BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu
biologi yang mempelajari mikroorganisme. Objek kajiannya biasanya adalah semua
makhluk (hidup) yang perlu dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi,
alga mikroskopik, protozoa, dan Archaea. Virus sering juga dimasukkan walaupun
sebenarnya tidak sepenuhnya dapat dianggap sebagai makhluk hidup.Dalam tubuh
manusia, keberadaan mikroorganisme dapat diidentifikasi dengan dilakukannya
kultur mikrobiologi. Sampel dari
pemeriksaan darah dalam keadaan normal mengandung mikroba. Biasanya mikroba
ditemukan didalam darah berasal dari
luar tubuh dari bagian- bagian tubuh. Pencemaran mikroba dalam darah terutama
berasal dari kulit, karena itu pengambilan bahan pemeriksaan harus didahului
dengan membersihkan kulit dengan baik.
Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari
organisme yang hidup untuk sementara atau menetap didalam maupun permukaan
organisme lain dengan maksut untuk mengambil sebagian atau seluruh kebutuhan
makannannya serta mendapat perlindungan dari organisme lain tersebut. Organisme
yang mengambil makanan serta mendapat perlindungan dari organisme lain tersebut
parasit sedangkan organisme yang mengandung parasit disebut hospes atau tuan
rumah. Didalam tbuh manusia parasit dapat ditemukan pada bebebrapa bagian
tubuh, salah satunya yaitu darah. Contoh parasitnya dapat ditemukan dalam darah
yaitu mikroilaria, trypanosoma spp, dan plasmodium.
Pemeriksaan laboratorium menegakkan diagnose
filarial adalah pemeriksaan secara mikroskop pada sediaan darah kapiler.
Pengambilan sampel darah dilakukan pada pukul 22.00 malam sampai 02.00 dini
hari sesuai perioisitas dari spesies cacing ilaria.. Namun saat ini dipasaran
telah tersedia immunochromatograp iccard test (ICT) yang mempunyai sensitifitas
dan spesifitas yang tinggi. Teknik ini untuk mendekteksi adanya antigen dari W.
Bancorfti dari sampel dengan membutuhkan 100Ul darah. Ada pula uji cepaat untuk
mendeteksi antibody terhadap Brugia spcies ( Bugia Rapid Test). Pengambilan
sampel darah dapatt dilakukan pada siang hari
maupun malam hari.
1.2 Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah yang akan dibahas pada makalah ini, adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
pemeriksaan mikrobiologi darah ?
2.
Bagaimana
pengambilan pengambilan dan preparasi sampel mikrobiologi ?
3.
Bagaimana
prosedur pemeriksaan kultur darah mikrobiologi ?
4.
Bagaimana
pemeriksaan parasitologi darah ?
5.
Bagaimana
pemeriksaan, pengambilan, dan pembuatan sediaan darah sampel parasitologi?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan dengan rumusan masalah diatas
maka tujuan dari penyunan makalah ini adalah:
1.
Mengetahui
pemeriksaan mikrobiologi darah
2.
Mengetahui
pengambilan pengambilan dan preparasi sampel mikrobiologi
3.
Mengetahui
prosedur pemeriksaan kultur darah mikrobiologi
4.
Mengetahui
pemeriksaan parasitologi darah
5.
Mengetahui
pemeriksaan, pengambilan, dan pembuatan sediaan darah sampel parasitologi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan Mikrobiologi Darah
Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu
biologi yang mempelajari mikroorganisme. Objek kajiannya biasanya adalah semua
makhluk (hidup) yang perlu dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi,
alga mikroskopik, protozoa, dan Archaea. Virus sering juga dimasukkan walaupun
sebenarnya tidak sepenuhnya dapat dianggap sebagai makhluk hidup. Dalam tubuh
manusia, keberadaan mikroorganisme dapat diidentifikasi dengan dilakukannya
kultur mikrobiologi.
Pengambilan dan Preparasi Sampel Mikrobiologi
Darah
dalam keadaan normal tidak mengandung mikroba. Biasanya mikroba yang ditemukan
di dalam darah berasal dari luar tubuh atau dari bagian- bagian tubuh lain.
Pencemaran mikroba dalam darah terutama berasal dari kulit, karena itu pengambilan bahan pemeriksaan
harus didahului dengan membersihkan kulit dengan baik. Prosedur pengambilan
darah untuk pemeriksaan mikrobiologi :
1)
Periksa terlebih dahulu vena yang kan diambil darahnya.
2)
Bersihkan kulit dengan alcohol 70%
3)
Bersihkan kulit dengan iodine 3.5% (dapat dibersihkan lagi dengan alcohol 70%),
jangan melakukan palpasi lagi untuk mencari vena setelah kulit
dibersihkan.
4)Ambil
darah, jumlah darah yang diambil bergantung pada jenis pemeriksaan dan pada jenis
mikroba yang diduga ada dalam darah tersebut. Misalnya pada infeksi
Staphylococcus,tipus abdo,inalis atau
pada bakterimia akut yang disebabkan oleh Pneumococcus atau Meningococcus jumlah bakteri tersebut per ml darah
cukup banyak, sehingga jumlah darah yang diambil tidak perlu terlalu banyak. Sebaliknya, jumlah bakteri Gram negatif
didalam darah sangat jarang, sehingga
diperlukan jumlah darah yang cukup
banyak untuk dapat mengisolasi bakteri tersebut.
5)
Bila darah diperlukan untuk dikirim ke laboratorium, darah di masukan kedalam
tabung steril bersama antikoagulannya
atau dimasukan kedalam media transport. Pemeriksaan sampel darah harus segera mungkin dilakukan karena
mikroba dalam darah akan terpengaruh oleh sel-sel darah tersebut, maupun oleh zat-zat lain yang terdapat didalam darah
tersebut, misalnya pengaruh antibiotik.
Bahan pemeriksaan darah yang akan
diisolasi dengan cara dituang pada
lempeng agar, maka harus dicampur
dengan suatu antikoagulasi juga. Biasanya antikoagulasi yang dapat digunakan adalah larutan
natrium sitrat 2% sebanyak 3 ml, heparin 1mg atau polianetol sulfonat. Untuk mencegah hasil pemeriksaan false positif dengan mengisolasi
mikroba yang sebenarnya namun
ternyata merupakan mikroba hasil
pencemaran/kontaminasi dari sampel pemeriksaan darah, maka perlu
diperhatikan cara-cara pe ngiriman sampel
pemriksaan tersebut.
Kultur Darah Pada Pemeriksaan Mikrobiologi
Tes kultur
darah akan direkomendasikan jika diduga adanya bakteremia. Gejala-gejala
bakteremia yang dapat diamati, antara lain adalah:
·
Sakit
kepala.
·
Lemas.
·
Sesak
napas.
·
Menggigil.
·
Demam.
·
Jantung
berdebar (palpitasi).
·
Nyeri
otot.
Jika tidak
ditangani dengan baik, bakteremia dapat berkembang menjadi sepsis yang dapat
disertai dengan kerusakan berbagai organ dalam tubuh. Gejala sepsis dapat
berupa gejala bakteremia yang sudah ada sebelumnya, ditambah dengan gejala
berikut:
·
Pusing.
·
Mual.
·
Kulit
berbintik-bintik.
·
Penurunan
tekanan darah.
·
Penurunan
kesadaran.
·
Produksi
urine berkurang. Fungsi organ tubuh menurun
Terjadi
penggumpalan darah di banyak pembuluh darah. Kultur darah lebih
direkomendasikan bagi seseorang yang diduga mengalami bakteremia setelah
menjalani pembedahan, menjalani operasi katup jantung, atau sedang menjalani pengobatan
dengan obat imunosupresif.
Pasien yang baru menjalani prosedur-prosedur medis tersebut memiliki risiko
tinggi menjadi sepsis. Selain itu, kultur darah juga direkomendasikan bagi bayi
dan anak-anak yang diduga menderita infeksi, meskipun tidak menimbulkan gejala
apa pun. Beberapa faktor risiko lainnya yang juga membuat seseorang lebih mudah
menderita bakteremia dan dianjurkan menjalani prosedur kultur darah, antara
lain :
·
Menderita
diabetes.
·
Menderita
kanker.
·
Menderita
penyakit autoimun.
·
Menderita
HIV atau AIDS.
Persiapan Kultur Darah
Umumnya pasien
yang akan menjalani tes kultur darah tidak memerlukan persiapan khusus. Akan
tetapi, pasien diharuskan untuk memberitahukan dokter terkait obat-obatan
(terutama antibiotik atau antijamur)
dan suplemen makanan yang sedang digunakan karena dikhawatikan dapat
memengaruhi hasil kultur darah.
Prosedur
Pengambilan Sampel Darah Vena
1. Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum,
kapas alkohol 70%, tali pembendung (turniket), plester, tabung vakum.
2.
Pasang
jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
3.
Lakukan
pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman mungkin.
4. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di
lembar permintaan.
5.
Verifikasi
keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat
tertentu, tidak puasa dsb.
6. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
7. Minta pasien mengepalkan tangan.Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat
siku.
tertentu, tidak puasa dsb.
6. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
7. Minta pasien mengepalkan tangan.Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat
siku.
8.
Pilih
bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan
perabaan (palpasi) untuk memastikan
posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena
tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5
menit daerah lengan.
posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena
tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5
menit daerah lengan.
9. Bersihkan kulit pada bagian
yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering.
Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
10. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke
atas. Masukkan tabung ke dalam
holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap pada tabung, maka darah akan
mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir. Jika memerlukan
beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu
seterusnya.
holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap pada tabung, maka darah akan
mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir. Jika memerlukan
beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu
seterusnya.
11.Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan
tangannya. Volume darah yang diambil kira-
kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa sat lalu
plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.
kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa sat lalu
plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.
Kriteria
sampel yang dapat di terima:
1.Lokasi pengambilan yang benar
2.Waktu pengambilan yang benar
3.Volume yang di ambil cukup
4.Cara mengambil benar
5.Wadah penampung benar
6.Ada identitas
1.Lokasi pengambilan yang benar
2.Waktu pengambilan yang benar
3.Volume yang di ambil cukup
4.Cara mengambil benar
5.Wadah penampung benar
6.Ada identitas
Kriteria
pengumpulan specimen:
1.Perlu data
2.Sampel cukup
3.Media transport benar
4.Pengiriman sesegera mungkin
Kriteria sampel yang di tolak:
1.Identitas pasien salah/tidak lengkap
2.Volume specimen kurang
1.Perlu data
2.Sampel cukup
3.Media transport benar
4.Pengiriman sesegera mungkin
Kriteria sampel yang di tolak:
1.Identitas pasien salah/tidak lengkap
2.Volume specimen kurang
3.Wadah
tidak sesuai
4.Pengiriman/penyimpanan specimen salah
6.Tidak diketahui waktu dan lkasi pengambilan sampel
4.Pengiriman/penyimpanan specimen salah
6.Tidak diketahui waktu dan lkasi pengambilan sampel

Prosedur
Pemeriksaan Kultur Darah
Sampel darah
yang sudah diambil dari pasien akan ditumbuhkan dalam medium khusus, umumnya
medium berbentuk cair. Medium yang sudah ditambahkan sampel darah dari pasien
akan disimpan di dalam ruang penyimpanan khusus untuk menumbuhkan
mikroorganisme yang diduga terdapat pada darah. Lama dan kondisi penyimpanan
sampel darah akan berbeda-beda tergantung kepada jenis bakteri yang ingin dilihat.
Lama rata-rata waktu bakteri untuk berkembang biak adalah 5 hari, meskipun
beberapa bakteri dapat memakan waktu hingga 4 minggu.Adapun media yang dapat di
gunakan pada kultur darah adalah : sc , ss agar ,MacConkey agar .
Jika hasil kultur darah seseorang
menunjukkan hasil positif, yang menandakan adanya bakteri dalam darah, dokter
dapat melakukan tes resistensi bakteri terhadap antibiotik. Tes resistensi
bakteri bertujuan untuk menentukan jenis antibiotik yang paling efektif dalam
membasmi bakteri tersebut. Tes resistensi bakteri biasanya dilakukan selama
24-48 jam.
Jika kultur
darah dari beberapa sampel menunjukkan hasil yang berbeda, misalnya dari sampel
darah lengan menunjukkan hasil positif sedangkan dari bagian lain negatif,
dapat diduga bahwa terjadi infeksi pada kulit atau terdapat kontaminasi pada
sampel. Jika kultur darah tidak menunjukkan pertumbuhan mikroba apa pun selama
beberapa hari inkubasi, kultur darah dapat dikatakan memberikan hasil negatif.
Jika hasil tes kultur darah negatif namun gejala-gejala terjadinya infeksi
tetap ada, dokter dapat merekomendasikan pasien menjalani tes tambahan untuk
memastikan adanya infeksi.
Perlu diingat
bahwa untuk mendeteksi infeksi virus menggunakan kultur darah, diperlukan
medium tumbuh khusus yang berbeda dengan medium tumbuh untuk bakteri atau
jamur. Dokter akan merekomendasikan pasien untuk menjalani tes lain jika diduga
menderita infeksi virus.
Setelah Kultur
Darah
Apabila hasil
tes kultur darah menunjukkan adanya infeksi mikroorganisme dalam darah, dokter
akan memberikan pengobatan antibiotik atau antijamur sesuai dengan mikroba yang
menyebabkan infeksi. Jika yang menyebabkan infeksi adalah bakteri, dokter akan
memberikan pengobatan antibiotik berspektrum luas melalui suntikan. Jika
melalui tes resistensi bakteri sudah diketahui jenis antibiotik yang efektif,
dokter akan memberikan pengobatan antibiotik sesuai dengan hasil tes
resistensi.
B.
Pemeriksaan Parasitologi Darah
Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari
organisme yang hidup untuk sementara atau menetap di dalam atau pada permukaan
organisme lain dengan maksud untuk mengambil sebagian atau seluruh kebutuhan
makanannya serta mendapat perlindungan dari organisme lain tersebut. Organisme
yang mengambil makanan serta mendapat perlindungan dari organisme lain tersebut
disebut parasit (sites artinya makanan, parasit artinya orang yang ikut makan),
sedang-kan organisme yang mengandung parasit disebut hospes atau tuan rumah.
Didalam tubuh manusia parasit dapat ditemukan
pada beberapa bagian tubuh, salah satunya yaitu darah. Contoh parasit yang
dapat ditemukan dalam darah yaitu mikrofilaria, trypanosoma spp, dan
plasmodium.
1.
Mikrofilaria

Beberapa penyakit tropis yang terabaikan
(Neglected Tropical Diseases, NTD) masih ditemukan pada populasi miskin di negara berkembang. Terdapat 17 jenis penyakit
NTD yang berasal dari 4 jenis agen/penyebab penyakit yang berbeda yaitu virus,
bakteri, cacing, maupun protozoa. Salah satu penyakit NTD yang disebabkan oleh
cacing dan saat ini masih ditemukan di Indonesia adalah lymphatic filariasis.
Lymphatic filariasis atau lebih dikenal
sebagai penyakit kaki gajah (elephantiasis) adalah penyakit infeksi akibat
cacing filaria (mikrofilaria). Ada 3 spesies mikrofilaria penyebab penyakit ini
yaitu Wuchereria bancrofti (ditemukan pada 90% kasus filariasis di dunia),
Brugia malayi, dan Brugia timori. Semua spesies tersebut terdapat di Indonesia, namun lebih
dari 70% kasus filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi.
Manusia terinfeksi melalui gigitan nyamuk
vektor yang mengandung larva infektif (L3) dari spesies mikrofilaria tersebut.
Meskipun jarang menimbulkan kematian, cacing filaria yang berkembangbiak di
dalam pembuluh limfe akan menyebabkan kerusakan dan penyumbatan pada saluran limfatik dan pada stadium akhir
dari kasus kronis sering ditemukan pembengkakan (kecacatan) pada kaki, tangan, maupun organ genital. Upaya
pencegahan dan infeksi awal dapat dilakukan dengan pemberian obat anti-filaria.
Namun pada kondisi yang sudah terjadi pembengkakan
diperlukan langkah dan tata laksana kasus yang berbeda.
Diagnosa
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan
diagnosa filaria adalah pemeriksaan secara mikroskopis pada sediaan darah
kapiler. Pengambilan sampel darah dilakukan pada pukul 22.00 malam sampai 02.00
dini hari sesuai periodisitas dari spesies cacing filaria. Namun saat ini di
pasaran telah tersedia kit immunochromatographic card test (ICT) yang mempunyai
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Teknik ini untuk mendeteksi adanya
antigen dari W. bancrofti dari sampel dengan membutuhkan 100 uL darah. Ada pula
uji cepat untuk mendeteksi antibodi terhadap Brugia spesies (Brugia Rapid
Test). Pengambilan sampel darah dapat dilakukan pada siang maupun malam hari.
Teknik
pemeriksaan filaria pada sediaan darah kapiler :
a.
Pembuatan Sediaan Darah kapiler untuk Pemeriksaan Mikrofilaria dalam Darah Tepi
1. Gunakan sarung tangan sebelum memulai
proses
2. Siapkan kaca slide berlabel yang bersih
dan bebas lemak, beri label/kode;
3. Bersihkan ujung jari pasien yang akan
diambil darahnya (jari tengah atau jari manis) dengan kapas alkohol dan
keringkan dengan kapas atau tisu yang bersih;
4. Tusuk sisi bagian dalam jari dengan
menggunakan jarum penusuk yang steril;
5. Tekan jari tersebut dengan lembut dan
kumpulkan 60 uL darah ke dalam tabung kapiler non heparin
yang telah ditera;
6.Posisikan tabung kapiler secara horizontal
(merata) saat mengumpulkan darah agar darah dapat masuk
ke
dalam tabung dengan lancar;
7.Bersihkan sisa darah pada ujung jari dengan
kapas dan pasien diminta memegang kapas tersebut
sampai darah berhenti mengalir;
8. Teteskan darah dalam tabung kapiler di
tiga titik pada permukaan kaca slide secara berseling (masing
masing
titik 20 uL darah). Dengan tutup jarum penusuk, ratakan darah membentuk tiga
jalur paralel
seperti
pada gambar 1 dibawah ini (masing-masing jalur paralel darah berukuran lebar X
panjang =
0,5 X 4 cm). Untuk memudahkan dapat diletakkan pola panjang hapusan
darah di bawah kaca slide;
9. Biarkan sediaan darah pada kaca slide
mengering dengan menempatkannya pada posisi horizontal di
tempat yang aman sampai proses pengumpulan darah selesai.
b.
Pewarnaan Sedian Darah Jari
1. Lakukan pewarnaan sediaan darah ketika
sudah kering sempurna dengan bantuan udara;
2. Dehemoglobinasi sediaan darah menggunakan
air suling atau air kemasan botol merek tertentu yang memiliki pH 7,2 dengan
cara merendam sediaan darah di dalam air sampai air berwarna merah dan jalur
paralel darah pada slide berwarna putih susu. Buang air dengan hati-hati,
kemudian susun slide dalam rak pewarnaan dan dibiarkan mengering di udara
selama 10-20 menit;
3. Teteskan metanol pada slide yang sudah
kering selama 1 menit;
4. Lanjutkan dengan pewarnaan menggunakan
larutan Giemsa 3% selama 30 menit;
5. Bersihkan warna larutan Giemsa yang
menempel pada kaca slide dengan mencelupkannya ke dalam air kemudian slide
dibiarkan kering sempurna dengan bantuan udara. Slide diposisikan berdiri
dengan kemiringan 45 derajat agar air dapat mengalir turun. Apabila tidak dapat
langsung diperiksa, simpan slide di dalam kotak slide.
c.
Pemeriksaan Mikroskopis
1. Untuk menemukan filaria pada preparat
digunakan perbesaran obyektif 10X10;
2. Jumlah mikrofilaria yang ditemukan di
semua lapangan pandang dihitung. Agar tidak terlewatkan dan setiap lapangan
pandang dapat diperiksa, pengamatan dimulai dari tepi kiri kemudian digeser ke
kanan sampai tepi preparat. Dilanjutkan ke bidang pandang berikutnya dan
menggeser ke arah yang berlawanan ke tepi lagi.
2.
Trypanosoma spp
Penyakit surra merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh Trypqmosa spp (Luckins et al.1992: Dargantes et al., 2005. Trypanosoma spp banyak ditemukqlan dalam darah atau jaringan organisme yang terinfeksi. Parasit ini ditularkan secara mekanis oleh vektor lalat penghisap darah seperti Tabanus sp dan Stomoxys sp. Trypanosoma sp dalam darah dapat diperiksa dengan menggunakan metode MHCT.
Pemeriksaan MHCTPemeriksaan MHCT yang dilakukan adalah
menurut Woo (1969). Sampel yang diperiksa berupa darah segar organisme
tersangka sakit. Metode ini dilakukan hanya untuk diagnosa penyakit SURRA.
Prinsip dari metoda mikrohematokrit ini adalah pemisahan sel darah merah dan
plasma setelah proses sentrifugasi. Suatu lapisan yang terletak di antara
keduanya disebut ‘’buffy coat’’ adalah tempat ditemukannya Trypanosama spp.
Cara
pemeriksaan MHCT
1).
Sampel darah ditampung dalam tabung yang mengandung antikoagulan EDTA dimasukan
ke dalam tabung mikrohematokrit kira
kira 2/4 bagian dari isi tabung kapiler tersebut.
2).
Salah satu ujung tabung mikrohematokrit ditutup dengan eritoseal sumbat
3).
Buka penutup ‘plate’ tempat tabung kapiler dan letakkan tabung berisi darah
pada ‘plate’ dengan bagian
ujung kapiler yang disumbat berada diluar. Kemuadian ‘plate’ ditutup kembali.
4).
Putar alat sentrifus mikrohematokrit selama 5 menit dengan kecepatan 12.000 rpm
6).
T. Evansi diperiksa dengan cara mengarahkan lensa mikroskop dibatas ‘’buffy
coat’’.
3.
Plasmodium
Plasmodium Falciparum |
Penyakit
Malaria merupakan penyakit infeksi parasit,
disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan
ditemukannya bentuk sporofit didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala
berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali. penyakit menular ini sangat
dominan di daerah tropis dan sub-tropis, apabila diabaikan dapat menjadi
penyakit yang serius. Parasit penyebab malaria seperti malaria jenis Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax,
Plasmodium malarie, Plasmodium ovale, dan Plasmodium knowlesi dapat menyebabkan kematian.Plasmodium merupakan suatu protozoa yang mampu ditularkan kepada
manusia melalui gigitan nyamukAnopheles
betina (Widiyono, 2011).
Penyakit
Filariasis adalah penyakit yang mengenai
kelenjar dan saluran limfe, disebabkan oleh parasit golongan nematoda yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan
Brugia timori. Penularan penyakit filariasis bancrofti dapat terjadi
melalui gigitan nyamuk Culex
quinquefasciatus, Patologi dan gejala klinis penyakit filariasis dapat
berupa limfadenitis dan limfangitis retrograd pada stadium akut, hidrokel,
kilurian, dan limfodema (elephantiasis) yang mengenai seluruh kaki atau lengan,
skrotum, vagina dan payudara pada stadium kronis.
Pemeriksaan
dengan sediaan darah
Sediaan
darah yang digunakan untuk pemeriksaan dan identifikasi parasit Malaria ada dua
jenis dalam satu slide, yaitu sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis.
a. Sediaan Darah Tebal
Sediaan
darah tebal terdiri dari sejumlah besar sel darah merah yang terhemolisis,
terutama bagian sitoplasma yang mengalami kerusakan sehingga parasit yang
ditemukan umumnya tidak utuh. Diagnosis tidak apat dibuat bila hanya melihat
1-2 parasit. Untuk itu diagnosis harus memerlukan pemeriksaan banyak parasit.
Volume darah yang diambil dan parasit yang terkandung dalam darah akan terkonsentrasi
pada area yang lebih kecil sehingga pemeriksaan sediaan darah menjadi cepat.
Oleh karena itu dalam penegakan diagnosis malaria menggunakan sediaan darah
tebal (Irianto, 2013). Inti sel leukosit biru lembayung tua, hanya granula pada
eosinofil yang tampak karena giemsa mengandung eosin yang merupakan pewarna
asam. Trombosit berwarna lembayung muda dan berkelompok. Parasit tampak kecil,
batas sitoplasma sering tidak nyata. Parasit berbentuk seperti “koma” atau
“tanda seru” atau “burung terbang”. Tropozoit sudah agak matang tampak pigmen.
b. Sediaan Darah Tipis
Sediaan
darah tipis terdiri dari sel darah merah yang lebih tersebar dan tidak saling
melekat satu sama lain. Volume darah yang diambil sedikit tetapi bidang sediaan
luas sehingga sediaan darah tipis digunakan untuk membantu identifikasi spesiesPlasmodium setelah ditemukan parasit
malaria dalam sediaan darah tebal (Irianto, 2013).
Pengambilan Sediaan Darah
Pengambilan
darah pada pemeriksaan malaria dapat diambil sewaktu-waktu. Karena seluruh
stadium Plasmodium terjadi dalam
darah. Siklus ini dinamakan siklus eritrositer. Bahan pemeriksaan darah terbaik
yaitu darah ujung jari sedikit ke tepi. Untuk orang dewasa cukup diujung jari
manis sebelah kiri karena biasanya jari bagian tersebut jarang digunakan untuk
aktivitas. Anak-anak umur 2-3 tahun dilakukan pada ujung ibu jari kaki. Pada
bayi bisa dilakukan di tumit karena apabila dilakukan di jari tangan atau jari
kaki kemungkinan terjadinya perdarahan sulit berhenti. Sebelum darah diambil
jari harus diusap dengan kapas beralkohol untuk menghilangkan kotoran dan
keringat kemudian diusap dengan kapas kering serta untuk memperbesar pembuluh
darah tepi.
Apabila
menggunakan darah vena, sebaiknya darah yang digunakan adalah darah yang belum
tercampur dengan koagulan. Sediaan darah harus segera dibuat sebelum darah
membeku. Apabila menggunakan darah dengan anti koagulan harus segera dibuat
sediaan darah, karena bila sudah lebih dari 1 jam, jumlah parasit berkurang dan
morfologi dapat berubah. Untuk darah yang dimasukkan ke dalam tabung berisi
anti koagulan, tabung harus diisi penuh dengan darah yang akan diperiksa.
Pembuatan Sediaan Darah
Pembuatan
sediaan darah mikfrofikaria menggunakan sediaan darah tebal dam tipis. Setelah darah keluar, darah pertama harus
dibuang dengan diusap dengan kapas kering untuk mengurangi trombosit yang akan
menempel pada sediaan darah. Karena trombosit akan mempercepat pembekuan darah
dan sedian darah yang terbentuk akan kurang bagus u ntuk diperiksa. Lalu ujung
jari ditekan kembali hingga darah keluar. Darah yang keluar selanjutnya
ditempelkan diatas kaca sediaan cukup 3 tetes. Untuk sediaan darah tipis hanya
dengan menempelkan ujung slide lain diambil dari tetesan darah setelah itu
digeser dengan sudut 450 dengan cepat kearah yang berlawanan dengan
tetes darah tebal. Sediaan darah tebal cukup diratakan dengan ujung sudut kaca
objek lain dengan gerak memutar dan
kembali ke tengah dengan diameter 1 cm.
Label/etiket
ditempel pada bagian ujung slide dekat dengan sediaan darah tebal. Pada label
dituliskan kode/initial nama/tanggal pembuatan. Sediaan darah kemudian
dikeringkan pada suhu ruangan selama 24 jam.
Sediaan
darah dihemolisis terlebih dahulu sebelum difiksasi dengan cara ditetesi dengan
aquades lalu dibiarkan selama 10-15 menit kemudian dikeringkan. Tujuan dari
hemolisis yaitu agar hemoglobin dalam eritrosit dapat terangkat sehingga
pemeriksaan dan identifikasi parasit dalam darah menjadi jelas. Sediaan darah
tipis kemudian difiksasi dengan methanol , kemudian dikeringkan. Tujuan fiksasi
yaitu agar sediaan darah tidak mudah terlepas dan rusak dan hanya dilakukan
pada sediaan darah tipis karena sediaan darah tipis menngandung komponen yang
lebih sedikit.
Pewarnaan
yang digunakan adalah pewarnaan sedang yaitu 3 tetes giemsa stock dicampur
dengan 30 tetes buffer dengan perbandingan 1:10. Kemudian larutan giemsa
tersebut diteteskan diatas sediaan darah dan didiamkan selama 15-25 menit.
Setelah kering sediaan darah dialiri aquades secara perlahan-lahan lalu dikeringkan
. Setelah kering sediaan darah dapat diamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran awal 40 kali lalu dinaikkan menjadi 100 kali.
BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari
mikroorganisme. Objek kajiannya biasanya adalah semua makhluk (hidup) yang
perlu dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi, alga mikroskopik,
protozoa, dan Archaea. Virus sering juga dimasukkan walaupun sebenarnya tidak
sepenuhnya dapat dianggap sebagai makhluk hidup.Dalam tubuh manusia, keberadaan
mikroorganisme dapat diidentifikasi dengan dilakukannya kultur mikrobiologi.
Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari
organisme yang hidup untuk sementara atau menetap didalam maupun permukaan
organisme lain dengan maksut untuk mengambil sebagian atau seluruh kebutuhan
makannannya serta mendapat perlindungan dari organisme lain tersebut. Organisme
yang mengambil makanan serta mendapat perlindungan dari organisme lain.
Pemerikaan parasitologi darah dengan dilakukannya pemeriksaan pembuatan sedian
hapusan darah.
2.2
Saran
Dengan penulis
makalah ini, penulis mengharapkan kepada pembaca agar dapat mengetahui,
mengerti dan mempelajari materi plebotomi tentang jumlah sampel berdasarkan jenis pemeriksaan
parasitologi dan mikrobiologi.
DAFTAR PUSTAKA
-
com.cdn.ampproject.org/v/s/cindaiarlin.wordpress.com/2015/08/24/pemeriksaan-parasit-
-
darah/amp/?amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQECAFYAQ%3D%3D#referrer=https%3A%2F
-
2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fcindaiarlin.wordpres
-
s.com%2F2015%2F08%2F24%2Fpemeriksaan-parasit-darah%2F
-
https://juldi-rivai.blogspot.com/2017/03/laporan-praktikum-pemeriksaan-malaria.html?m=1
0 comments:
Posting Komentar