EJAAN YANG DISEMPURNAKAN
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata
kuliah
bahasa indonesia
Deby Rizkika Putri
(1613353013)
POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG
JURUSAN ANALIS KESEHATAN DIV
2019
Kata Pengantar
BAB I Pendahuluan……………………………………………………………….(3)
1.1 Latar Belakang
………………………………………………………..(4)
1.2 Tujuan ………………………………………………………………...(4)
BAB II Pembahasan
………………………………………………………………(5)
2.1 Pengertian EYD……………………………………………………….(5)
2.2 Ruang Lingkup EYD
…………………………………………………(6)
2.3 Pemakaian Huruf
……………………………………………………..(7)
2.4 Pemenggalan Kata
……………………………………………………(9)
2.5 Nama Diri
…………………………………………………………….(10)
2.6 Penulisan Huruf ……………………………………………………...(12)
BAB III Penutup
…………………………………………………………………..(26)
Daftar Pustaka
…………………………………………………………………………...(27)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah
Swt atas
rahmat dan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul “Ejaan Yang Disempurnakan” ini membahas
mengenai seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan huruf, kata
dan tanda baca sebagai sarananya.
Dalam
penulisan makalah ini saya banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulisan makalah ini.
Saya sadar bahwa dalam makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, Hal itu di karenakan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan saya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita.
Akhir kata, saya memohon maaf apabila
dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Serang, 14 November 2009
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa
memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagai alat
komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi
secara tulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi
ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami
infrormasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai
bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media
penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau
materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan media tersebut
secara baik dan benar. Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa,
disinilah peran aturan baku tersebut di gunakan, dalam hal ini kita selaku
warga Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata
bahasaan Indonesia yang baik dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah
sub. materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup
besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan
informasi tersebut dapat di sampaikan dan di fahami secara komprehensif dan
terarah. Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam
keseharian Masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat
digunakan secara baik dan benar.
1.2
Tujuan
Tujuan penulis menyusun
makalah ini yaitu :
s Memahami
Konsep EYD
s Ruang
Lingkup EYD
s Penulisan
Huruf Kapital dan Huruf Miring
s Penulisan
Kata
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara
menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca sebagai
sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja.
Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang
jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara
menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus
dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama
dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan
kejelasan makna. Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu
lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi
rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti
itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan
Ejaan yang disempurnakan (EYD). EYD muali diberlakukan pada tanggal 16 Agustus
1972. Ejaan ketiga dalam sejarah bahasa Indonesia ini memang merupakan upaya
penyempurnaan ejaan sebelumnya yang sudah dipakai selama dua puluh lima tahun
yang dikenal dengan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K
Republik Indonesia pada saat Ejaan itu diresmikan pada tahun 1947).
Ejaan pertama bahasa Indonesia adalah Ejaan
van Ophuijsen (nama seorang guru besar belanda yang juga pemerhati bahasa),
diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintah Belanda yang berkuasa di Indonesia
pada masa itu. Ejaan van Ophuijsen dipakai selama 46 tahun, lebih lama dari
Ejaan Republik, dan baru diganti setelah dua tahun Indonesia merdeka.
Untuk sekedar memperoleh gambaran tentang
ejaan yang pernah berlaku pada masa lalu itu dan sekaligus untuk
membandingkannya dengan ejaan sekarang, perhtaikan pemakaian huruf dan
kata-kata yang ditulis dengan ketiga macam ejaan itu seperti berikut ini.
PERUBAHAN PEMAKAIAN HURUF
DALAM TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
(mulai 16 Agustus 1972)
|
Ejaan Republik
(Ejaan Soewandi)
(1947-1972)
|
Ejaan Van Ophuijsen
(1901-1947)
|
khusus
Jumat
yakni
|
chusus
Djum’at
Jakni
|
choesoes
Djoem’at
ja’ni
|
2.2 Ruang Lingkup Ejaan yang
Disempurnakan (EYD)
Ruang
lingkup EYD mencakupi lima aspek, yaitu (1) pemakaian huruf, (2) penulisan
huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda
baca.
1)
Pemakaian
huruf membicarakan masalah yang mendasar dari
suatu bahasa, yaitu
(1)
abjad (4) pemenggalan
(2)
vokal (5) nama diri,
(3)
konsonan
2)
Penulisan
huruf membicarakan beberapa perubahan huruf dari ejaan
sebelumnya yang meliputi
(1)
huruf kapital
(2)
huruf miring
3)
Penulisan
kata membicarakan bidang morfologi dengan segala bentuk
dan jenisnya berupa
(1)
kata dasar (6) kata depan di, ke, dan dari
(2)
kata turunan (7) kata
sandang si, dan sang
(3)
kata ulang (8) partikel
(4)
gabungan kata (9) singkatan dan akronim
(5)
kata ganti kau,
ku, mu, dan nya (10) angka dan lambang bilangan.
4)
Penulisan
unsur serapan membicarakan kaidah cara penulisan unsur serapan,
terutama kosakata yang berasal dari bahasa asing.
5)
Pemakaian
tanda baca (pugtuasi) membicarakan teknik penerapan kelima belas tanda
baca dalam penulisan. Tanda baca itu adalah
(1)
Tanda titik (.) (9) tanda seru (!)
(2)
Tanda koma (,) (10) tanda kurung ((…))
(3)
Tanda titik koma (;) (11) tanda kurung siku ([ ])
(4)
Tanda titik dua (:) (12) tanda petik ganda (“…”)
(5)
Tanda hubung (-) (13) tanda petik tunggal (‘…’)
(6)
Tanda pisah (--) (14) tanda garis miring (/)
(7)
Tanda elipsis (…) (15) tanda penyingkat (‘)
(8)
Tanda tanya (?)
2.3 Pemakaian Huruf
1)
Abjad,
Vokal dan Konsonan
Abjad bahasa Indonesia menggunakan 26
huruf sebagai berikut. Perhatikan lafal setiap huruf.
Huruf
|
Lafal
|
Huruf
|
Lafal
|
Huruf
|
Lafal
|
Aa
|
[a]
|
Jj
|
[je]
|
Ss
|
[es]
|
Bb
|
[be]
|
Kk
|
[k]
|
Tt
|
[te]
|
Cc
|
[ce]
|
Ll
|
[el]
|
Uu
|
[u]
|
Dd
|
[de]
|
Mm
|
[em]
|
Vv
|
[fe]
|
Ee
|
[e]
|
Nn
|
[en]
|
Ww
|
[we]
|
Ff
|
[ef]
|
Oo
|
[o]
|
Xx
|
[eks]
|
Gg
|
[ge]
|
Pp
|
[pe]
|
Yy
|
[ye[
|
Hh
|
[ha]
|
Qq
|
[ki]
|
Zz
|
[zet]
|
Ii
|
[i]
|
Rr
|
[er]
|
Dalam abjad itu terdapat lima huruf vokal
(v), yaitu a,i,u,e,o sisanya adalah konsonan (k) sebanyak 21 huruf. Disamping
26 huruf itu, dalam bahasa Indonesia juga digunakan gabungan konsonan (diagraf)
sebanyak empat pasang :
kh seperti
dalam kata khusus, akhir
ng seperti
dalam kata ngilu, bangun
ny seperti
dalam kata nyata, anyam
sy seperti
dalam kata syair, asyik
setiap pasangan itu menghasilkan satu fonem atau
satu bunyi yang dapat membedakan arti. Karena itu, kh,ng,ny,sy masing-masing dihitung sebagai satu k (konsonan).
Contoh :
akhir = vkvk ngilu =
kvkv
anyam
= vkvk syair = kvkv
Dalam uraian diatas v-k di atas terlihat meskipun
jumlah huruf dalam setiap kata ada lima, namun jumlah v dan k untuk setiap kata
hanya empat.
Selain
gabungan dua konsonan, ada pula gabungan dua vokal yang berurutan-harus dalam
satu suku kata-menciptakan bunyi luncuran (bunyi yang berubah kualitasnya) yang
berbeda dengan lafal aslinya. Perhatikan contoh dibawah ini.
Huruf
diftong
|
Contoh
pemakaian dalam kata
|
||
Di
Awal
|
Di
Tengah
|
Di
Akhir
|
|
Ai
|
ain
|
Syaitan
|
Pandai
|
Au
|
aula
|
Saudara
|
harimau
|
Oi
|
-
|
boikot
|
amboi
|
Jika vokal berurutan ai, au, dan oi
terdapat dalam kata yang pelafalannya persis sama dengan huruf aslinya, vokal
beruntun itu bukan diftong. Contoh ai, au, dan oi yang bukan diftong adalah yang
terdapat dalam kata berikut.
mulai dilafalkan
[mulai] bukan [mulay]
namai dilafalkan
[namai] bukan [namay]
bau dilafalkan
[bau] bukan [baw]
mau dilafalkan
[mau] bukan [maw]
dengan berpedoman pada EYD, khususnya
cara pelafalan huruf hendaknya mengikuti aturan yang sudah dibakukan. Untuk
membaca singkatan kata (termasuk kata asing selain akronim) yang dibaca huruf
demi huruf, jika penutur sedang berbahasa Indonesia, pelafalannya harus sesuai
dengan lafal huruf bahasa Indonesia.
Singkatan
|
Lafal
yang benar
|
Lafal
yang salah
|
AC
|
[a-ce]
|
[a-se]
|
ACC
|
[a-ce-ce]
|
[a-se-se]
|
CV
|
[ce-fe]
|
[se-fe], [si-fi]
|
MTQ
|
[em-te-ki]
|
[em-te-kyu]
|
RCTI
|
[er-ce-te-i]
|
[er-se-te-i]
|
TV
|
[te-fe]
|
[ti-fi]
|
TVRI
|
[te-fe-er-i]
|
[te-fi-er-i]
|
WC
|
[we-ce]
|
[we-se]
|
Jika seseorang sedang berbahasa asing, misalnya
bahasa Inggris, lafal huruf dalam singkatan itu harus mengikuti aturan
pelafalan bahasa Inggris. Demikian juga jika singkatan itu hendak dilafalkan
dalam bahasa asing lainnya.
2.4 Pemenggalan Kata
1)
Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai
berikut.
a.
Jika ditengah kata ada vokal yang berurutan,
pemenggalan itu dilakukan diantara kedua huruf vokal itu.
Misalnya : ma-in, sa-at, bu-ah.
Huruf diftong ai,
au, dan oi tidak pernah
diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.
Misalnya :
au-la bukan
a-u-la
sau-da-ra bukan
sa-u-da-r-a
am-boi bukan
am-bo-i
b.
Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk
gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan
sebelum huruf konsonan.
Misalnya :
ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang,
mu-ta-khir.
c.
Jika ditengah kata ada dua huruf konsonan yang
berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan
huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
Misalnya :
man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril, bang-sa,
makhluk
d.
Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan
atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan
huruf konsonan yang kedua.
misalnya :
in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok,
ikh-las
2)
Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan
yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai
dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
misalnya :
Makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah
catatan :
a.
Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya
tidak dipenggal.
b.
Akhiran -i
tidak dipenggal. (lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, pasal E,
ayat 1 )
c.
Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata
dilakukan sebagai berikut.
misalnya :
te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi
3)
Jika suatu kata terdiri dari atas lebih dari satu
unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan
dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu
sesuai dengan kaidah 1a,1b,1c dan 1d di atas.
misalnya :
bio-grafi,
bi-o-gra-fi
foto-grafi,
fo-to-gra-fi
intro-speksi,
in-tro-spek-si
2.5
Nama Diri
Cara penulisan nama diri (nama orang,
lembaga, tempat, jalan, sungai, gunung, dan nama lainnya) harus mengikuti EYD,
kecuali jika ada pertimbangan khusus yang menyangkut segi adat, hukum, atau
sejarah.
Contoh
pemakaian biasa :
Rumahnya
di Jalan Pajajaran No.5.
Ia
berkantor di Jalan Budi Utomo.
Contoh
pemakaian dengan pertimbangan khusus :
Pamanku
dosen Institut Agama Islam Banten, Serang
Perkumpulan
Boedi Oetomo didirikan pada tahun 1908.
Untuk penggunaan huruf x berlaku ketentuan khusus sebagai berikut.
(1) Untuk
penulisan nama diri, unsur kimia, istilah ilmu pengetahuan, dan lambang dalam
matematika, lambang huruf yang dipakai adalah x.
Misalnya ;
Alex, Mexico, Texas (nama diri)
Xenon, xantat (nama unsur kimia)
Sinar-x, (istilah ilmu pengetahuan )
X1, x2, (lambang dalam matematika)
(2) Untuk
penulisan kata-kata biasa yang bukan nama diri, lambang huruf yang dipakai
adalah ks. Perhatikan penulisan dibawah ini.
Penulisan
yang salah
|
Penulisan
yang benar
|
export
extra
complex
taxi
telex
|
ekspor
ekstra
kompleks
taksi
teleks
|
Selain ketentuan diatas, untuk menulis nama orang
berlaku ketentuan khusus. Penulisan nama seseorang harus mengikuti kebiasaan
orang yang empunya nama kendatipun hasil penulisannya menyalahi EYD. Karena
itulah ketentuannya disebut ketentuan khusus. Betapa tidak, untuk menulis nama
orang yang diafalkannya [yudi], penulisannya bisa lebih dari sepuluh macam dan
semuanya sah adanya, yaitu
(1)
Judi (5)
Yudi (9) Yoedi
(2)
Judie (6)
Yudy (10) Yoedhy
(3)
Judy (7)
Yudhi (11) Yoedhie
(4)
Judhy (8)
Yudhie (12) Yoedy
Cukup
banyak orang disekitar kita yang mengalami era ejaan lama (Ejaan van Ophuijsen
dan Ejaan Republik) dan sudah dewasa pada waktu EYD diberlakukan, tetap menulis
namanya memakai ejaan lama karena alasan yang bersifat pribadi. Kita memang
harus menghormati hak asasi setia idividu dalam urusan penulisan nama, yaitu
dengan cara menuliskan nama seseorang seperti yang dikehendakinya. Penulisannya
seperti contoh kasus Yudi tadi; mungkin dengan menggunakan ejaan yang pernah berlaku
bagi bahasa Indonesia seperti contoh dibawah ini.
Ejaan van Ophuijsen
|
Ejaan Republik
|
EYD
|
Soehardjo
|
Suhardjo
|
Suharjo
|
Abdoellah Tjoet
|
Abdullah Tjut
|
Abdullah Cut
|
Bagdja Waloeja Djati
|
Bagja Waluja Djati
|
Bagja Waluya Jati
|
Djoni Hoetasoehoet
|
Djoni Hutasuhut
|
Joni Hutasuhut
|
Nji Ajoe Soenji
|
Nji Aju Sunji
|
Nyi Ayu Sunyi
|
Walaupun
diatas telah dinyatakan tentang ketentuan khusus yang memberi keistimewaan menulis
nama menurut selera pribadi, namun hendaknya menulis nama harus mengikuti ejaan
yang berlaku, sehingga kesalahan pelafalan huruf untuk nama tidak akan terjadi,
yang akan terjadi justru ketertiban dalam menulis dan membaca nama.
2.6
Penulisan
Huruf
A.
Huruf
Kapital atau Huruf Besar
1. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat.
Misalnya :
-
Selain buku
juga penggaris yang dijual
-
Dia hendak
ke Sumatera
2. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya :
-
“Ibu bertanya”
-
“Kapan Anton pergi”
3. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan, nama agama, dan kitab suci; termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya :
-
Allah -
Tuhan Yesus
-
Sang Pencipta
- Maha Kuasa
-
Kepada-Mulah -
Yang Maha Agung
4. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang di ikuti dengan nama orang.
Misalnya :
-
Haji Agus
Salim bedakan : ia pergi naik haji
-
Mahaputra
Yamin
Misalnya :
- Dia baru saja diangkat menjadi sultan
-
Tahun ini dia pergi naik haji
5. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama, jabatan, pangkat yang diikuti
nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat.
Misalnya :
-
Gubernur Imam
Utomo - Wakil Presiden
-
Ir. Hari
Haryono - Nyonya Atin
Huruf
kapital tidak dipakai
sebagai hurup pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak
diikuti nama orang, atau nama tempat.
Misalnya :
-
Siapa gubernur yang baru dilantik itu
-
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor
jenderal.
6. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya :
-
Bibit Slamet
Riyanto - Syamsul Hidayat
-
Chandra Hamzah - Ues Kurni
Misalnya :
-
mesin diesel - 5 ampere
-
10 volt
7. Huruf
kapital dipaka sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya :
-
bangsa Indonesia -
bahasa Inggris
-
suku Sunda - bahasa Jepang
Misalnya :
-
mengindonesiakan kata asing
-
keinggris-inggrisan
8. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Misalnya :
-
bulan September - hari Natal
-
bulan Maulid
- Perang Badar
-
hari Galungan
- tahun Hijriah
-
hari Jumat - tarikh Masehi
-
hari Lebaran - Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
Misalnya :
-
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan
bangsanya.
-
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9. Huruf
kapital dipakai sebagai nama geografi;
Misalnya :
-
Laut Jawa - Selat
Sunda
-
Asia Tenggara -
Teluk Jakarta
-
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak dipakai
menjadi unsur nama diri.
Misalnya :
-
berlayar ke teluk - menyeberangi selat
-
mandi di kali
- pergi ke arah tenggara
Misalnya :
-
garam inggris - pisang ambon
-
gula jawa
- kacang bogor
10. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan
dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya :
-
Republik Indonesia
-
Mejelis Permusyawaratan Rakyat
-
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
-
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
-
Keputusan Presiden Republik Indonesia,
Nomor 57, Tahun 1972
Misalnya :
-
menjadi sebuah republik - kerjasama antara pemerintah dan rakyat
-
beberapa badan
hukum - menurut undang-undang yang berlaku
11. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi.
Misalnya :
-
Perserikatan Bangsa
Bangsa - Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
-
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial - Rancangan Undang-Undang
12. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) didalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan
kecuali kata seperti di, ke,
dari, dan, yang dan untuk
yang tidak terletak apda posisi awal.
-
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
-
Bacalah majalah Sastra dan Bahasa.
-
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
-
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”
13. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
Misalnya :
-
Dr. = doktor M.A. = master of art
-
S.H. = sarjana hukum S.S = sarjana sastra
-
Tn = tuan Ny = nyonya
-
Prof = profesor Sdr = saudara
14. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan seperti
bapak, ibu, saudara, kakak, adik,
dan paman yang dipakai dalam
penyapaan dan pengacuaan.
Misalnya :
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
Adik
bertanya “itu apa, Bu?”
Surat Saudara sudah saya terima.
“Silakan
duduk, Dik!” kata ucok.
Besok Paman akan datang.
Mereka
akan pergi kerumah Pak Camat.
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
yang tidak
dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya :
Kita harus
menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
15. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda.
Sudahkah Anda tahu ?
Surat Anda telah kami terima.
B.
Huruf
Miring
1. Huruf
Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya :
majalah Bahasa dan Kesusatraan
buku Negarakertagama karangan Prapanca
surat
kabar Suara Karya
2. Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya :
Huruf
pertama kata abad ialah a.
Dia bukan menipu tapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf
kapital.
Buatlah
kalimat dengan kata berlepas tangan.
3. Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan
asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya :
Nama
ilmiah buah manggis adalah Garcinia
mangostana
Politik divide et impera pernah merajalela
dinegeri ini.
Weltanschauung antara
lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia’.
Akan
tetapi, perhatikan penulisan berikut :
Negara
itu telah megalami beberapa kali kudeta ( dari coup d’etat ).
Catatan
:
Dalam
tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi
satu garis dibawahnya.
2.2.3
Penulisan Kata
A.
Kata
dasar
Kata
yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Kantor pos
sangai ramai. (Kedua kalimat ini dibangun
Buku itu sudah saya baca. dengan
gabungan kata dasar)
B. Kata
Turunan
1)
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai
dengan kata dasarnya.
Misalnya :
Bergerigi
ketetapan sentuhan
Gemetar mempertanyakan terhapus
2)
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata,awalan atau
akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahului.
Misalnya :
Diberi
tahu, beritahukan
Bertanda
tangan, tanda tangani
Berlipat
ganda, lipat gandakan
3)
Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat
awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya :
Memberitahukan
Ditandatangani
Melipatgandakan
C.
Bentuk
Ulang dan Kata Ulang
Bentuk
ulang dan kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan kata tanda
hubung.
Misalnya :
Anak-anak, berjalan-jalan, biri-biri, buku-buku,
dibesar-besarkan, gerak-gerik, huru-hara, kupu-kupu, laba-laba, lauk-pauk.
D.
Gabungan
Kata
1)
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk,
termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya :
duta besar, kerja sama, kereta api cepat, meja
tulis, orang tua, rumah sakit, terima kasih, mata kuliah.
2)
Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin
menimbulkan salah pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian unsur yang berkaitan.
Misalnya :
alat pandang-dengar (audio-visual aid), anak, istri,
saya (keluarga), buku sejarah baru (sejarahnya yang baru), ibu-bapak (orang
tua), oarang-tua muda (ayah ibu muda), kaki-tangan penguasa (alat penguasa)
3)
Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena
hubungannya sudah sangat padu sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata.
Misalnya :
acapkali, apabila, bagaimana, barangkali, bagaimana,
barangkali, beasiswa, belasungkawa, bumiputera, daripada, darmabakti,
halal-bihalal, kacamata, kilometer, manakala, matahari, olahraga, radioaktif,
saputangan
4)
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai
dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangakai.
Misalnya :
Adibusana, anatakota, biokimia, caturtunggal,
dasawarsa, inkonvensional, konposer, mahasiswa, mancanegara, multilateral,
narapidana, nonkolesterol, neokolonialisme paripurna, prasangka, purnawirawan,
tunawisma
Jika bentuk terikat oleh kata yang huruf awalnya
kapital, diantara kedua unsur kata itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya :
non-Asia neo-Nazi
E.
Kata
Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti
ku dan kau sebagai bentuk sigkat dari kata aku dan engkau, ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya.
aku ….. = aku bawa, aku ambil
ku ….. = kubawa, kuambil
engkau ….. = engkau bawa, engkau ambil
kau ….. = kaubawa, kauambil
Misalnya :
Bolehkah aku ambil jeruk ini satu ?
Kalau mau, boleh engkau baca buku itu.
Akan tetapi,
perhatikan penulisan berikut ini.
Bolehkah kuambil jeruk
ini satu?
Kalau mau, boleh kaubaca
buku itu.
Kata ganti
ku dan mu sebagai bentuk singkat dari aku
dan kamu, ditulis serangkai dengan
kata yang mendahuluinya.
….. kamu = sepeda kamu
………mu =
sepedamu
….. aku = rumah aku
………ku =
rumahku
Kata
ganti nya selalu ditulis dengan kata
yang mendahului.
………nya = bukunya
Misalnya
:
Bolehkah
aku pakai sepeda kamu sebentar?
Sepedamu
lebih kokoh dari sepedaku.
Gadis
ayu itu tinggal didepan rumahku.
Eva
sedang menyampul bukunya.
F. Kata Depan
di, ke, dan dari
Kata depan
di, ke, dan dari ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali didalam gabungan kata yang sudah
dianggap sebagai satu kata seperti kepada
dan daripada.
Misalnya :
Tinggalah bersama saya di sini.
Di mana orang tuamu?
Saya sudah makan di restoran.
Ibuku sedang ke luar kota.
Ia pantas tampil ke depan
Duduklah dulu, saya mau ke dalam sebentar.
Bram berasal dari keluarga terpelajar.
Akan tetapi,
perhatikan penulisan yang berikut.
Kinerja Lely lebih baik daripada Tuti.
Kami
percaya kepada Anda
G.
Kata
Sandang si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya :
Salah
|
Benar
|
Sikecil
|
Si kecil
|
Sipemalu
|
Si pemalu
|
Sangdiktator
|
Sang diktator
|
Sangkancil
|
Sang kancil
|
H.
Partikel
1)
Partikel -lah
dan -kah ditulis serangkai dengan
kata yang mendahulinya.
Misalnya :
Bacalah peraturan ini sampai tuntas.
Siapakah tokoh yang menentukan radium?
2)
Partikel pun
ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya :
Apa
pun yang dikatakannya, aku tetap tak
percaya.
Hendak
makan pun lauknya sudah habis.
Satu
kali pun Dedy belum pernah datang ke
rumahku.
Bukan
hanya saya, melainkan dia pun turut
serta.
Catatan :
Kelompok yang dianggap padu berikut ini ditulis
serangkai, yaitu adapun, andaipun, bagaimanapun,
biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun,
walaupun.
Misalnya :
Adapun sebab-musababnya sampai sekarang
belum diketahui .
Bagaimanapun juga akan dicobanya
mengajukan permohonan itu.
Baik para
dosen maupun mahasiswa ikut menjadi
anggota koperasi.
Walaupun hari hujan, ia datang juga.
3)
Partikel per yang berarti ‘demi’ dan ‘tiap’ ditulis terpisah
dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya :
Mereka
masuk kelas satu per satu. (‘satu
demi satu’)
Harga
kain itu Rp 8.000,00 per meter (‘tiap
meter’)
I.
Singkatan
dan Akronim
(1)
Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang
terdiri atas satu huruf atau lebih. Adapun aturan penulisannya adalah sebagai
berikut.
a.
Setiap menyingkat satu kata, dipakai satu tanda
titik.
Misalnya :
nomor disingkat no.
ibidem
disingkat ibid.
halaman
disingkat hlm.
b.
Bila menyingkat dua kata, dipakai dua titik .
Misalnya :
loco citato disingkat loc. cit.
opere citato disingkta op.
cit.
atas nama disingkat a.n.
Akan tetapi, singkatan
nama diri yang terbentuk dari gabungan huruf awal kata yang disingkat, ditulis
tanpa titik.
Misalnya :
Perseroan Terbatas disingkat
PT
Perusahaan
Dagang disingkat PD
Comannditaire Venootschap disingkat CV
Comannditaire Venootschap disingkat CV
Amerika
Serikat disingkat
AS
c.
Bila menyingkat tiga kata atau lebih, pada akhir
singkatannya dipakai satu tanda titik.
Misalnya :
dan
kawan-kawan disingkat dkk.
yang
akan datang disingkat yad.
dan
lain-lain disingkat dll.
atas
nama beliau disingkat anb.
Akan tetapi singkatan nama diri yang terbentuk dari
gabungan huruf awal kata yang disingkat, ditulis tanpa titik.
Misalnya :
BUMN
(Badan Usaha Milik Negara)
DKI
(Daerah Khusus Ibukota)
BPS
(Badan Pusat Statistik)
RCTI
(Rajawali Citra Televisi
Indonesia)
d.
Penulisan lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak di
ikuti titik.
Misalnya :
Au aurum
TNT trinitrotoleun
cm centimeter
KVA kilovolt-ampere
Kg kilogram
Rp (5.000,00) (lima ribu) rupiah
(2) Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan
huruf awal kata atau gabungan suku kata dari deret kata yang disingkat. Akronim
dibaca diperlakukan sebagai kata. Ada tiga ketentuan dalam penulisan akronim.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal
dari deret kata yang disingkat, seluruhnya ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya :
FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik)
ISPA (Infeksi Salurana Pernafasan Atas)
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata, huruf awalnya ditulis dengan
huruf kapital dan tidak diakhiri oleh tanda titik.
Misalnya :
Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional)
Kadin (Kamar Dagang dan Industri)
Sespa (Sekolah Staf dan Pemimpin
Administrasi)
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan
huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
disingkat, seluruhnya ditulis dengan huruf kecil (lower case).
Misalnya :
radar radio detecting and ranging
rapim rapat pimpinan
rudal peluru kendali
J.
Angka dan Lambang Bilangan
1)
Angka dipakai untuk
menyatakan lambang bilangan nomor. Dalam tulisan lazim digunakan angka Arab
atau Romawi.
Misalnya :
Angka Arab :
0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi
: I, II, III, IV, V, VI, VII,
VIII, IX, X
L (50), C (100), D (500), M (1000)
2)
Angka digunakan
untuk menggunakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu,
(iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya :
19
meter 4 ons 9 hektar 65 liter
Pukul
15.30 10 detik 30 meenit 5
jam
Rp
10.000,00 USS 3.50 500 Yen Y500
3)
Angka dipakai untuk
melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Misalnya :
Jalan
Sentosa III No. 152
Rumah Susun
Perumnas Klender, Blok F2, No. 10
4)
Angka digunakan juga
untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya :
Bab X, Pasal
5, halaman 354
Surat
Annisa: 9
5)
Penulisan lambang
bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan utuh
Misalnya :
Dua belas 12
Dua puluh dua 22
Dua ratus dua puluh dua 222
b. Bilangan pecahan
Misalnya :
Setengah ½
Tiga perempat ¼
6)
Penulisan lambang
bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya :
lihat
Bab II, Pasal 5 dalam bab ke-2 buku itu
7)
Lambang bilangan
pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah
sehingga susunan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak
terdapat pada awal kalimat.
Misalnya :
Lima puluh
orang tewas akibat bencana alam itu.
Bukan : 50 orang tewas
akibat bencana itu.
Pak Yayat mengundang 500
orang tamu.
Bukan : 500 orang tamu
diundang Pak Yayat.
BAB 3
PENUTUP
Pada dasarnya masyarakat kita telah
memahami penggunaan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar, akan
tetapi dalam pelaksanaannya seringkali masyarakat dihadapkan pada situasi dan
kondisi berbahasa yang tidak mendukung, maksudnya ialah masyarakat masih enggan
untuk mengikuti kaidah tata bahasa Indnesia yang baik dan benar dalam
komunikasinya sehari-hari, masyarakat sering terdikte oleh aturan-aturan tata
bahasa yang salah, sehingga bermula dari kesalahan-kesalahan tersebut dapat
menjadi kesalahan yang sangat fatal dalam mengikuti aturan-aturan ketata
bahasaan yang akhirnya kesalahan tersebut menjadi sebuah kebiasaan dan parahnya
lagi hal tersebut menjadi membudaya dan di benarkan penggunaan dalam
keseharian, untuk itu sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk selalu
mengingatkan kepada masyarakan untuk dapat menggunakan kaidah tata bahasa
Indonesia yang baik dan benar, karena bagaimanapun bahasa memiliki peran
penting dalam proses pembangunan karakter masyarakat dalam bangsa ini.
DAFTAR PUSTAKA
Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi
Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Non Jurusan. Cetakan ke-16, revisi
(3). Jakarta : Diksi Insan Mulia
Waridah, Ernawati. 2008. EYD &
Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta. : KawanPustaka
Novia, Windi._____. Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko Press