadap kuman Treponema pallidum.
·       C-reactive protein (CRP) adalah protein yang dihasilkan oleh hati pada proses kerusakan jaringan dan peradangan.
·       Rheumatoid Arthritic Factor (RAF) adalah pemeriksaan penyaring untuk mendeteksi adanya antibodi golongan IgM, IgG atau IgA yang terdapat dalam serum pada penderita arthritis rheumatoid. Pemeriksaan ini berhasil positif pada 53 – 94% pasien dengan arthritis rheumatoid. Selain itu, RAF bisa didapatkan pada bermacam-macam penyakit jaringan ikat seperti lupus erythematosus, sklerodema, dermatomiositis serta pada penyakit TBC, leukemia, hepatitis, sirosis hati, sipilis dan usia lanjut.
·       Bakteri β-hemolytic Streptococcus mengeluarkan enzim yang disebut streptolysin-O yang mampu merusak/melisiskan eritrosit. Streptolysin-O ini bersifat sebagai antigen dan merangsang tubuh untuk membentuk antibodi antistreptolysin-O (ASO). Kadar ASO yang tinggi di dalam darah berarti terdapat infeksi dengan kuman Streptococcus yang menghasilkan ASO seperti pada demam rematik, penyakit glomerulonephritis akut. Peningkatan kadar ASO menandakan adanya infeksi akut 1 – 2 minggu sebelumnya dan mencapai puncak 3 – 4 minggu dan dapat bertahan sampai berbulan-bulan.
·       Petanda tumor umumnya diperiksa dari darah. Kegunaan dari petanda tumor untuk deteksi kanker.
2.4. Jumlah Sampel berdasarkan Pemeriksaan Kimia dan Serologi
Beberapa jenis tabung sampel darah yang digunakan dalam praktek laboratorium klinik adalah sebagai berikut :
1.      Tabung tutup merah. Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengan pemusingan. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test)
2.      Tabung tutup kuning. Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube/SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi
3.      Tabung tutup hijau terang. Tabung ini berisi gel separator (plasma separator tube/PST) dengan antikoagulan lithium heparin. Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah.
4.      Tabung tutup ungu atau lavender. Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank darah (crossmatch)
5.      Tabung tutup biru. Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT)
6.      Tabung tutup hijau. Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.
7.      Tabung tutup biru gelap. Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam, umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink, copper, mercury) dan toksikologi.
8.      Tabung tutup abu-abu terang. Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa.
9.      Tabung tutup hitam ; berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED (ESR).
10.  Tabung tutup pink ; berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan imunohematologi.
11.  Tabung tutup putih ; potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekuler/PCR dan bDNA.
12.  Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas ; berisi media biakan, digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi - aerob, anaerob dan jamur
Cara menentukan jumlah sampel yaitu :
1.      Penampung darah untuk pemeriksaan hematology :
·         gunakan tabung berisi EDTA untuk pemeriksaan darah lengkap : HB, leukosit, trombosit, hemotokrit ,dll.

2.      Penampung darah untuk pemeriksaan hemostasis :
·         gunakan tabung berisi antikoagulan Sitras
·         Banyak sampel darah 3 ml
·         Untuk pemeriksaan PT, APTT, fibrinogen

3.      Penampung darah untuk pemeriksaan kimia darah serologi :
·         Gunakan tabung tanpa antikoagulan
·         Untuk pemeriksaan gula darah, ureum, kreatinin, SGOT/SGPT, kolesterol, HIV, tes kehamilan, narkoba, dll.
·         Catatan :          EDTA kurang ; darah membeku
EDTA lebih : eritrosit mengerut terlihat menjadi anemia
Beberapa hal penting dalam menampung sampel darah adalah :
1.      Darah dari syring atau suntikan harus dimasukkan ke dalam tabung dengan cara melepas jarum lalu mengalirkan darah perlahan-lahan melalui dinding tabung. Memasukkan darah dengan cara disemprotkan, apalagi tanpa melepas jarum, berpotensi menyebabkan hemolisis. Memasukkan darah ke dalam tabung vakum dengan cara menusukkan jarum pada tutup tabung, biarkan darah mengalir sampai berhenti sendiri ketika volume telah terpenuhi.
2.      Homogenisasi sampel jika menggunakan antikoagulan dengan cara memutar-mutar tabung 4-5 kali atau membolak-balikkan tabung 5-10 kali dengan lembut. Mengocok sampel berpotensi menyebabkan hemolisis.
3.      Urutan memasukkan sampel darah ke dalam tabung vakum adalah : pertama - botol biakan (culture) darah atau tabung tutup kuning-hitam kedua - tes koagulasi (tabung tutup biru), ketiga - tabung non additive (tutup merah), keempat - tabung tutup merah atau kuning dengan gel separator atau clot activator, tabung tutup ungu/lavendet (EDTA), tabung tutup hijau (heparin), tabung tutup abu-abu (NaF dan Na oksalat)





BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Sampel darah adalah suatu cairan (darah) yang diambil dari tusukan pada jari atau melalui pembuluh darah di bagian tubuh tertentu, seperti lengan dengan menggunakan jarum. Sampel darah umumnya diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya.

3.2    Saran
Diharapkan pembaca dapat mengambil manfaat dengan adanya makalah ini, sehingga memahami pengertian sampel darah, pengertian pengambilan sampel dan cara pengambilan sampel darah vena, pengertian pemeriksaan kimia dan serologi, serta cara menentukan jumlah sampel berdasarkan jenis pemeriksaan kimia dan serologi.



DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/31290834/CARA_PENGAMBILAN_SAMPEL_DARAH_VENA_VENA_PUNCTIE_DENGAN_VACUTAINER
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/5648b9bffc67683a803e19b80cc8a8ca.pdf
http://www.biomedika.co.id/services/laboratorium/33/pemeriksaan-kimia-klinik.html
http://www.academia.edu/16716928/PENGANTAR_PATOLOGI














0 comments:

Posting Komentar

 

SAHABAT SIPUT Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea