MAKALAH KIMIA KLINIK
ANALISA GAS DARAH
Dosen Pengampu:
Disusun
oleh: kelompok 10:
1. Evan Dwi Nandes (1613353021)
2. Amalia Aslama (1613353007)
3. Aprilia Khiyarunnisa (1613353024)
4. Rima Afriana (1613353018)
5. Fadhilah
Ramadani (1613353006)
6. Salsabila (1613353002)
7. Febri Yanti Santika (1613353035)
8. Dahmia Fitri Yanti (1613353029)
9. Shintia Dwi Cahya
(1613353040)
10. Deby Rikika Putri (1613353013)
11. Kadek Ananda Putri
(1613353048)
POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG
PRODI DIV
ANALIS KESEHATAN
TAHUN 2016/2017
BAB II
ISI
2.1 Definisi Gas Darah
Pemeriksaan
Analisa Gas Darah (Astrup) adalah salah satu tindakan pemeriksaan
laboratorium yang ditujukan ketika dibutuhkan informasi yang berhubungan dengan
keseimbangan asam basa (Ph), jumlah oksigen, dan karbondioksida dalam darah
pasien. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kerja paru-paru
dalam menghantarkan oksigen kedalam sirkulasi darah dan mengambil
karbondioksida dalam darah. Analisa gas darah meliputi PO2, Ph, HCO3, dan seturasi
O2.
Analisa
Gas Darah ( AGD ) atau sering disebut Blood Gas Analisa (BGA) merupakan
pemeriksaan penting untuk penderita sakit kritis yang bertujuan untuk
mengetahui atau mengevaluasi pertukaran Oksigen (O2),Karbondiosida ( CO2) dan
status asam-basa dalam darah arteri.
Analisa
gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya dilakukan untuk mengkaji
gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh gangguan pernafasan
dan/atau gangguan metabolik. Komponen dasar AGD mencakup pH, PaCO2, PaO2, SO2,
HCO3 dan BE (base excesses/kelebihan basa).Pemeriksaan gas darah dipakai untuk
menilai : “Keseimbangan asam basa dalam tubuh, Kadar oksigenasi dalam darah,
Kadar karbondioksida dalam darah”. Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah
tergantung pada konsentrasi ion H+ dan dapat dipertahankan dalam batas normal
melalui 3 faktor, yaitu:
1.
Mekanisme dapar kimia.
Terdapat 4 macam dapar kimia dalam tubuh, yaitu:
·
Sistem dapar
bikarbonat-asam karbonat
·
Sistem dapar fosfat
·
Sistem dapar protein
·
Sistem dapar hemoglobin
2.
Mekanisme pernafasan
3.
Mekanisme ginjal,
mekanismenya terdiri dari
·
Reabsorpsi ion
HCO3-
·
Asidifikasi dari
garam-garam dapar
·
Sekresi ammonia
2.2 Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan AGD
Sebuah
analisis ABG mengevaluasi seberapa efektif paru-paru yang memberikan oksigen ke
darah . Tes ini juga menunjukkan seberapa baik paru-paru dan ginjal yang
berinteraksi untuk menjaga pH darah normal (keseimbangan asam-basa).
Peneliatian ini biasanya dilakukan untuk menilai penyakit khususnya pernapasan
dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi paru-paru, dan sebagai pengelolaan
pasien untuk terapi oksigen (terapi pernapasan). Selain itu, komponen asam-basa
dari uji tes dapat memberikan informasi tentang fungsi ginjal.Adapun
tujuan lain dari dilakukannya pemeriksaan analisa gas darah,yaitu :
1.
Menilai fungsi
respirasi (ventilasi).
2.
Menilai kapasitas
oksigenasi.
3.
Menilai keseimbangan
asam-basa.
4.
Mengetahui keadaan O2
dan metabolisme sel.
5.
Efisiensi pertukaran O2
dan CO2.
6.
Untuk mengetahui kadar
CO2 dalam tubuh.
7.
Memperoleh darah
arterial untuk analisa gas darah atau test diagnostik yang lain.
Adapun
manfaat pada pemeriksaan analisa gas darah yaitu untuk menegakkan diagnosis,
menentukan terapi, maupun untuk mengikuti perjalanan penyakit setelah mendapat
terapi,serta mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh
gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolic dalam tubuh.
1.
Analisis gas darah
digunakan untuk diagnosa dan pengelolaan :
·
Penyakit pernafasan
·
Pemberian oksigen
·
Kadar oksigenasi dalam
darah
·
Kadar CO2
·
Keseimbangan asam-basa
·
Ventilasi
2.
Pemilihan bagian
analisa gas darah :
a. Kriteria
tergantung pada :
·
Ada tidaknya sirkulasi
koleteral
·
Seberapa besar arteri
·
Jenis jaringan yang
mengelilingnya
b. Bagian-bagian
yang tidak boleh dipilih :
·
Adanya peradangan
·
Adanya iritasi
·
Adanya edema
·
Dekat dengan luka
·
Percabangan arteri
dengan fistula
c. AGD
tidak perlu dilakukan apabila:
·
Hasil tidak akan
memberikan pengaruh pada tindakan medis selanjutnya.
·
Mengikuti
prosedurpemeriksaan yang ada, bukan karena adanya indikasi
·
Masih terdapat cara
lain yang lebih mudah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan
·
Komplikasi yang timbul
daripada hasil AGD yang diharapkan.
2.3
Pengambilan
Sample dan Analisa Pemeriksaan AGD
Sampel darah untuk pemeriksaan Analisa Gas Darah
dapat dilakukan pada arteri radialis, arteri tibialis posterior, arteri
dorsalis pedis, dan lain-lain. Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak
digunakan jika masih ada alternatif lain, karena tidak mempunyai sirkulasi
kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme atau trombosis.
Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena
adanya risiko emboli. Korelasi nilai sampel darah arteri dan kapiler
bervariasi, baik untuk pH dan PCO2, tapi jelek untuk PaO2. Beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil pemeriksaan analisa gas darah:
1.
Gelembung udara
2.
Tekanan
Oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara
dalam sampel darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan
oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
Dalam
kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomy yang
berarti proses mengeluarkan darah. Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3
macam cara memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture),
tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri atau nadi. Venipuncture adalah
cara yang paling umum dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy sering
dikaitkan dengan venipuncture.
2.4 Lokasi Pengambilan Darah Arteri
Pengambilan
darah arteri umumnya menggunakan arteri radialis di daerah pergelangan tangan.
Jika tidak memungkinkan dapat dipilih arteri brachialis di daerah lengan atau
arteri femoralis di lipat paha. Pengambilan darah harus dilakukan dengan
hati-hati dan oleh tenaga terlatih.Sampel darah arteri umumnya digunakan untuk
pemeriksaan analisa gas darah, yaitu:
1.
Arteri radialis
Yaitu
arteri yang berada di pergelangan tangan pada posisi ibu jari. Terdapat
sirkulasi kolateral (suplai darah dari beberapa arteri). Bila terjadi kerusakan
RA pada saat pengambilan, ulnar arteri akan mensuplai darah ke tangan. Padahal
ulnar arteri tidak boleh digunakan untuk ABG. Bila tidak ditemukan sirkulasi
korateral, RA tidak boleh digunakan. Hematoma pada RA jarang terjadi karena
adanya tekanan diatas ligamen dan tulang pada pergelangan.
Kesulitan:
1. Ukuran
arteri kecil.
2. Sulit
diperoleh kondisi pasien dengan curah jantung yang rendah.
2.
Arteri branchialis
Yaitu
arteri yang berada pada medial anterior bagian antecubital fossa,
terselipdiantara otot bisep. Ukuran arteri besar sehingga mudah untuk dipalpasi
dan ditusuk. Sirkulasi koleteral cukup, tidak sebanyak RA.
Kesulitan
:
1. Letak
arteri lebih dalam.
2. Letaknya
dekat dengan basilic vena dan syaraf median.
3. Hematom
mungkin terjadi.
3.
Arteri femoralis
Yaitu
arteri yang paling besar untuk ABG. Berada pada permukaan paha bagian dalam,
disebelah lateral tulang pubis. Dapat dilakukan ABG sekalipun pasien dengan
curah jantung yang rendah. FA hanya digunakan dalam kondisi gawat darurat atau
sulit mendapat arteri lain.
Kesulitan
:
1. Sirkulasi
koleteral sedikit sehingga mudah terjadi infeksi pada tempat pengambilan
2. Sulit
untuk aseptis
3. Pada
orang tua, gangguan dinding arteri sebelah dalam
4. Letaknya
dekat dengan vena paha.
4.
Bagian arteri lainnya
1. Pada
bayi : arteri kulit kepala, arteri tali pusar.
2. Pada
orang dewasa : arteri dorsal pedis.
2.5 Prosedur Kerja
Pra analitik:
1. Baca
status dan data klien untuk memastikan pengambilan AGD.
2. Cek
alat-alat yang akan digunakan.
3. Cuci
tangan.
4. Beri
salam dan panggil klien sesuai dengan namanya.
5. Perkenalkan
nama plebotomis.
6. Jelaskan
prosedur yang akan dilakukan pada klien.
7. Jelaskan
tujuan tindakan yang dilakukan.
8. Beri
kesempatan pada klien untuk bertanya.
9. Tanyakan
keluhan klien saat ini.
10. Jaga
privasi klien
Analitik:
1. Dekatkan
alat-alat ke sisi tempat tidur klien
2. Posisikan
klien dengan nyaman
3. Pakai
sarung tangan sekali pakai
4. Palpasi
arteri radialis
5. Hiperekstensikan
pergelangan tangan klien di atas gulungan handuk
6. Raba
kembali arteri radialis dan palpasi pulsasi yang paling keras dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
7. Desinfeksi
area yang akan dipungsi menggunakan yodium-povidin, kemudian diusap dengan
kapas alkohol.
8. Berikan
anestesi lokal jika perlu.
9. Bilas
spuit ukuran 3 ml dengan sedikit heparin 1000 U/ml dan kemudian kosongkan
spuit, biarkan heparin berada dalam jarum dan spuit
10. Sambil
mempalpasi arteri, masukkan jarum dengan sudut 45 ° sambil menstabilkan arteri
klien dengan tangan yang lain
11. Observasi
adanya pulsasi (denyutan) aliran darah masuk spuit (apabila darah tidak bisa
naik sendiri, kemungkinan pungsi mengenai vena). Ambil darah 1 sampai 2
ml.
12. Tarik
spuit dari arteri, tekan bekas pungsi dengan menggunakan kasa 5-10 menit
13. Buang
udara yang berada dalam spuit, sumbat spuit dengan gabus atau karet
14. Putar-putar
spuit sehingga darah bercampur dengan heparin
15. Tempatkan
spuit di antara es yang sudah dipecah
16. Ukur
suhu dan pernafasan klien.
17. Beri
label pada spesimen yang berisi nama, suhu, konsentrasi oksigen yang digunakan
klien jika kilen menggunakan terapi oksigen
18. Kirim
segera darah ke laboratorium
19. Beri
plester dan kasa jika area bekas tusukan sudah tidak mengeluarkan darah (untu
klien yang mendapat terapi antikoagulan, penekanan membutuhkan waktu yang lama)
Pasca
analitik:
1.
Bereskan alat yang
telah digunakan, lepas sarung tangan
2.
Cuci tangan
3.
Kaji respon klien
setelah pengambilan AGD
4.
Berikan reinforcement
positif pada klien
5.
Buat kontrak untuk
pertemuan selanjutnya
6.
Akhiri kegiatan dan
ucapkan salam
7.
Dokumentasikan di dalam
catatan keperawatan waktu pemeriksaan AGD, dari sebelah mana darah diambil dan
respon klien.
2.6 Indikasi Analisa Gas Darah
Indikasi
dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu :
Pasien
dengan penyakit obstruksi paru kronik
a. Penyakit
paru obstruktif kronis
Yang ditandai dengan adanya
hambatan aliran udara pada saluran napas yang bersifat progresif non reversible
ataupun reversible parsial. Terdiri dari 2 macam jenis yaitu bronchitis kronis
dan emfisema, tetapi bisa juga gabungan antar keduanya.
b. Pasien
dengan edema pulmo
Pulmonary edema terjadi ketika
alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan yang merembes keluar dari
pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai gantinya udara. Ini dapat
menyebabkan persoalan-persoalan dengan pertukaran gas (oksigen dan karbon
dioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan pengoksigenan darah yang
buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai "air dalam paru-paru"
ketika menggambarkan kondisi ini pada pasien-pasien. Pulmonary edema dapat
disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang berbeda. Ia dapat dihubungkan pada
gagal jantung, disebut cardiogenic pulmonary edema, atau dihubungkan pada
sebab-sebab lain, dirujuk sebagai non-cardiogenic pulmonary edema.
c. Pasien
akut respiratori distress sindrom (ARDS)
ARDS terjadi sebagai akibat cedera
atau trauma pada membran alveolar kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan
kedalam ruang interstisiel alveolar dan perubahan dalarn jaring- jaring kapiler
, terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat-akibat
kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-.paru. ARDS
menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan , yang mengarah pada kolaps
alveolar . Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru- paru menjadi kaku
akibatnya adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas residual fungsional,
hipoksia berat dan hipokapnia.
d. Infark
miokard
Infark miokard adalah perkembangan
cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen. Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa
serangan mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan.
e. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari
paru-paru dan sistem dimana alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong
dari paru yang bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi
radang dan dengan penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam
sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga
dapat terjadi karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau
secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan
alkohol.
f. Pasien
syok
Syok merupakan suatu sindrom klinik
yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada 3 faktor
utama, yaitu curah jantung, volume darah, dan pembuluh darah. Jika salah satu
dari ketiga faktor penentu ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan
kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok juga terjadi hipoperfusi jaringan
yang menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolism sel sehingga seringkali
menyebabkan kematian pada pasien.
g. Post
pembedahan coronary arteri baypass
Coronary Artery Bypass Graft adalah
terjadinya suatu respon inflamasi sistemik pada derajat tertentu dimana hal
tersebut ditandai dengan hipotensi yang menetap, demam yang bukan disebabkan
karena infeksi, DIC, oedem jaringan yang luas, dan kegagalan beberapa organ
tubuh. Penyebab inflamasi sistemik ini dapat disebabkan oleh suatu respon
banyak hal, antara lain oleh karena penggunaan Cardiopulmonary Bypass
(Surahman, 2010).
h. Resusitasi
cardiac arrest
Penyebab utama dari cardiac arrest
adalah aritmia, yang dicetuskan oleh beberapa faktor,diantaranya penyakit
jantung koroner, stress fisik (perdarahan yang banyak, sengatan
listrik,kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam ataupun serangan asma
yang berat), kelainan bawaan, perubahan struktur jantung (akibat penyakit katup
atau otot jantung) dan obat-obatan.Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade
jantung dan tension pneumothorax. Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran
darah akan berhenti. Berhentinya peredaran darahmencegah aliran oksigen untuk
semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak
adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen
ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas
normal.Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam
5 menit dan selanjutnyaakan terjadi kematian dalam 10 menit. Jika cardiac
arrest dapat dideteksi dan ditangani dengansegera, kerusakan organ yang serius
seperti kerusakan otak, ataupun kematian mungkin bisa
dicegah.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
·
Pemeriksaan Analisa Gas Darah (Astrup)
adalah salah satu tindakan pemeriksaan laboratorium yang ditujukan ketika
dibutuhkan informasi yang berhubungan dengan keseimbangan asam basa (Ph),
jumlah oksigen, dan karbondioksida dalam darah pasien
·
Analisa gas darah meliputi PO2, Ph,
HCO3, dan seturasi O2.
·
Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan AGD
adalah Sebuah analisis ABG mengevaluasi seberapa efektif paru-paru yang
memberikan oksigen ke darah, . Tes ini juga menunjukkan seberapa baik paru-paru
dan ginjal yang berinteraksi untuk menjaga pH darah normal (keseimbangan
asam-basa).
·
Sampel darah untuk pemeriksaan Analisa
Gas Darah dapat dilakukan pada arteri radialis, arteri tibialis posterior,
arteri dorsalis pedis, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
-Analisis Gas Darah dan Manajemen
Asam Basa. Diakses dari
http://hanif.web.ugm.ac.id/analisa-gas-darah-dan-managemen-asam-basa.html
-Base Exess. Diakses dari wikipedia, the
free encyclopedia.
-edikurniawanhulu.blogspot.com/2013/08/analisa-gas-darah.html?m=1
-rizalpayawan.blogspot.com/2015/06/makalah-analisa-gas-darah.html?m=1
0 comments:
Posting Komentar