UA-115008529-1

Rabu, 20 Desember 2017

Makalah Bakteriologi Pseudomonas sp dan Poteus sp

Posted by Sahabat Siput at Desember 20, 2017
MAKALAH BAKTERIOLOGI
Kelompok 5

Bakteri Pseudomonas dan Proteus

DosenPengampu : Misbahul Huda, S.si,M.Kes


 










     `DisusunOleh  :
                                                 . Deby Rizkika Putri
                                                 
Program Studi  : D-IV AnalisKesehatan
Jurusan  :AnalisKesehatan


 


 



POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TAHUN 2017/2018


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Genus Pseudomonas terdiri dari sejumlah kuman batang negatif Gram yang tidak meragi karbohidrat, hidup aerob di tanah dan air.Dalam habitat alam tersebar luas dan memegang peranan penting dalam pembusukan zat organik.Bergerak dengan flagel polar, satu atau lebih.Beberapa diantaranya adalah fakultatif khemolitotrof, dapat memakai H2 atau CO sebagai sumber karbon.Katalase positif.
Ada yang patogen bagi binatang atau tanaman dan ada yang patogen bagi kedua-duanya.Kebanyakan spesies Pseudomonas tidak menyebabkan infeksi pada manusia, tetapi kuman ini penting karena bersifat oportunis patogen, dapat menyebabkan infeksi pada individu dengan ketahanan tubuh yang menurun.Infeksinya biasanya gawat, sulit diobati dan biasanya merupakan infeksi nosokomial.Genus Pseudomonas mempunyai spesies paling sedikit 10-12 yang penting dalam klinik.
Proteus spp. termasuk dalam famili enterobakteriaceae, bakteri bentuk batang, gram negatif, tidak berspora, tidak berkapsul, flagel peritrik, ada yang cocobacilli, polymorph, berpasangan atau membentuk rantai, kuman ini berukuran 0,4-0,8 x 1.0-0,3 mm. Bakteri proteus sp. Termasuk dalam bakteri  non fruktosa fermenter, bersifat fakultatif aerobe/anaerob.
Merupakan bakteri aerob/anaerob fakultatif.Mengeluarkan bau khas dan swarming pada media BAP. Proteus sp. Menunjukan pertumbuhan yang menyebar pada susu 37o c. Proteus sp. membentuk asam dan gas dari glukosa, sifatnya khas antara lain mengubah fenil alanin menjadi asam fenil alanin pirufat atau PAD dan menghidrolisa urea dangan cepat karena adanya enzim urase pada TSIA bersifat alkali asam dengan membentuk H2s. Proteusspdisebut juga bakteri proteolitik karena bakteri ini ini dapat menguraikan dan dapat memecah protein secara aerob / anaerob sehingga menghasilkan komponen berbau busuk seperti hidrogen, sulfid, amin, indol, dan asam lemak. Proteus dapat menghidrolisis urea menjado CO3 dan NH3 serta melepas amoniak.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan permasalahan sebagai  berikut :
1.     Apa yang dimaksud bakteri Pseudomonas dan Proteus?
2.     Bagaimana pertumbuhan bakteri Pseudomonas dan Proteus pada media?
3.     Bagaimana pemeriksaan   bakteri Pseudomonas dan Proteus di laboratorium?
1.3  Tujuan
Berdasarkan dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penyunan makalah ini adalah :
1.     Mengetahui bakteri Pseudomonas dan Proteus
2.     Mengetahui pertumbuhan bakteri Pseudomonas dan Proteus
3.     Mengetahui pertumbuhan  bakteri Pseudomonas dan Proteus





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Genus (kelompok) Pseudomonas
Pseudomonas berasal dari bahasa yunani yaitu pseudo berarti palsu dan monas berarti satu unit. Pseudomonas sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon. Keberhasilan penggunaan bakteri Pseudomonas dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon membutuhkan pemahaman tentang mekanisme interaksi antara bakteri Pseudomonas sp. dengan senyawa hidrokarbon. Kemampuan bakteri Pseudomonas sp. dalam mendegradasi hidrokarbon dan dalam menghasilkan biosurfaktan menunjukkan bahwa isolat bakteri Pseudomonas sp. berpotensi untuk digunakan dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon.
Genus pseudomonas terdiri dari sejumlah kuman batang gram negatif  yang tidak meragi karbohidrat, hidup aerob di tanah dan di air. Dalam habitat alam tersebar luas dan memegang peranan penting dalam pembusukan zat organik. Bergerak dengan flagel polar, satu atau lebih. Beberapa diantaranya adalah fakultatif khemoliotrof, dapat memakai H2 atau CO sebagai sumber karbon katalase positif.
Kelompok Pseudomonas adalah batang gram-negatif, bergerak, aerob; beberapa di antaranya menghasilkan pigmen yang larut dalam air. Pseudomonas ditemukan secara luas di tanah, air, tumbuhan dan hewan. Dalam jumlah kecil, Pseudomonas aeruginosa sering terdapat dalam flora usus normal dan pada kulit manusia dan merupakan patogen utama dari kelompoknya. Spesies Pseudomonas lain jarang menyebabkan penyakit. Klasifikasi Pseudomonas didasarkan pada homologi rRNA/DNA dan ciri khas biakan yang lazim. Pseudomonas yang penting dalam bidang kedokteran dicantumkan pada tabel 1.1.
Pseudomonas biasanya ditemukan hidup di dalam intestin dan tidak menyebabkan gangguan. Pseudomonas seruginosa (pyocyanea) merupakan spesies yang ditentukan sebagai mikroorganisme patogen pada luka dan luka bakar: pus berwarna hijau kebiruan dan mempunyai bau khas; otitis eksterna; infeksi saluran kencing; meningitis.
Mikroorganisme ini dapat menyebabkan bahaya di rumah sakit pada masa yang akan datang karena kemampuannya untuk hidup pada berbagai temperatur, resisten terhadap antibiotika, resisten terhadap desinfektan lemah, mampu mengkontaminasi cairan streil, sumbat botol, tetes mata, salep, alat pelembab ventilator mekanik dan inkubator bayi.
Salah satu spesies dari genus Pseudomonas yaitu Pseudomonas aeruginosa. Pseudomonas aeruginosa tersebar luas di alam dan biasanya terdapat di lingkungan yang lembab di rumah sakit. Bakteri ini dapat tinggal pada manusia yang normal, dan berlaku sebagai saprofit. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit bila pertahanan tubuh inang abnormal.

A.    Kelompok Pseudomonas
1.      Bakteri Pseudomonas aeruginosa
a.      Morfologi
Pseudomonas aeruginosa bergerak dan berbentuk batang, berukuran sekitar 0,6 x 2 µm. Bakteri ini gram-negatif dan terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan kadang-kadang membentuk rantai yang pendek.


b.      Klasifikasi Ilmiah
Kingdom        : Bacteria
Phylum           : Proteobacteria
Class               : Gamma Proteobacteria
Order              : Pseudomonadales
Family                        : Pseudomonadaceae
Genus             : Pseudomonas
Species            : Pseudomonas aeruginosa
c.       Biakan
Psedomonas aeruginosa adalah aerob obligat yang tumbuh dengan mudah pada banyak jenis perbenihan biakan, kadang-kadang menghasilkan bau yang manis atau menyerupai anggur. Beberapa strain menghemolisis darah. Pseudomonas aeruginosa membentuk koloni bulat halus dengan warna fluoresensi kehijauan. Bakteri ini sering menghasilkan piosianin, pigmen kebiru-biruan yang tak berfluoresensi, yang berdifusi ke dalam agar. Spesies Pseudomonas lain tidak menghasilkan piosianin. Banyak strain Pseudomonas aeruginosa juga menghasilkan pigmen pioverdin yang berfluoresensi, yang memberi warna kehijauan pada agar. Beberapa strain menghasilkan pigmen piorubin yang berwarna merah gelap atau pigmen piomelanin yang hitam.
Pseudomonas aeruginosa dalam biakan dapat menghasilkan berbagai jenis koloni, sehingga memberi kesan biakan dari campuran berbagai spesies bakteri. Pseudomonas aeruginosa yang jenis koloninya berbeda dapat mmepunyai aktivitas biokimia dan enzimatik yang berbeda dan pola kepekaan antimikroba yang berbeda pula. Biakan dari pasien dengan fibrosis kistik sering menghasilkan Pseudomonas aeruginosa yang membentuk koloni sangan mukoid sebagai hasil produksi berlebihan dari alginat, suatu eksopolisakarida.
d.      Ciri-ciri Pertumbuhan
Psedumonas aeruginosa tumbuh dengan baik pada suhu 37-42oC; pertumbuhannya pada suhu 42oC membantu membedakan spesies ini dari spesies Pseudomonas lain. Bakteri ini oksidase positif dan tidak meragikan karbohidrat. tetapi banyak strain mengoksidasi glukosa. Pengenalan biasanya berdasarkan morfologi koloni, sifat oksidase-positif, adanya pigmen yang khas, dan pertumbuhan pada suhu 42oC. Untuk membedakan Pseudomonas aeruginosa dengan Pseudomonas yang lain berdasarkan aktivitas biokimiawi, dibutuhkan pemujian dengan berbagai substrat.






Grup dan subgrup Homologi rRNA
Genus dan Spesies
I.             Grup fluoresen



Grup nonfluoresen
Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas fluorescens
Pseudomonas putida

Pseudomonas stutzeri
Pseudomonas mendocina
Pseudomonas alcaligenes
Pseudomonas pseudoalcaligenes
II
Pseudomonas pseudomallei
Pseudomonas mallei
Pseudomonas cepacia
Pseudomonas picketti
III dan IV
Berbagai spesies yang jarang diisolasi dari manusia
V
Xanthomonas maltophilia
Tabel 1.1. Klasifikasi Pseudomonas yang menyebabkan penyakit pada manusia
e.       Siklus Hidup
Adanya rangsangan dari lingkungan (luar tubuh) akan memicu pengaturan yang memberikan sinyal kepada system penginderaan berupa sinyal mikroba. Kemudian bakteri ini akan membenrtuk sel planktonik yang kemudian membuat formasi biofilm. Pembentukan biofilm dimulai dengan terangkatnya mikroorganisme bebas-mengambang ke permukaan. Koloni pertama menuju ke permukaan secara perlahan (gaya van der Waals yang reversible). Jika koloni tidak segera dipisahkan dari permukaan, mereka dapat membuat diri mereka  lebih permanen dengan menggunakan struktur sel adhesi seperti pili.
Koloni pertama memfasilitasi kedatangan sel lain dengan menyediakan situs adhesi lebih beragam dan mulai membangun matriks yang memegang biofilm bersama-sama. Tahap akhir pembentukan biofilm dikenal sebagai pembangunan, dan tahap di mana biofilm didirikan dan hanya dapat berubah dalam bentuk dan ukuran.  Perkembangan biofilm memungkinkan untuk koloni sel agregat (ies) menjadi semakin resisten antibiotik.  Formasi biofilm ini akan mengirimkan sinyal ke sel inang. Setelah proses pembentukkan biofilm, sel inang  mengirimkan sinyal sitokinesis kepada bakteri ini yang kemudian menghasilkan sinyal adanya molekul metabolit sekunder.
Pseudomonas aeruginosa akan keluar dari sumbernya, mengalami penyebaran dan mempunyai gerbang masuk bagi inang yang rentan. Pseudomonas aeruginosa akan keluar dari saluran yang telah diinfeksinya. Apabila menginfeksi pada saluran pernapasan maka akan meninggalkan saluran tersebut dan berpindah pada inang rentan yang lain. Mengingat Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen nosokomial, cara pemindahsebarannya dapat melalui penanganan dan penggunaan alat yang tidak steril. Kemudian akan menginfeksi inang lain yang rentan pada bagian tertentu misalnya saluran kencing. Inang rentan ini biasanya pasien bedah, pasien yang terluka atau luka bakar, pasien yang menjalani pengobatan radiasi, juga pasien dengan peralatan yang menembus tubuh.
f.        Struktur Antigen & Toksin
Pili (fimbriae) menjulur dari permukaan sel dan membantu pelekatan pada sel epitel inang. Simpai polisakarida membentuk koloni mukoid yang terlihat pada biakan dari penderita penyakit fibrosiskistik. Lipopolisakarida, yang terdapat dalam berbagai imunotipe, bertanggungjawab untuk kebanyakan sifat endotoksik organisme itu. Pseudomonas aeruginosa dapat ditentukan tipenya berdasarkan imonotipe lipopolisakarida dan kepekaannya terhadap piosin (bakteriosin). Kebanyakan isolat Pseudomonas aeruginosa dari infeksi klinis menghasilkan enzim ekstrasel, termasuk elastase, protease, dan dua hemolisin: suatu fosfolipase C yang tidak tahan panas dan suatu glikolipid yang tahan panas.
Banyak strain Pseudomonas aeruginosa menghasilkan eksotoksin A, yang menyebabkan nekrosis jaringan dan dapat mematikan hewan bila disuntikan dalam bentuk murni. Toksin ini menghambat sintesis protein dengan cara kerja yang sama kerja toksin difteria, meskipun stuktur kedua toksin itu tidak sama. Antitoksin terhadapat eksotoksin A sitemukan dalam serum beberapa manusia, termasuk serum penderita yang telah sembuh dari infeksi Pseudomonas aeruginosa yang berat.
g.      Patogenesis
Pseudomonas aeruginosa hanya bersifat patogen bila masuk ke daerah yang fungsi pertahanannya abnormal, misalnya bila selaput mukosa dan kulit “robek” karena kerusakan jaringan langsung; pada pemakaian kateter intravena atau kateter air kemih; atau terdapat netropenia, misalnya pada kemoterapi kanker. Kuman melekat dan mengkoloni selaput mukosa atau kulit, menginfasi secara lokal, dan menimbulkan penyakit sistemik. Proses ini dibantu oleh pili, enzim, dan toksin, yang diuraikan diatas. Lipopolisakarida berperan langsung dalam menyebabkan demam, syok, oliguria, leukositosis dan leukopenia, disseminated intravascular coagulation, dan respiratory distress syndrom pada orang dewasa.
Pseudomonas aeruginosa (dan spesies lain, misalnya Pseudomonas cepacia, Pseudomonas putida) resisten terhadap banyak obat antimikroba sehingga akan berkembang biak bila bakteri flora normal yang peka ditekan.

h.      Gambaran Klinik
Pseudomonas aeruginosa menimbulkan infeksi pada luka dan luka bakar, menimbulkan nanah hijau kebiruan; meningitis; bila masuk bersama kateter dan instrumen lain atau dalam larutan untuk irigasi. Keterlibatan saluran napas, terutama dari respirator yang terkontaminasi, mengakibatkan pneumonia yang disertai dengan nekrosis. Bakteri sering ditemukan pada otitis eksterna ringan pada perenang. Bakteri ini dapat menyebabkan otitis ekterna infasif (maligna) pada penderita diabetes.
Infeksi mata, yang dapat dengan cepat mengakibatkan kerusakan mata, sering terjadi setelah cedera atau pembedahan. Pada bayi atau orang yang lemah, Pseudomonas aeruginosa dapat menyerang aliran darah dan mengakibatkan sepsis yang  fatal; ini biasanya terjadi pada penderita leukemia atau limfoma yang mendapat obat antineoplastik atau terapi radiasi, dan pada penderita dengan luka bakar berat. Pada sebagian besar infeksi Pseudomonas aeruginosa, gejala dan tanda-tandanya bersifat nonspesifik dan berkaitan dengan organ yang terlibat.
Kadang-kadang, verdoglobin (suatu produk pemecahan hemoglobin) atau pigmen yang berfluoresen dapat dideteksi pada luka, luka bakar, atau urin dengan penyinaran fluoresen ultraungu. Nekrosis hemoragik pada kulit sering terjadi pada sepsis akibat Pseudomonas aeruginosa; lesi yang disebut ektima gangrenosum ini dikelilingi oleh eritema dan sering tidak berisi nanah. Pseudomonas aeruginosa dapat dilihat pada bahan pewarnaan Gram dari lesi ektima, dan biakannya positif. Ektima gangrenosum tidak lazim pada bakteremia akibat organisme selain Pseudomonas aeruginosa.



i.        Tes Diagnostik Laboratorium
1)      Bahan
Bahan dari lesi kulit, nanah, urin, darah, cairan spinal, dahak dan bahan lain harus diambil seperti yang ditunjukkan oleh jenis infeksi.
2)      Sediaan Apus
Batang Gram-negatif sering terlihat dalam sediaan apus. Tidak ada ciri-ciri morfologi khusus yang membedakan pseudomonas dari batang enterik atau batang gram-negatif yang lain.
3)      Biakan
Bahan ditanam pada lempeng agar darah dan perbenihan diferensial yang biasa digunakan untuk menumbuhkan batang gram-negatif enterik. Pseudomonas tumbuh dengan mudah pada kebanyakan perbenihan ini, tetapi mungkin tumbuh lebih lambat dibanding batang enterik lain. Pseudomonas aeruginosa tidak meragikan laktosa dan dengan mudah dibedakan dengan bakteri peragi laktosa. Biakan merupakan tes khusus untuk diagnosis infeksi Pseudomonas aeruginosa.
4)      Pengobatan
Infeksi Pseudomonas aeruginosa yang penting dalam klinik tidak boleh diobati dengan terapi obat-tunggal, karena keberhasilan terapi semaacam itu rendah dan bakteri dapat dengan cepat menjadi resisten. Penisilin yang bekerja aktif terhadap pseudomonas aeruginosa-tikarsilin, mezlosilin, dan piperasilin-digunakan dalam kombinasi dengan aminoglikosida, biasanya dengan gentamisin, tobramisin, atau amikasin. Obat lain yang aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa antara lain aztreonam; imipenem; kuinolon baru, termasuk siprofloksasin. Sefalosporin generasi baru, seftazidim dan sefoperakson aktif melawan Pseudomonas aeruginosa; seftazidim digunakan secara primer pada terapi infeksi Pseudomonas aeruginosa. Pola kepekaan Pseudomonas aeruginosa bervariasi secara geografik, dan tes kepekaan harus dilakukan sebagai pedoman untuk memilih terapi antimikroba.
5)      Epidemiologi dan Pengendalian
Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen nosokomial, dan metode untuk mengendalikan infeksi ini mirip dengan metode untuk patogen nosokomial dan lain. Karena pseudomonas dapat tumbuh dalam lingkungan yang basah, perhatian khusus dapat ditunjukkan pada bak cuci, bak air, pancuran, bak air panas, dan daerah basah lainnya. Untuk tujuan epidemiologi, strain dapat ditentukan tipenya berdasarkan kepekaan terhadap thiosin dan imunotipe lipopolisakaridanya. Vaksin dari jenis yang tepat yang diberikan pada penderita dengan resiko tinggi akan memberikan perlindungan sebagian terhadap sepsis pseudomonas. Terapi semacam itu telah digunakan secara eksperimental pada penderita leukemia, luka bakar, fibrosiskistik dan imunosupresi.
2.      Bakteri Pseudomonas pseudomallei
a.       Morfologi dan Biakan
Pseudomonas pseudomallaei adalah basil gram-negatif yang kecil, dapat bergerak dan aerobik. Bakteri ini dapat tumbuh dengan baik pada perbenihan bakteriologik standar, membentuk koloni yang bervariasi dari mukoid dan halus sampai kasar dan berkerut (membutuhkan waktu 72 jam) dan berwarna dari kecoklatan sampai jingga. Bakteri tumbuh pada suhu 42oC dan mengoksidasi glukosa, laktosa, dan berbagai karbohidrat lain.
b.      Klasifikasi Ilmiah
Kingdom        : Bacteria
Phylum           : Proteobacteria
Class               : Gamma Proteobacteria
Order              : Pseudomonadales
Family                        : Pseudomonadaceae
Genus             : Pseudomonas
Species            : Pseudomonas pseudomallei
c.       Gambaran Klinis
Pseudomonas pseudomallei menyebabkan melioidosis, suatu penyakit seperti kalenjar yang endemik pada hewan dan manusia terutama di Asia Tenggara dan Australia bagian utara. Organisme ini adalah saprofit alami yang dapat dibiak dari tanah, air segar, beras, dan sayur-sayuran. Infeksi pada manusia berasal dari sumber-sumber tersebut melalui kontaminasi melalui luka dikulit dan mungkin melalui pernapasan. Infeksi Pseudomonas pseudomallei epizootik terjadi pada sapi, domba, babi, kuda, dan hewan lain, walaupun hewan-hewan ini tidak tampak sebagai reservoir utama bagi organisme.
Melioidosis dapat bermanifestasi sebagai infeksi yang akut, subakut, atau kronik. Masa inkubasi dapat singkat 2-3 hari, tetapi masa latennya dapat terjadi berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Infeksi supuratif setempat dapat terjadi pada tempat inokulasi dimana terjadi perlukaan kulit. Infeksi lokal dapat menimbulkan infeksi bentuk septikemik akut dengan melibatkan banyak organ. Tanda-tanda dan gejalanya bergantung pada tempat utama yang terkena. Bentuk melioidosis yang paling sering adalah infeksi paru, yang dapat menjadi pneumonitis primer (Pseudomonas pseudomallei ditularkan melalui saluran napas bagian atas atau nasofaring) atau berlanjut menjadi infeksi  supuratif setempat dan bakteremia. Pasien dapat mengalami demam dan leukositosis, dengan pemadatan lobus atas. Selanjutnya, pasien menjadi tidak demam lagi, sementara itu timbul kavitas pada lobus atas, menghasilkan gambaran yang mirip dengan tuberkulosis pada film sinar-X. Beberapa pasien mengalami infeksi supuratif kronik dengan abses pada kulit, otak, paru, miokardium, hati, tulang, dan tempat-tempat lain. Pasien dengan infeksi supuratif kronik mungkin tidak demam dan mengalami penyakit yang berkembang lambat. Infeksi laten kadang-kadang teraktivasi kembali sebagai akibat penekanan fungsi imun.
Diagnosis melioidosis harus dipertimbangkan pada pasien yang berasal dari daerah endemik dengan penyakit paru lobus atas yang fulminan atau penyakit sistemik yang tidak dapat diterangkan. Pewarnaan Gram pada bahan yang sesuai akan memperlihatkan basil Gram-negatif yang kecil; pewarnaan bipolar (gambaran titik aman). Terlihat dengan pewaarnaan biru metilen atau pewarnaan Wright. Biakan yang positif bersifat diagnostik. Tes serologi yang positif membantu secara diagnostik dan merupakan bukti dari infeksi pada masa lalu.
d.      Pengobatan
Melioidosis menimbulkan angka kematian yang tinggi jika tidak diobati. Mungkin diperlukan drainase pembedahan pada infeksi setempat. Uji kepekaan antibiotik merupakan panduan penting untuk pengobatan. Pseudomonas pseudomallei biasanya peka terhadap berbagai antibiotik, antara lain tetrasiklin, sulfonamida, trimetoprim-sulfametoksazol, kloramfenikol, amoxicillin atau tikarsilin dengan asam klavulanat, piperasilin, imipenem, dan sefalosporin generasi ketiga. Pasien dengan infeksi yang berat sebaiknya diobati secara parenteral (misalnya, trimetoprim-sulfametoksazol atau sefalosporin generasi ketiga seperti seftazidim); terapi kombinasi dapat memberi hasil.
Terapi oral untuk pasien dengan penyakit yang tidak begitu berat dapat dengan tetrasiklin, trimetoprim-sulfametoksazol, atau kloramfenikol, seringkali dalam bentuk kombinasi. Lamanya pengobatan antimikroba paling sedikit 8 minggu; pengobatan selama 6 bulan sampai 1 tahun harus dipertimbangkan bagi pasien dengan lesi supuratif ekstrapulmoner. Sering terjadi kekambuhan melioidosis, dan pilihan yang tepat serta lamanya pengobatan antibiotik untuk mencegah kekambuhan belum dapat ditetapkan. Tidak terdapat vaksin atau cara-cara pencegahan yang spesifik.
3.      Bakteri Pseudomonas mallei
a.      Morfologi
Pseudomonas mallei adalah batang Gram-negatif, aerob, kecil, tak berpigmen dan tak bergerak, yang tumbuh dengan mudah pada sebagian besar perbenihan bakteriologi.
b.      Klasifikasi Ilmiah
Kingdom        : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class     : Gamma Proteobacteria
Order    : Pseudomonadales
Family  : Pseudomonadaceae
Genus   : Pseudomonas
Species  : Pseudomonas mallei
c.       Gambaran Klinis
              Bakteri ini menyebabkan glander, penyakit kuda yang dapat menular pada manusia. Pada kuda, penyakit ini terutama bermanifestasi sebagai penyakit paru-paru, lesi ulseratif subkutan, dan penebalan saluran getah bening dengan nodul; juga terjadi penyakit sistemik. Infeksi manusia, yang dapat berakibat fatal, biasanya dimulai sebagai bisul pada kulit atau selaput mukosa diiukuti dengan limfangitis dan sepsis. Penghirupan bakteri ini dapat mengakibatkan pneumonia primer.
              Diagnosis berdasarkan pada peningkatan titer aglutinin dan biakan bakteri dari lesi lokal pada manusia atau kuda. Penderita pada manusia dapat diobati secara efektif dengan tetrasiklin ditambah suatu aminoglikosida.
              Penyakit ini dikendalikan dengan membantai kuda atau keledai yang terinfeksi, dan sekarang hal ini sangat langka. Di beberapa negara, infeksi laboratorium merupakan satu-satunya sumber penyakit ini.
4.      Bakteri Pseudomonas lain
Beberapa dari berbagai spesies Pseudomonas dicantumkan pada tabel 1.1.; kadang-kadang pseudomonas ini merupakan patogen oportunistik. Pseudomonas cepacia kadang-kadang dibiakkan dari pasien dengan fibrosis kistik. Diagnosis infeksi yang disebabkan oleh pseudomonas ini dibuat dengan membiakkan  bakteri dan mengidentifikasinya dengan reaksi pembeda pada serangkaian substrat biokimia. Di antara pseudomonas-pseudomonas ini banyak yang mempunyai pola kepekaan antimikroba yang berbeda dari pola kepekaan Pseudomonas aeruginosa.
5.      Bakteri Xanthomonas maltophilia
a.      Morfologi dan Biakan
Xanthomonas maltophilia adalah nama yang telah diterima secara luas bagi organisme yang sebelumnya disebut Pseudomonas maltophilia. Xanthomonas maltophilia adalah batang gram-negatif yang hidup bebas yang tersebar di lingkungan. Pada agar darah, koloni berwarna hijau-lembayung muda atau abu-abu. Organisme ini bersifat oksidase-negatif dan lisin dekarboksilase-positif. Xanthomonas maltophilia umumnya tidak membentuk pigmen dan enzim seperti yang dihasilkan oleh Pseudomonas aeruginosa dan yang berkaitan dengan virulensi Pseudomonas aeruginosa.
b.      Klasifikasi Ilmiah
Kingdom        : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class     : Gamma Proteobacteria
Order    : Pseudomonadales
Family  : Pseudomonadaceae
Genus   : Pseudomonas
Species  : Pseudomonas maltophilia
c.       Patogenesis
              Xanthomonas maltophilia adalah penyebab penting dari infeksi yang didapat di rumah sakit pada penderita yang menerima terapi antimikroba dan pada penderita yang sistem imunnya terganggu. Bakteri ini telah diisolasi dari berbagai tempat anatomi, seperti sekresi saluran pernapasan, air kemih, cedera kulit, dan darah. Isolat sering merupakan bagian dari flora campuran yang terdapat dalam bahan pemeriksaan. Bila biakan darah member hasil positif, hal ini biasanya berhubungan dengan penggunaan kateter plastik intravena.
d.      Pengobatan
              Xanthomonas maltophilia biasanya peka terhadap trimetoprim-sulfametokasazol dan tahan terhadap antimikroba yang biasa digunakan seperti sefalosporin, penisilin antipseudomonas, aminoglikosida, imipenem, dan kuinolon. Penggunaan obat-obatan secara luas terhadap Xanthomonas maltophilia memainkan peranan penting dalam menimbulkan resistensi sehingga meningkatkan frekuensi penyakit.

2.3. Proteus
1. Bakteri Proteus vulgaris
Proteus adalah genus dari gram negatifProteus basil tersebar luas di alam sebagai saprophytes, yang ditemukan di pengurai bahan hewan, dalam limbah, tanah pupuk, dan kotoran manusia dan hewan. Dua spesies P.vulgaris dan P.mirabilis.
Klasifikasi Bakteri Proteus vulgaris
Kingdom  :  Bacteria
Phylum     :  Proteobacteria
Class         :  Gamma Proteobacteria
Order        :  Enterobacteriales
Family       :  Enterobacteriaceae
Genus        :  Proteus
Species      :  Proteus vulgaris
A.    Morfologi Bakteri Proteus vulgaris
Proteus vulgaris adalah berbentuk batang gram negatif. Ukuran sel individu bervariasi dari 0,4 ~ 1,2 ~ 0.6 μm oleh 2.5 μm, Proteusvulgaris memiliki flagellaperitrik, ada yang cocobacilli dan bergerak aktif, tidak berspora, tidak berkapsul.Termasuk dalam bakteri  non fruktosa fermenter, bersifat fakultatif aerobe/anaerob.



B.     Siklus hidup bakteri Proteus vulgaris
Proteus sp merupakan flora normal dari saluran cerna manusia. Bakteri ini dapat juga ditemukan bebas di air atau tanah. Jika bakteri ini memasuki saluran kencing, luka terbuka, atau paru-paru akan menjadi bersifat patogen. Perempuan muda lebih beresiko terkena daripada laki-laki muda, akan tetapi pria dewasa lebih beresiko terkena daripada wanita dewasa karena berhubungan pula dengan penyakit prostat. Proteus sering juga terdapat dalam daging busuk dan sampah serta feses manusia dan hewan. Juga bisa ditemukan di tanah kebun atau pada tanaman.
C.     Penyakit yang ditimbulkan bakteri Proteus vulgaris
Penyakit yang ditimbulkan berupa infeksi tractus urinarius pada nosocomial infection. Pencegahan nosocomial infection dilakukan dengan menggunakan kateter dalam keadaan steril.
Spesies ini terdapat dalam beberapa macam serotype , strain x yang mengalami aglutinasi dalam antiserum terhadap penyakit riketsia tertentu (Dorland : 1996) Proteus vulgaris dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dan diare pada anak – anak.
D.     Pengobatan dan pencegahan bakteri Proteus vulgaris
Pengobatan bakteri Proteus vulgaris dapat di gunakan beberapa antibiotik seperti :
1.      Ciprofloksasin
2.      Seftazidim
3.      Netilmicin
4.      Sulbaktam atau cefoperazo
5.      Meropenem
6.      Piperasilin atau tazobactam
7.      Unasyn
Pemberian Antibiotik dosisnya dinaikkan untuk penyakit-penyakit yang menginfeksi sinus atau pernafasan. Seperti contohnya pemberian ciprofloksasin yang normalnya diberikan dalam dosis 1000mg perhari , diberikan 2000mg per hari untuk kasus penyakit sinus atau pernafasan. Pemberian probiotik juga dapat digunakan sebagai penunjang pengobatan dalam kasus diare pada anak yang disebabkan oleh bakteriProteus vulgaris.
Pencegahan dari infeksi bakteri Proteus vulgaris ini antara lain adalah :
1)      Memperhatikan kebersihan sarana umum terutama sumur yang digunakan sebagai sumber mata air untuk kehidupan sehari-hari.
2)      Memperhatikan kebersihan diri , mencuci tangan setiap buang air.
3)      Menjaga kebersihan makanan dan minuman , memasak air hingga benar benar matang agar terhindar dari infeksi bakteri.
4)      Memperhatikan kebersihan luka yang sedang diderita agar bakteri Proteus vulgarismaupun bakteri yang lain tidak mudah menginfeksi tubuh.
5)      Menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit seperti pemberian multivitamin penambah imunitas tubuh.
6)      Hindari terjadinya nosocomial infection melalui penggunaan kateter urina yang tidak steril.
E.     Pemeriksaan Laboratorium bakteri Proteus vulgaris
Berdasarkan tes fermentasi di laboratorium, P.vulgaris  memfermentasi glukosa, dan amygdalin, tetapi tidak memfermentasi laktosa atau manitol. P.vulgaris juga memberikan hasil positif untuk Metil Merah (campuran asam fermentasi) dan juga bergerak aktif  menggunakan flagellnya. Kondisi pertumbuhan yang optimal organisme ini berada dalam lingkungan anaerobik fakultatif dengan suhu rata-rata sekitar 23 derajat Celcius.
Kehadiran dari sindrom sepsis berhubungan dengan ISK harus meningkatkan kemungkinan penyumbatan saluran kemih. Hal ini benar terutama pasien yang tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang, yang memiliki kateter jangka panjang saluran kencing, atau yang memiliki sejarah yang telah diketahui kelainan anatomis uretra.
Sampel urine merupakan bahan yang digunakan sebagai pemeriksaan laboratorium untuk bakteri Proteus vulgaris baik secara pemeriksaan langsung atau pun setelah perbenihan.
F.      Media Biakan Bakteri Proteus vulgaris
Bakteri jenis Proteus tumbuh mudah pada media biasa tanpa bahan penghambat, dalam situasi aerob atau semianaerob, pada suhu 10-43°C.
a)      Media Mac Conkay Agar (MCA)
Pertumbuhan bakteri Proteus pada media MCA memiliki cirri-ciri koloni sedang besar, tidak berwarna atau merah muda, non lactose fermented, smooth, menjalar atau tidak, jika menjalar permukaan koloni kasar (rought).
b)      Media NA
Pertumbuhan bakteri Proteus yang baik pada media NA memiliki ciri-ciri kolooni kecil, elevasi cembung, smooth, pinggiran rata, dan berwarna putih keruh.
c)      Media BAP (Blood Agar Palte)
Proteus pada media selektif BAP memiliki cirri-ciri koloni sedang, smooth, keeping, ada yang menjalar dan ada yang tidak menjalar, bersifat anhaemolytis.
d)     Uji Biokimia
Pada ujia biokimia bakteri Proteus mampu memecah urea dengan cepat, mencairkan gelatin, glukosa dan sukrosa dipecah menjadi asam dan gas, mannit dan laktosa tidak pecah.


No.
Media / test
Proteus vulgaris
1
Swarming
+
2
H2S
+
3
Indole
+
4
Urease
+
5
Gelatinase
-
6
Ornithin
-
7
Citrate
+ / -
8
Fermentasi Maltosa
+
9
Fermentasi Mannitol
-
10
Fermentasi adinitol
-





2.      PROTEUS MIRABILIS
A.    Morfologi
Setelah tumbuh selama 24-48 jam pada media padat, kebanyakan sel seperti tongkat, panjang 1-3 mm dan lebar 0,4-0,6 mm, walaupun pendek dan gemuk bentuknya kokus biasa. Dalam kultur muda yang mengerumun di media padat, kebanyakan sel panjang, bengkok, dan seperti filamen, mencapai 10, 20, bahkan sampai panjang 80 mm. dalam kultur dewasa, organisme ini tidak memiliki pengaturan karakteristik : mereka mungkin terdistribusi tunggal, berpasangan atau rantai pendek. Akan tetapi, dalam kultur muda yang mengerumun, sel-sel filamen membentang dan diatur konsentris seperti isobar dalam diagram angin puyuh. Kecuali untuk varian tidak berflagella dan flagella yang melumpuhkan, semua jenis dalam kultur muda aktif bergerak dengan flagella peritrik. Flagella tersebut terdapat dalam bnayak bentuk dibanding kebanyakan enterobakter lain, normal dan bentuk bergelombang kadang-kadang ditemukan bersama dalam organisme sama dan bahkan dalam flagellum yang sama. Bentuk flagellum juga dipengaruhi pH media.



           
Kingdom               :           Bacteria
Phylum                  :           Proteobacteria
Class                      :           Gamma Proteobacteria
Order                     :           Enterobacteriales
Family                   :           Enterobacteriaceae
Genus                    :           Proteus
Species                  :           Proteus mirabilis

B.    Siklus hidup
Sebenarnya Proteus mirabilis merupakan flora normal dari saluran cerna manusia. Bakteri ini dapat juga ditemukan bebas di air atau tanah. Jika bakteri ini memasuki saluran kencing, luka terbuka, atau paru-paru akan menjadi bersifat patogen. Perempuan muda lebih beresiko terkena daripada laki-laki muda, akan tetapi pria dewasa lebih beresiko terkena daripada wanita dewasa karena berhubungan pula dengan penyakit prostat. Proteus sering juga terdapat dalam daging busuk dan sampah serta feses manusia dan hewan. Juga bisa ditemukan di tanah kebun atau pada tanaman.






C.     Penyakit yang ditimbulkan
Bakteri ini mampu memproduksi enzim urease dalam jumlah besar. Enzim urease yang menghidrolisis urea menjadi ammonia (NH3) menyebabkan urin bertambah basa. Jika tidak ditanggulangi, pertambahan kebasaan dapat memicu pembentukan kristal sitruvit (magnesium amonium fosfat), kalsium karbonat, dan atau apatit. Bakteri ini dapat ditemukan pada batu/kristal tersebut, bersembunyi dalam kristal dan dapat kembali menginfeksi setelah pengobatan dengan antibiotik. Semakin banyak batu/kristal terbentuk, pertumbuhan makin cepat dan dapat menyebabkan gagal ginjal. Proteus mirabilis memproduksi endotoksin yang memudahkan induksi ke sistem respon inflamasi dan membentuk hemolisin. Bakteri ini dapat pula menyebabkan pneumonia dan juga prostatitis pada pria.
D.    Gejala
Gejala uretritis tidak terlalu nampak, termasuk frekuensi kencing dan adanya sel darah putih pada urin.Sistitis (infeksi berat) dapat dengan mudah diketahui dan termasuk sakit punggung, nampak terkonsentrasi, urgensi, hematuria (adanya darah merah pada urin), sakit akibat pembengkakan bagian paha atas.Pneumonia akibat infeksi bakteri ini memiliki gejala demam, sakit pada dada, flu, sesak napas.Prostatitis dapat diakibatkan oleh infeksi bakteri ini, gejalanya demam, pembengkakan prostat.
E.     Penularan
Infeksi saluran kencing yang disebabkan oleh P. mirabilis juga seringkali terjadi pada pria dan wanita yang melakukan hubungan seksual tanpa pengaman.
F.      Penyebaran
Kebanyakan kasus infeksi Proteus mirabilis terjadi pada pasien di rumah sakit. Infeksi ini biasanya terjadi karena peralatan media yang tidak steril, seperti catheters, nebulizers (untuk inhalasi), dan sarung tangan untuk pemeriksaan luka.
G.    Obat yang digunakan
Infeksi Proteus mirabilis dapat diobati dengan sebagian besar jenis penisilin atau sefalosporin kecuali untuk kasus tertentu. Tidak cocok bila digunakan nitrofurantoin atau tetrasiklin karena dapat meningkatkan resistensi terhadap ampisilin, trimetoprim, dan siprofloksin. Jika terbentuk batu/kristal, dokter bedah harus menghilangkan blokade ini dahulu.
BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
Pseudomonas sp:
1.      Pseudomonas berasal dari bahasa yunani yaitu pseudo berarti palsu dan monas berarti satu unit. Pseudomonas sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastikyang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon
2.      Kelompok Pseudomonas adalah batang gram-negatif, bergerak, aerob; beberapa di antaranya menghasilkan pigmen yang larut dalam air. Pseudomonas ditemukan secara luas di tanah, air, tumbuhan dan hewan.
3.      Genus pseudomonas terdiri dari sejumlah kuman batang gram negatif  yang tidak meragi karbohidrat, hidup aerob di tanah dan di air. Dalam habitat alam tersebar luas dan memegang peranan penting dalam pembusukan zat organik. Bergerak dengan flagel polar, satu atau lebih. Beberapa diantaranya adalah fakultatif khemoliotrof, dapat memakai H2 atau CO sebagai sumber karbon katalase positif.
Proteus :
Proteus vulgaris merupakan  bakteri batang Gram negatif dan flora normal pada saluran cerna. Proteus vulgaris memiliki flagella peritrik, ada yang cocobacilli dan bergerak aktif, tidak berspora, tidak berkapsul.Proteus vulgarisakan menimbulkan penyakit apabila berada di luar saluran cerna. Penyakit yang menimbulkan berupa infeksi tractus urinarius pada nosocomial infection.
3.2  Saran
1.     Vaksin dari jenis yang tepat yang diberikan pada penderita dengan resiko tinggi akan memberikan perlindungan sebagian terhadap sepsis pseudomonas
2.     Untuk mencegah Proteus vulgaris menginfeksi saluran kemih yaitu pada saat akan menggunakan kateter sebaiknya menggunakan kateter yang steril dan melakukan pemasangan secara steril. Untuk mendapatkan biakan Proteus sp sebaiknya menggunakan media yang sesuai kebutuhan dari bakteri Proteus sp itu sendiri.







DAFTAR PUSTAKA



0 comments:

Posting Komentar

 

SAHABAT SIPUT Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea