MAKALAH BAKTERIOLOGI 1
SEJARAH PENEMUAN MIKROBA
Dosen
Pengampu : Dra. Marhamah, M.Kes
Disusun
Oleh:
Nama : Deby Rizkika Putri
Nim : 1613353013
Prodi : DIV
Jurusan
: Analis Kesehatan
POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada saya,
sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah
ini dengan
judul ‘’Sejarah Penemuan Mikroba’’.Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas mata kuliah Bakteriologi di Jurusan Analis Kesehatan, Politeknik Kesehatan
Tanjung Karang. Dalam penulisan dan menyusun makalah, saya ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada dosen mata kuliah Bakteriologi, Ibu Dra.Marhama,M.Kes. yang telah memberikan nasihat dan bimbingan kepada penulis, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Terlepas
dari semua itu, saya menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Bandar Lampung, 10 Maret 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………….. 1
DAFTAR
ISI ................................................................................................................................2
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................................................
3
1.1 LatarBelakang......................................................................................................................
3
1.2 Rumusan
Masalah................................................................................................................3
1.3 Tujuan dan
Manfaat........................................................................................................... 4
BAB
II PEMBAHASAN…………………………………………………………………….. 5
2.1 Penemuan Mikroba..............................................................................................................
5
2.2 Teori
tentang Fermentasi…………………………………………………………………10
2.3 Penyakit…………………………………………………………………………………...
15
2.4. Teknik Biakan
Murni………………………………………………………………….... 28
2.5 Postulat
koch…………………………………………………………………………...... 35
2.6 Perkembangan
dan Pencegahan Penyakit…………………………………………….. 36
2.7 Penemuan
Antiseptik…………………………………………………………………….. 37
2.8 Imunisasi…………………………………………………………………………………..
38
2.9 Chemoterapi………………………………………………………………………………..39
BAB
III PENUTUP…………………………………………………………………………..43
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................
43
3.2 Saran…………………………………..…………………………………………………….44
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................................. 46
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Mikroorganisme
merupakan makhluk hidup yang berukuran sangat kecil
yaitu
dalam skala micrometer atau micron (Āµ) atau sepersejuta meter dan tidak
dapat
dilihat dengan mata telanjang. Dalam percakapan sehari-hari atau untuk
kepentingan
praktis mikroorganisme sering disebut sebagai mikroba atau kuman.
Untuk
mempelajarinya diperlukan cara tertentu yaitu observasi mikroskopik dan
biakan
atau pure culture . Termasuk dalam golongan mikroorganisme adalah
bakteri
(eubactera, archaebacteria ), fungi (yeasts, molds ), protozoa, microscopic
algae
dan virus serta beberapa macam cacing ( helmints ). Ilmu yang mempelajari
mikroorganisme
disebut mikrobiologi. Ilmu mikrobiologi kedokteran mempelajari
mikroorganisme
sebagai penyebab penyakit infeksi, cara mendiagnosis,
pengobatan,
pencegahan dan pengendalian infeksi.
Semua
mikroorganisme adalah sel kecuali virus. Teori tentang sel
menyebutkan
bahwa makhluk hidup dapat berupa organisme
sel tunggal atau
organisme
yang tersusun atas berbagai sel (multisel). Sel merupakan unit
kompleks
dari suatu sistem kehidupan. Semua makhluk hidup yang ada berasal
dari
replikasi atau transformasi dari sel yang ada sebelumnya. Sel adalah struktur
yang
dibatasi suatu membran, bermetabolisme secara aktif dan mengandung
materi
hereditas.
mikroorganisme merupakan komponen penting pada bidang
kedokteran/kesehatan. Oleh karena itu mutlak setiap insan yang berkecimpung
dalam dunia kedokteran/kesehatan untuk mempelajari dan mengetahui mikrobiologi
yaitu cabang ilmu yang membahas
seluk-beluk
jasad renik atau mikroorganisme.
Teori
bahwa mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit atau Germ
theory
of disease yang digagas oleh Louis Pasteur merupakan alasan yang sangat
kuat
mengapa semua dokter dan tenaga kesehatan harus mengetahui ilmu
mikrobiologi.
1.2 .RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa
yang dimaksud dengan mikroba?
2.
Bagaimana
penemuan Mikroba?
3.
Siapa
saja orang pertama yang mengemukakan percobaannya tentang penemuan mikroba?
4.
Jelaskan
apa yang dimaksud fermentasi?
5.
Jelaskan
teori tentang fermentasi?
6.
Jelaskan
jenis-jenis fermentasi?
7.
Siapa
pengemuka pertama tentang penyakit yang disebabkan oleh bakteri?
8.
Penyakit
apa saja yang disebabkan oleh bakteri?
9.
Apa
yang dimaksud dengan teknik biakan murni?
10. Jelaskan apa yang dimaksud dengan postulat Koch?
11. Sebutkan isi dari postulat Koch?
12. Bagaimana perkembangan dan pencegahan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri?
13. Sebutkan tindakan apa saja yang dilakukan dalam
pencegahan penyakit yang disebabkan oleh bakteri?
14. Siapa pengemukan pertama tentang antiseptic?
15. Jelaskan apa yang dimaksud imunisasi?
16. Bagaimana sejarah penemuan antiseptic?
17. Jelaskan bagaimana cara kerja dan efek samping
chemoterapi?
1.3
Tujuan Masalah
1.
Mahasiswa
dapat mengetahui sejarah penemuan mikroba
2.
Mahasiswa
dapat lebih memahami tentang fermentasi
3.
Mahasiswa
dapat mengetahui penyakit disebabkan oleh bakteri dan cara pencegahannya
4.
Mahasiswa
dapat memahami dan mengetahui teknik biakan murni
5.
Mahasiswa
mengetahui sejarah penemuan antiseptic dan sejarah penemuan imunisasi serta
6.
Mahasiswa
dapat memahami cara kerja dan efek samping chemoterapi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PENEMUAN MIKROBA
Mikroba didefenisikan sebagai ilmu
yang mempelajari tentang organisme mikroskopis. Mikrobiologi berasal dari
bahasa Yunani, mikros=kecil, bios=hidup dan logos=ilmu. Ilmuwan menyimpulkan
bahwa mikroorganisma muncul kurang lebih 4 juta tahun yang lalu dari senyawa
organik kompleks di lautan, atau mungkin dari gumpalan awan yang sangat besar
yang mengelilingi bumi. Sebagai makhluk hidup pertama di bumi, mikroorganisma
diduga merupakan nenk moyang dari semua makhluk hidup.
Awal mula munculnya ilmu mikrobiologi pada
pertengahan abad 19 pada waktu ilmuwan telah membuktikan bahwa mikroorganisma
berasal dari mikroorganisma sebelumnya bukan dari tanaman ataupun hewan yang
membusuk. Selanjutnya ilmuwan menunjukkan bahwa mikroorganisma bukan berasal
dari proses fermentasi tetapi merupakan penyebab proses fermentasi buah anggur
menjadi anggur dapat berubah. Ilmuwan juga menemukan bahwa mikroba tertentu
menyebabkan penyakit tertentu.
Pengetahuan ini
merupakan awal pengenalan dan pemahaman akan pentingnya mikroorganisma bagi
kesehatan dan kesejahteraan manusia. Selama awal abad 20 ahli mikrobiologi
telah meneliti bahwa mikroorganima mampu menyebabkan berbagai macam perubahan
kimia baik melalui penguraian maupun sintesis senyawa organik yang baru.
Hal inilah yang disebut dengan ‘biochemical
diversity’ atau keaneka ragaman biokimia yang menjadi ciri khas mikroorganisma.
Disamping itu, yang penting lainnya adalah bahwa mekanisma perubahan kimia oleh
mikroorganisma sangat mirip dengan yang terjadi pada organisma tingkat tinggi.
Konsep ini dikenal dengan ‘unity in biochemistry’ yang artinya bahwa proses
biokimia pada mikroorganisma adalah sama dengan proses biokimia pada semua
makhluk hidup termasuk manusia.
Bukti yang lebih baru menunjukan bahwa informasi
genetik pada semua organisma dari mikroba hingga manusia adalah DNA. Karena sifatnya yang sederhana dan
perkembangbiakan yang sangat cepat serta adanya berbagai variasi metabilma,
maka mikroba digunakan sebagai model penelitian di bidang genetika. Saat ini
mikroorganisma diteliti secara intensif untuk mengetahui dasar fenomena
biologi.
Mikroorganisma
juga muncul sebagai sumber produk dan proses yang menguntungkan masyarakat,
misalnya: alkohol yang dihasilkan melalui proses fermentasi dapat digunakan
sebagai sumber energi (gasohol). Strain-strain baru dari mikroorganima yang
dihasilkan melalui proses rekayasa genetika dapat menghasilkan bahan yang
penting bagi kesehatan manusia seperti insulin.
Sebelumnya hanya insulin yang diekstrak dari
pancreas lembu yang dapat menerimanya. Sekarang, insulin manusia dapat
diproduksi dalam jumlah yang tak terhingga oleh bakteri yang telah
direkayasa. Mikroorganisma juga
mempunyai potensi yang cukup besar untuk membersihkan lingkungan, misal: dari
tumpikan minyak di lautan atau dari herbisida dan insektisida di bidang
pertanian.
Hal ini
dikarenakan mikroorganima mempunyai kemampuan untuk mendekomposisi/menguraikan
senyawa kompleks. Kemampuan mikroorganisma yang telah direkayasa untuk tujuan
tertentu menjadikan cabang baru dalam mikrobiologi industri yang dikenal dengan
bioteknologi. Jika anda membaca tentang mikroorganisma anda akan menghargai,
mengagumi mikroorganisma anda akan menghargai, mengagumi mikroorganisma seperti
bakteri, algae, protozoa dan virus yang merupakan organisma yang sering tidak
terlihat. Beberapa diantaranya bersifat patogen bagi manusia, hewan maupun
tumbuhan.
Beberapa dapat
menyebabkan lapuknya kayu dan besi. Tetapi banyak diantaranya berperan penting
dalam lingkungan sebagai dekomposer. Beberapa diantaranya digunakan dalam
menghasilkan (manufacture) substansi yang penting di bidang kesehatan maupun
industri makanan.
A. Leeuwenhoek dan mikroskopnya
Antony van Leeuwenhoek (1632 – 1723)
sebenarnya bukan peneliti atau ilmuwan yang profesional. Profesi sebenarnya
adalah sebagai ‘wine terster’ di kota Delf, Belanda. Ia biasa menggunakan kaca
pembesar untuk mengamati serat-serat pada kain. Sebenarnya ia bukan orang
pertama dalam penggunaan mikroskop, tetapi rasa ingin tahunya yang besar
terhadap alam semesta menjadikannya salah seorang penemu mikrobiologi.
Leewenhoek mwnggunakan mikroskopnya yang
sangat sederhana untuk mengamati air sungai, air hujan, ludah, feses dan lain
sebagainya. Ia tertarik dengan banyaknya benda-benda kecil yang dapat bergerak
yang tidak terlihat dengan mata biasa. Ia menyebut benda-benda bergerak tadi
dengan ‘animalcule’ yang menurutnya merupakan
hewan-hewan yang sangat kecil. Penemuan ini membuatnya lebih antusias dalam
mengamati benda-benda tadi dengan lebih meningkatkan mikroskopnya.
Hal ini
dilakukan dengan menumbuk lebih banyak lensa dan memasangnya di lempengan
perak. Akhirnya Leewenhoek membuat 250 mikroskop yang mampu memperbesar 200-300
kali. Leewenhoek mencatat dengan teliti hasil pengamatannya tersebut
danmengirimkannya ke British Royal Society.
Salah satu isi suratnya yang pertama pada tanggal 7 September 1674 ia
menggambarkan adanya hewan yang sangat kecil yang sekarang dikenal dengan
protozoa. Antara tahun 1963-1723 ia menulis lebih dari 300 surat yang
melaporkan berbagai hasil pengamatannya. Salah satu diantaranya adalah bentuk
batang, coccus maupun spiral yang sekarang dikenal dengan bakteri.
Penemuan-penemuan tersebut membuat dunia sadar
akan adanya bentuk kehidupan yang sangat kecil yang akhirnya melahirkan ilmu
mikrobiologi. Penemuan Leewenhoek
tentang animalcules menjadi perdebatan dari mana asal animalcules tersebut. Ada
dua pendapat yang muncul, satu mengatakan animalcules ada karena proses
pembusukan tanaman atau hewan, melalui fermentasi misalnya. Pendapat ini
mendukung terori yang mengatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati
melalui proses abiogenesis. Konsep ini dikenal dengan ganaratio spotanea.
Pendapat ini mengatakan bahwa animalcules tadi berasal dari animalcules
sebelumnya seperti halnya organismea tingkat tinggi. Pendapat atau teori ini
disebut dengan biogenesis. Mikrobiologi tidak berkembang sampai perdebatan
tersebut terselesaikan dengan dibuktikannya kebenaran teori biogenesis.
Pembuktian ini memerlukan berbagai macam eksperimen yang nampaknya sederhana
dan perlu waktu lebih dari 100 tahun.
B. Pembuktian ketidakbenaran dari Abiogenesis
Franscesco Redi
(1926-1697) menunjukkan bahwa ulat yang ada dalam daging busuk adalah larva
yang berasal dari telur lalat, bukan hasil dari generatio spontanea. Bagaimana
dengan asal dari mikroorganisma yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop? Pada tahun 1945 John Needham (1713-1781)
memasak sepotong daging untuk menghilangkan organisma yang ada dan
menempatkannya dalam toples yang terbuka.
Akhirnya ia
mengamati adanya kolono pada permukaan daging tersebut. Ia menyimpulkan bahwa
mikroorganisma terjadi spontan dari daging.
Pada tahun 1769, Lazarro Spalanzani (1729 – 1799) merebus kaldu daging
selama 1 jam dan menempatkannya pada toples yang disegel/ditutup rapat
menunjukkan tidak ditemukannya mikroorganisma dalam kaldu tersebut. Jadi
ekperimen ini menentang teori abiogenesis. Tetapi Neddham mengatakan bahwa
sumber makhluk hidup tadi adalah udara dimana pada percobaan Spalanzani
tersebut tidak berinteraksi langsung dengan udara.
Hampir 100 tahun
setelah percobaan Needham ada 2 peneliti yang mencoba memecahkan kontroversi
tentang peran udara. Pada tahun 1836, Franz Schulze melewatkan larutan asam
kuat ke dalam tabung tertutup yang berisi daging yang telah dimasak. Tahun
1837, Theodor Schwann mengalirkan udara
melalui pipa yang dipanai ke dalam tabung tertutup yang bersisi kaldu. Keduanya
tidak menemukan adanya mikroba sebab mikroba telah mati oleh adanya asam kuat
maupun oleh panas. Tetapi para pendukung teori generatio spontanea berpendapat
bahwa adanya asam dan panas akan mengubah udara sehingga tidak mendukung
pertumbuhan mikroba.
Sampai akhirnya
tahun 1954 peneliti menyelesaikan perdebatan tersebut dengan melakukan
percobaan menggunakan tabung tertutup berisi kaldu yang telah dipanaskan. Ke
dalam tabung tersebut dimasukkan pipa yang pada sebagiannya diisi dengan kapas
dan ujungnya dibiarkan terbuka. Dengan demikian mikroba akan tersaring dan
udara tetap bisa masuk. Dengan tidak ditemukannya mikroba dalam kaldu daging
tersebut membuktikan bahwa teori generatio spontanea adalah salah.
C. Bukti teori biogenesis
Pada perioda yang sama muncul ilmuwan baru
dari Perancis Louis Pasteur (1822 – 1895) seorang ahli kimia yang menaruh
perhatian pada mikroorganisma. Oleh karena itu ia tertarik untuk meneliti peran
mikroba dalam industri anggur dana pembuatan alkohol. Salah satu pendukung
teori generatio spontanea yang hidup pada masa Louis Pasteur adalah Felix
Archimede Pouchet (1800-1872). Pada tahun 1859 ia banyak mempublikasikan
tulisan yang mendukung abiogenesis. Tetapi ia tidak dapat membantah
penemuan-penemuan Pasteur. Untuk memastikan pendapatnya, Pasteur melakukan
serangkaian eksperimen. Ia menggunakan bejana dengan leher panjang dan
dibengkokkan yang dikenal dengan leher angsa.
Bejana ini diisi
dengan kaldu kemudian dipanaskan. Udara dapat dengan bebas melewati tabung atau
pipa leher angsa tersebut tetapi tidak ditemukan adanya mikroorganisma di kaldu
tadi. Dalam hal ini mikroba beserta debu akan mengendap pada bagian tabung yang
berbentu U sehingga tidka dapat mencapai kaldu. Ia juga membawa tabung tersebut
ke pegunungan Pyrenes dan Alpen. Pasteur menemukan bahwa mikroorganima terbawa
debu oleh udara dan ia menyimpilkan bahwa semakin bersih/murni udara yang masuk
ke dalam bejana, semakin sedikit kontaminasi yang terjadi. Pada tanggal 7 April
1864 ia mengatakan bahwa: For I have
kept them and am still keeping from them, that one thing that is above the
power of man to make; I have kept from them, the germ that float in the air, I
have kept them from life. Salah satu
argumen klasik untuk menantang buiogenesis adalh bahwa panas yang digunakan
untuk mensterilkan udara atau bahan juga dianggap merusak ‘vital force’. Mereka
yang mendukung teori abiogenesis berpendapat bahwa tanpa adanya kekuatan vital
force tersebut mikroorganisma tidak dapat muncul serta spontan.
Untuk merespon argumen tersebut John Tyndall
mengatakan udara dapat dengan mudah dibebaskan dari mikroorganisma dengan cara
melakukan percobaab dengan meletakkan tabung reaksi berisi kaldu steril ke
dalam kotak tertutup. Udara dari luar masuk ke dalam kotak melalui pipa yang
sudah dibengkokkan membentuk dasar U seperti spiral. Terbukti bahwa meskipun
udara luar dapat masuk ke dalam kotak yang berisi tabung dengan kaldu di
dalamnya, namun tidak ditemukan adanya mikroba. Hasil percobaan Pasteur dan
Tyndall memacu diterimanya konsep biogenesis. Selanjutnya Pasteur lebih
memfokuskan penelitiannya pada peran mikroba dalam pembuatan anggur dan mikroba
yang menyebabkan penyakit.
2.2
TEORI TENTANG FERMENTASI
Fermentasi
merupakan suatu cara untuk mengubah substrat menjadi produk tertentu yang
dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba. Produk-produk tersebut biasanya
dimanfatkan sebagai minuman atau makanan. Fermentasi suatu cara telah dikenal
dan digunakan sejak lama sejak jaman kuno. Sebagai suatu proses fermentasi
memerlukan: 1. Mikroba sebagai inokulum 2. Tempat (wadah) untuk menjamin proses
fermentasi berlangsung dengan optimal.
3. Substrat sebagai tempat tumbuh (medium) dan sumber nutrisi bagi
mikroba.
Raw material fermenter mikroba produk
Gambar
1:skema proses fermentasi
Contoh Fermentasi terjadi jika jus anggur kita
biarkan. Melalui serangkaian perubahan biokimia, alkohol dan senyawa lain
dihasilkan dari anggur tersebut. Salah satu alasan mengapa Pasteur ingin
menentang pendapat generatio spontanea adalah keyakinannya bahwa produk
fermentasi anggur merupakan hasil dari kikroorganisma yang ada, bukan
fermentasi menghasilkan mikroorganisma sebagaimana yang dipercaya pada waktu
tersebut. Pada tahun 1850 an pasteur memecahkan masalah yang timbul dalam
industri anggur. Dengan meneliti anggur yang baik dan anggur yang kurang bagus
Pasteur menemukan mikroorganisma yang berbeda. Mikroorganisma tertentu
mendominasi anggur yang bagus sementara tipe yang lain mendominasi anggur yang
kurang bagus. Dia menyimpulkan bahwa pemilihan mikroorganisma yang sesuai akan
menghasilkan produk yang bagus. Untuk itu dia memusnahkan mikroba yang telah
ada dalam sari buah anggur dengan cara memanaskannya. Setelah dingin ke dalam
sari buah tersebut diinokulasi dengan anggur yangberkualita baik yang
mengandung mikroorganisma yang diinginkan. Hasilnya menunjukkan bahwa anggur
yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan tidak mengalami perubahan aroma
selama disimpan jika sebelumnya dipanasi dulu selama beberapa menit pada 50 –
60 ĀŗC. Proses ini dikenal dengan pasteurisasi yang digunakan secara luas di
bidang industri makanan. Sebelumnya orang meningkatkan produk fermentasi
melalui
trial and error dimana sebelumnya tidak tahu bahwa kualitas produk tergantung
pada mikroorganisma tertentu.
Bioteknologi
fermentasi menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan proses industri fermentasi
yang meliputi:
1. Sifat
Fermentasi
2. Prinsip
Kultivasi Mikroba dalam Sistem Cair
3. Desain
Bioreaktor (fermenter)
4. Desain Media
5. Instrumentasi
dan Pengendalian Proses dalam Bioreaktor
6. Tenik Pengukuran
7. Pemindahan
Massa dan Energi
8. Peningkatan
Skala
9. Fermentasi substrat padat
A
. Sifat Fermentasi
1. Aerob
memerlukan adanya oksigen.
2. Anaerob
tidak memerlukan adanya oksigen.
B.JENIS FERMENTASI
Fermentasi secara umum dibagi menjadi 2
model utama yaitu fermentasi media cair
(liquid state fermentation, LSF) dan fermentasi media
padat (solid state fermentation,
SSF). Fermentasi media cair diartikan sebagai
fermentasi yang melibatkan air sebagai fase
kontinu dari sistem pertumbuhan sel
bersangkutan (Satiawiharja, 1992) atau substrat
baik sumber karbon maupun mineral terlarut
atau tersuspensi sebagai partikel‐partikel
dalam fase cair. Fermentasi media padat
merupakan proses fermentasi yang
berlangsung dalam substrat tidak terlarut,
namun mengandung air yang cukup sekalipun
tidak mengalir bebas (Dharma, 1992).
Dalam
fermentasi tradisional baik fermentasi
medium cair maupun medium padat telah lama dikenal. Fermentasi cair
meliputi
fermentasi minuman anggur dan
alkohol, fermentasi asam cuka, yogurt dan
kefir. Fermentasi media padat seperti
fermentasi tape, oncom, kecap, tape
dan silase.
1.
. Fermentasi Media Cair
Komponen
tambahan yang diperlukan pada pakan
generasi baru seringkali
disintesa secara terpisah dan ditambahkan
kemudian. Cara yang digunakan biasanya
dengan cara fermentasi media cair, yang
dapat mensintesa asam‐asam amino, asam‐
asam organik, enzim‐enzim
dan beberapa vitamin.
Fermentasi
cair dengan teknik tradisional tidak
dilakukan pengadukan, berbeda dengan teknik
fermentasi cair modern melibatkan fermentor
yang dilengkapi dengan: pengaduk agar
medium tetap homogen, aerasi, pengatur suhu
(pendingin dan pemanasan) dan pengaturan
pH. Proses fermentasi cair modern dapat
dikontrol lebih baik dan hasil lebih
uniform dan dapat diprediksi. Juga
tidak dilakukan sterilisasi, namun pemanasan,
perebusan dan pengukusan
mematikan banyak mikroba kompetitor. Jenis‐jenis
fermentasi media cair yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
A.Fermentasi yang
diagitasi dimana substratnya larut dalam air.
Jenis fermentasi ini dikerjakan dalam suatu
labu atau gelas yang cocok atau yang lebih
modern dengan menggunakan fermentor
dimana substratnya larut sempurna dalam air. Pengambilan
substrat oleh mikroba
melalui fase larutan dalam air. Pada kultur
labu yang dikocok, agitasi dilakukan dengan
bantuan alat pengocok (shaker).
Pada fermentor agitasi dikerjakan dengan
pengaduk yang dijalankan oleh motor dan
dapat dibantu oleh aerasi (gelembung
udara).
B. Fermertasi yang
diagitasi dimana zat yang tak larut dalam air tersuspensi dalam fase cair.
Pada fermentasi ini substrat zat padat tidak
larut dalam air tetapi dalam bentuk bubuk‐
bubuk halus yang tersuspensi dalam
sejumlah air yang banyak. Garam dan zat‐
zat hara lain mungkin terlarut dalam
air. Konsentrasi substrat dalam media dapat
bervariasi mulai dari satu persen sampai
pada suatu keadaan yang menyerupai
bubur. Pengambilan substrat oleh mikroba
biasanya disertai dengan produksi suatu
faktor yang dapat melarutkan yang mungkin
sifatnya ekstraseluler atau terletak didalam
dinding dalam air
sehingga partikel substrat tersipresi secara
merata dalam medium yang mengandung air
agar terjadi kontak dengan mikroba
secara maksimum.
C. Fermentasi yang
diagitasi dimana zat cair yang tak larut dalam air tersuspensi dalam fase cair.
Jenis
fermentasi ini dan mekanisme
pangambilan substrat dengan yang kedua
kecuali substrat bersifat cair.
D. Fermentasi yang
tidak diagitasi dimana substratnya larut dalam fase air.
Pada fermentasi ini substrat larut dalam air
tetapi medianya tidak diagitasi atau
dikocok. Pengambilan substrat melalui fase
cair. Medium didistribusikan berupa larutan
yang dangkal dalam suatu baki atau dalam
suatu wadah yang mempunyai permukaan yang
luas dan dalamnya media biasanya 2.5‐5.0 cm untuk produksi yang tinggi.
Untuk
produksi komponen‐komponen
pakan yang paling banyak digunakan
adalah fermentasi cair jenis pertama,
menyusul jenis keempat terutama untuk memproduksi
asam‐asam organik seperti
asam sitrat, asam glutamat dan jenis ketiga
untuk produksi sel tunggal protein (PST).
Fermentasi media cair untuk memproduksi
pakan secara langsung memungkinkan dilakukan
jika proses fermentasi telah terbentuk
komponen yang diinginkan disamping sejumlah
biomassa yang dapat digunakan. Proses ini
biasanya masih membutuhkan proses tambahan
setelah akhir fermentasi, misalnya dalam produksi
lysine feed concentrate (LFC).
LFC berasal
dari proses fermentasi yang menghasilkan L‐lysine (oleh suatu mikroba
penghasil L‐lysine)
dengan menggunakan sumber karbon gula atau
molases. Pada akhir proses fermentasi,
cairan hasil fermentasi yang masih
mengandung sel diuapkan pada suhu 60‐80oC lalu ditambah
dengan bahan pengisi (filler) dan
dikeringkan.
2. Fermentasi Media Padat
Fermentasi
media (substrat) padat
mempunyai kandungan nutrien per volume
jauh lebih pekat sehingga hasil per volume
dapat lebih besar. Produksi protein mikroba
umtuk pakan ternak dari keseluruhan hasil
fermentasi dapat dilakukan dengan pengeringan sel‐sel
mikroba dan sisa substrat. Fermentasi
substrat padat dengan kapang mempunyai
keuntungan (Dharma, 1992) yaitu:
1. medium
yang digunakan relatif sederhana.
2.
ruang yang diperlukan untuk peralatan
fermentasi relatif kecil, karena air yang
digunakan sedikit.
3. inokulum
dapat disiapkan secara sederhana.
4. kondisi
medium tempat pertumbuhan fungi mendekati
kondisi habitat alaminya.
5.
aerasi dihasilkan dengan mudah karena ada
ruang udara diantara tiap partikel
substrat.
6. produk yang dihasilkan
dapat dipanen dengan mudah.
Faktor yang
mempengaruhi fermentasi media padat diantaranya:
1. Kadar
air: Kadar optimum tergantung pada
substrat, organisme dan tipe produk akhir.
Kisaran kadar air yang optimal adalah 50‐75%.
Kadar air yang tinggi akan mengakibatkan
penurunan porositas, pertukaran gas, difusi
oksigen, volume gas, tetapi meningkatkan
resiko kontaminasi dengan bakteri.
2. Temperatur: Temperatur berpengaruh
pada laju reaksi biokimia selama proses
fermentasi.
3. Pertukaran gas: Pertukaran
gas antara fase gas dengan substrat
padat mempengaruhi proses fermentasi.
2.3 PENYAKIT
Disamping membuat revolusi (perubahan besar)
dalam bidang industri anggur, Pasteur dan asistennya juga mengemukakan teori
baru mengenai penyebab penyakit. Dalam penelitiannya mereka menemukan agen
penyebab penyakit serius baik pada hewan maupun manusia. Tetapi juga sebelum
Pasteur membuktikan bahwa mikroba merupakan penyebab penyakit, beberapa
peneliti membuat argumen yang kuat terhadap teori kuman terhadap penyakit.
Sebelumnya, dalam sejarah manusia ada kepercayaan bahwa penyakit itu disebabkan
oleh beberapa faktor yang tidak jelas misalnya udara yang jelek, darah yang
jelek dan lain-lainnya.
Pada
tahun 1546, Girolamo Fracastolo (1483 – 1553) menyarankan bahwa penyakit dapat
disebabkan oleh mikroorganisma yang terlalu kecil untuk dapat dilihat yang
ditularkan dari 1 orang ke orang lain. Sebagian besar informasinya berasal dari
percakapannya dengan para pelaut yang baru pulang dari perjalanannya ke luar
negeri, dimana mereka menyaksikan penyebaran berbagai penyakit. Lebih dari 200
tahun kemudian Anton von Plenciz (1705-1786) mengatakan bahwa tidah hanya
makhluk hidup yang merupakan penyebab penyakit tetapi juga agen yang lain
merupakan penyebab penyakit yang berbeda. Pada saat yang bersamaan konsep
tentang makhluk hidup atau bentuk lain yang menghisap nutrien mulai diterima.
Setelah sukses dengan
fermentasinya, Pasteur diminta untuk meneliti penyakit ulat sutra yang
merugikan industri Perancis. Dia menghabiskan waktu 6 tahun untuk membuktikan
bahwa mikrroorganisma yang disebut dengan protozoa yang dapat menyebabkna
penyakit. Pasteur juga menunjukkan kepada petani ulat sutera bagaimana
menghilangkan penyakit dengan cara memilih ulat sutera yang bebas penyakit
untuk diternakkan. Di Jerman, Robert
Koch (1843 – 1910) seorang profesional di bidang kesehatan mendapat hadiah
mikroskop dari istrinya untuk hadiah ulang tahunnya yang ke-28. Selanjutnya ia
mulai meneliti dunia mikroorganisma yang sudah dilihat oleh Pasteur.
Baik
Pasteur maupun Koch menjadi rival bersama yang sama-sama ingin mengetahui
penyebab penyakit anthrax yang sangat merugikan peternak sapi dan domba di
Eropa. Koch akhirnya menemukan dari darah domba yang telah mati karena anthrax.
Dengan sering meninggalkan prkateknya sebagai dokter, Koch membuktikan bahwa
bakteri tersebut penyebab anthrax dengan cara memisahkan bakteri untuk batang
tersebut dari bakteri lain yang ada kemudian menginjeksikannya ke dalam tikus
yang sehat. Tikus selanjutnya menunjukkan perkembangan menuju anthrax dan
bakteri yang diisolasi dari tikus menunjukkan kesamaan bakteri yang berasal
dari domba yang sakit sebelumnya.
Pada
1876, setelah meneliti selama 6 tahun Koch mengumumkan bahwa dia telah
menemukan bakteri penyebab anthrax. Ia juga menyarankan bahwa ternak sakit
supaya dibunuh dan dibakar atau dikubur yang dalam, setelah ia mengetahui bahwa
spora yang dihasilkan oleh bakteri dapat bertahan hidup selama berbulan-bulan
di daerah peternakan. Dengan penemuan
anthraxnya Koch merupakan orang pertama yang membuktikan mikroba tertentu merupakan
agen penyakit tertentu. Selanjutnya Koch dan kawan-kawan menemukan bakteri
penyebab tuberculosis dan cholera. Perkembangan teknik laboratorium untuk
mempelajari mikroorganisma.
Koch
dan anggotanya banyak memberi kontribusi mengenai teknik-teknik tersebut.
Diantaranya adalah prosedur pengecatan bakteri untuk pengamatan dengna
mikroskop cahaya. Salah satu kolega Koch adalah Paul Erlich (1854 –1915) yang
melakukan penelitian terhadap dyes dan menggunakannya untuk mengecat bakteri
termasuk bakteri penyebab tuberculosisi.
1.
TBC
TBC atau tuberculosis merupakan salah satu penyakit yang
disebabkan oleh bakteri, lebih tepatnya disebabkan oleh bakteri
Mycrobacterium tuberculosis serta Mycrobacterium bovis.Penyakit TBC ditularkan melalui droplet atau
percikan air liur ketika seorang pengidap TBC sedang batuk maupun meludah.
Percikan air liur tersebut mengandung bakteri penyebab TBC yang nantinya
terbang di udara dan terhirup oleh ornag lain disekitarnya.
Proses Diagnosis Tuberkulosis
Tuberkulosis termasuk penyakit
yang sulit untuk terdeteksi. Dokter biasanya menggunakan beberapa cara untuk
mendiagnosis penyakit ini, antara lain:
- Rontgen
dada.
- Tes
Mantoux.
- Tes
darah.
- Tes
dahak.
Pengobatan dan
Pencegahan Tuberkulosis
Penyakit yang
tergolong serius ini dapat disembuhkan jika diobati dengan benar. Langkah pengobatan
yang dibutuhkan adalah dengan mengonsumsi beberapa jenis antibiotik dalam
jangka waktu tertentu.
Gambar 2.mycobacterium
tuberculosis
Sementara
langkah utama untuk mencegah
TB adalah dengan menerima vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin).
Di Indonesia, vaksin ini termasuk dalam daftar imunisasi wajib dan diberikan
sebelum bayi berusia 2 bulan.
Risiko Komplikasi
Tuberkulosis
Apabila tidak diobati, bakteri TB
dapat menyebar ke bagian tubuh lain dan berpotensi mengancam jiwa pengidap.
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah:
- Nyeri
tulang punggung.
- Meningitis.
- Kerusakan
sendi.
- Gangguan
hati, ginjal, atau jantung.
2.
Difteri
Penyakit difteri jarang sekali
terjadi saat ini, dan umumnya penyerang remaja serta orang dewasa. Penyakit
difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphtheria. Ada dua bentuk dari
penyakit difteri. Difteri bentuk pertama tipe respirasi yang disebabkan karena
bakteri memproduksi toksin dalam jumlah berlebihan yang dapat menyebabkan
gejala berat bahkan dapat menyebabkan kematian. Sedangkan bentuk yang kedua
adalah tipe kutan dimana bakteri memproduksi toksin dalam jumlah kecil
yang menyebabkan gejala difteri ringan.
Gambar.3 bakteri
penyebab difteri
Orang-orang yang bisa selamat dari penyakit ini akan
mengalami kelumpuhan pada otot-otot tertentu serta adanya kerusakan permanen
pada organ penting seperti jantung maupun ginjal. Anak-anak yang berumur kurang
dari 10 tahun sangat peka terhadap penyakit difteri, karena daya tahan tubuhnya
masih rentan.
Penularan
difteri terjadi ketika seorang pengidap difteri sedang batuk, bersin maupun meludah,
kontak langsung pada kulit khususnya bagian jari, handuk maupun pakaian yang
telah terkontaminasi maupun dari minuman yang telah terkontaminasi.
Proses
Penularan Difteri
Penyebaran bakteri difteri dapat terjadi dengan mudah dan umumnya adalah
melalui udara saat seorang penderita bersin atau batuk. Selain itu, ada
sejumlah cara penularan lainnya yang perlu diwaspadai, seperti melalui:
- Barang-barang
yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, contohnya mainan atau handuk.
- Sentuhan
langsung pada bisul akibat difteri di kulit penderita. Penularan ini
umumnya terjadi pada penderita yang tinggal di lingkungan yang padat
penduduk dan kebersihannya tidak terjaga.
Bakteri difteri akan menghasilkan racun yang akan membunuh sel-sel sehat
dalam tenggorokan, sehingga akhirnya menjadi sel mati. Sel-sel yang mati inilah
yang akan membentuk membran (lapisan tipis) abu-abu pada tenggorokan. Di
samping itu, racun yang dihasilkan juga berpotensi menyebar dalam aliran darah
dan merusak jantung, ginjal, serta sistem saraf.
Terkadang, difteri bisa jadi tidak menunjukkan gejala
apapun sehingga penderitanya tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi. Apabila
tidak menjalani pengobatan dengan tepat, mereka berpotensi menularkan penyakit
ini kepada orang di sekitarnya, terutama mereka yang belum mendapatkan
imunisasi.
Diagnosis
dan Langkah Pengobatan Difteri
Untuk menegakkan diagnosis difteri, awalnya dokter akan menanyakan
beberapa hal seputar gejala yang dialami pasien. Dokter juga dapat mengambil
sampel dari lendir di tenggorokan, hidung, atau bisul untuk diperiksa di
laboratorium.
Apabila seseorang diduga kuat tertular difteri, dokter
akan segera memulai penanganan, bahkan sebelum ada hasil laboratorium. Dokter
akan menganjurkannya untuk menjalani perawatan dalam ruang isolasi di rumah
sakit. Lalu langkah pengobatan akan dilakukan dengan 2 jenis obat, yaitu
antibiotik dan antitoksin.
Antibiotik akan membantu tubuh untuk membunuh bakteri
dan menyembuhkan infeksi. Dosis penggunaan antibiotik tergantung pada tingkat
keparahan gejala dan lama pasien menderita difteri.
Sebagian besar penderita dapat keluar dari ruang
isolasi setelah mengonsumsi antibiotik selama 2 hari. Tetapi sangat penting
bagi mereka untuk tetap menyelesaikan konsumsi antibiotik sesuai anjuran
dokter, yaitu selama 2 minggu.
Penderita kemudian akan menjalani pemeriksaan
laboratorium untuk melihat ada tidaknya bakteri difteri dalam aliran darah.
Jika bakteri difteri masih ditemukan dalam tubuh pasien, dokter akan
melanjutkan penggunaan antibiotik selama 10 hari.
Sementara antitoksin berfungsi untuk menetralisasi
toksin atau racun difteri yang menyebar dalam tubuh. Sebelum memberikan
antitoksin, dokter akan mengecek apakah pasien memiliki alergi terhadap obat
tersebut atau tidak. Apabila terjadi reaksi alergi, dokter akan memberikan
antitoksin dengan dosis rendah dan perlahan-lahan meningkatkannya sambil
melihat perkembangan kondisi pasien.
Bagi penderita yang mengalami kesulitan bernapas
karena hambatan membran abu-abu dalam tenggorokan, dokter akan menganjurkan
proses pengangkatan membran. Sedangkan penderita difteri dengan gejala bisul
pada kulit dianjurkan untuk membersihkan bisul dengan sabun dan air secara
seksama.
Selain penderita, orang-orang yang berada di dekatnya
juga disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter karena penyakit ini sangat
mudah menular. Misalnya, keluarga yang tinggal serumah atau petugas medis yang
menangani pasien difteri.
Dokter akan menyarankan mereka untuk menjalani tes dan
memberikan antibiotik. Terkadang vaksin difteri juga kembali diberikan jika
dibutuhkan. Hal ini dilakukan guna meningkatkan proteksi terhadap penyakit ini.
3.
Pertusis
Pertussis
atau lebih dikenal dengan nama batuk rejan, merupakan infeksi saluran
pernapasan akut yang lebih sering terjadi pada anak-anak. Penyakit pertussis
disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis atau Haemophilus
pertussis.Penyakit pertussis ditularkan melalui percikan air liur, seperti
ketika bersin, batuk maupun meludah. Bakteri yang terkandung dalam air liur
akan terbang keudara dan terhirup oleh orang lain.
Gambar
4.bordella petusis
Pertusis menular melalui droplet batuk dari pasien yg terkena penyakit
ini dan kemudian terhirup oleh orang sehat yg tidak mempunyai kekebalan tubuh,
antibiotik dapat diberikan untuk mengurangi terjadinya infeksi bakterial yg
mengikuti dan mengurangi kemungkinan memberatnya penyakit ini (sampai pada
stadium catarrhal) sesudah stadium catarrhal antibiotik tetap diberikan
untuk mengurangi penyebaran penyakit ini, antibiotik juga diberikan pada orang
yg kontak dengan penderita, diharapkan dengan pemberian seperti ini akan
mengurangi terjadinya penularan pada orang sehat tersebut
4.
Tetanus
neonatorum
Tetanus
merupakan penyakit kekakuan otot atau spasme yang disebabkan oleh eksotoksin
dari organisme penyebab penyakit tetanus dan bukan dari organisme itu sendiri.
Penyakit tetanus sebenarnya disebabkan oleh adanya bakteri Clostridium tatani.
Gambar
5.Clostridium botulinum
Penularan
penyakit tetanus umumnya melalui luka yang dalam dengan kondisi tanpa oksigen,
seperti luka karena kecelakaan, luka operasi, pemotongan tali pusat, luka
tusuk, maupun karies gigi. Ketika bakteri Clostridium tatani bertemu dengan
bakteri lain, maka akan ada kerja sama sehingga membentuk gejala yang
berat seperti kekakuan otot bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan permanen.
5.
Demam
tifoid
Demam
tifoid atau tifus merupakan infeksi akut pada saluran
pencernaan yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi.Penularan penyakit
demam tifoid ini biasanya melalui air maupun makanan yang sudah terkontaminasi
oleh bakteri Salmonella thypi. Bakteri salmonella thypi mampu bertahan dalam
waktu yang lama di dalam makanan maupun minuman. Serangga, khususnya lalat juga
ikut berperan dalam penularan penyakit demam tifoid.
Gambar
6.salmonella thyphi
6.
Kusta
Penyakit
kusta merupakan salah satu penyakit menular yang sangat kompleks dan sangat
membingungkan. Masalahnya bukan hanya dari segi kesehatan dna medis saja, namun
dapat menyangkut ke masalah social, ekonomi, budaya bahkan sampai menjadi
masalah keamanan dan ketahanan nasional.
Bila
tidak ditangani dengan baik, penyakit kusta dapat menyebabkan cacat permanen.
Penyebab dari penyakit kusta adalah adanya bakteri Mycrobacterium leprae yang
hidup secara berkelompok, dapat menyebar kemana-mana, mampu hidup dalam sel
serta memiliki sifat yang tahan asam, sehingga sulit sekali untuk ditanggulangi.
Bakteri
kusta banyak terdapat pada kulit tangan, daun telinga serta mukosa hidung. Maka
dari itu, sebaiknya jagalah kebersihan diri dengan cara mandi serta mencuci
tangan setelah maupun sebelum melakukan kegiatan atau aktivitas apapun.
7.
Pes
Ada
begitu banyak nama lain untuk penyakit pes, seperti sampar, plague serta La
peste. Penyebab dari penyakit pes adalah adalah bakteri Yersinia pestis atau
Pasteurella pestis. Bakteri penyebab penyakit pes banyak ditemukan pada hewan
kelas rodensia atau hewan pengerat, seperti tikus dan kelinci. Sedangkan
penyebab pastinya adalah pinjal atau kutu maupun mikroorganisme yang menempel
dalam tubuh hewan pengerat.
Penyakit
pes ditularkan melalui gigitan maupun bersentuhan dengan tikus liar. Sedangkan
penularan dari manusia ke manusia umumnya melalui percikan air liur pengidap
penyakit pes.
Pengobatan dilakukan dengan cara
terapi. Umumnya diperlukan perawatan inap untuk memulai terapi. Terapi utama
adalah dengan pemberian antibiotik. Pemilihan jenis antibiotik bergantung pada
gejala klinis penderita. Untuk gejala berat seperti tipe septikemia dan tipe
pneumonik, Streptomisin adalah pilihan utama. Obat ini diberikan
secara suntik ke dalam otot (intramuskular) selama 5-7 hari.
Antibiotik suntik dapat diganti menjadi obat tablet/pil jika terdapat perbaikan
gejala. Total lama pengobatan pes adalah 7-10 hari. Untuk gejala ringan, dapat
diberikan antibiotik Tetrasiklin. Tetrasiklin diberikan dalam
bentuk tablet atau pil (per oral) selama 10-14 hari. Ada juga
berbagai alternatif antibiotik lainnya adalah Gentamisin, Kloramfenikol,
Doksisiklin, Trimetropim-Sulfametoksazol, dan Sulfadiazin.
8.
Antraks
Antraks
juga memiliki banyak nama, seperti malignant pustule, Charbon, malignant edema,
Woolsoter disease atau Regpicker disease. Penyakit antraks disebabkan oleh
adanya bakteri bacillus anthracis pada binatang ternak maupun binatang buas
yang dapat meluar ke manusia.
Bakteri
bacillus anthracis sebenarnya tidak bergerak namun mampu membuat spora dalam
jumlah banyak. Pembentukan spora banyak terjadi di alam bebas seperti dalam
tanah maupun di udara. Penularan penyakit antraks umumnya disebabkan oleh
adanya kontak secara langsung maupun ketika seseorang mengkonsumsi hewan ternak
yang sudah terkontaminasi oleh bakteri penyebab antraks
9.
Leptospirosis
Leptospirosis merupakan infeksi akut yang
disebabkan oleh adanya bakteri leptospirosis. Penyakit ini disebut juga dengan
nama Canicola fever, Weil disease, hemorrhagic jaundice, Swineherd disease,
atau Mud fever.
Bakteri
leprospirosis berbentuk seperti benang dan mampu menginfeksi hewan maupun
manusia. Infeksi pada manusia terjadi karena adanya kontak dengan tanah, air,
maupun lumpur yang sudah tercemar bakteri leptospirosis. Kontak langsung dengan kulit, darah
maupun urin dari hewan yang sudah terinfeksi juga dapat menyebabkan penularan
leptospirosis.
10. Disentri
Disentri
diambil dari bahasa Yunani yaitu dys yang artinya gangguan dan enteron yang
artinya usus. Jadi, disentri adalah penyakit radang atau gangguan pada usus. Disentri
menimbulkan gejala yang meluas serta dapat menyebabkan tinja bercampur dengan
darah, tinja bercampur lendir serta nyeri yang hebat saat buang air besar.
Disentri
merupakan penyakit pada saluran pencernaan, khususnya pada bagian ileum atau
usus penyerapan dan pada usus besar. Disentri disebabkan oleh adanya bakteri
Shygella disentri serta Shygella ciyake.
11. Gonorhea
Gonorrhea
atau gonorrhea atau disebut juga kencing nanah, merupakan penyakit menular
seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Bakteri ini
menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rectum, tenggorokan, serta
konjungtiva atau bagian putih pada mata.
Gambar 3.bakteri
penyebab gonorrhea
Gonorrhea dapat menyebar melalui
aliran darah ke bagian tubuh lainnya, khususnya bagian kulit serta persendian.
Pada wanita, gonorrhea menjalar ke saluran kelamin serta menginfeksi selaput
dalam pinggul sehingga menimbulkan nyeri pinggul serta gangguan pada system
reproduksi.
Bila tidak segera diobati, bakteri
penyebab gonorrhea akan menyebar ke jaringan yang lebih dalam dan akan
membentuk koloni di bagian mukosa, orofaring serta arogenital.
12. Kolera
Kolera merupakan penyakit menular
pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh adanya bakteri Vibrio cholerae.
Bakteri ini masuk ke dalam tubuh melalui air minum yang sudah terkontaminasi
karena system sanitasi yang tidak benar maupun setelah mengkonsumsi ikan maupun
kerang yang tidak dimasak dengan benar.
Ciri utama dari penyakit kolera
adalah dengan adanya buang air besar yang encer berwarna putih seperti air
cucian beras dengan bau yang amis.
Kolera dapat
menyebar sebagai penyakit yang endemik, epidemik, atau pandemik. Meskipun sudah
banyak penelitian bersekala besar dilakukan, namun kondisi penyakit ini tetap
menjadi suatu tantangan bagi dunia kedokteran modern. Bakteri Vibrio cholerae
berkembang biak dan menyebar melalui feaces (kotoran) manusia, bila kotoran
yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan sebagainya maka
orang lain yang terjadi kontak dengan air tersebut beresiko terkena penyakit
kolera itu juga.
Misalnya cuci
tangan yang tidak bersih lalu makan, mencuci sayuran atau makanan dengan air
yang mengandung bakteri kolera, makan ikan yang hidup di air terkontaminasi
bakteri kolera, Bahkan air tersebut (seperti disungai) dijadikan air minum oleh
orang lain yang bermukim disekitarnya.
13. Sifilis
Sifilis merupakan penyakit infeksi
menular seksual yang disebabkan oleh bakteri spiroset treponema pallidum. Cara
penularan penyakit ini adalah melalui kontak secara seksual serta ditularkan
dari ibu ke janin selama kehamilan maupun saat melahirkan.
Sifilis ditandai dengan adanya ruam
yang menyebar pada telapak tangan dan tumit serta ulserasi keras atau luka yang
tidak terasa sakit maupun gatal di kulit. Penyakit sifilis juga sering
dikatakan sebagai peniru ulung karena gejala yang muncul sering kali
berbeda-beda dan menyamai gejala penyakit lainnya.
Diagnosis baru bisa ditetapkan
setelah dilakukan tes darah. sifilis dapat diobati dengan antibiotic, khususnya
dengan suntikan penisilin G maupun ceftriakson.
14. Meningitis
Meningitis
merupakan peradangan pada membrane pelindung yang menyelubungi otak serta
sumsum tulang belakang yang secara kesatuan disebut meningen. Peradangan pada
meningen bisa disebabkan oleh virus, bakteri maupun organisme lain
Jenis bakteri
penyebab meningitis bakterial bervariasi sesuai kelompok usia individu yang
terinfeksi.
- Pada
bayi
prematur dan anak
baru lahir berusia hingga tiga bulan,
penyebab yang sering adalah streptokokus
grup B (subtipe III yang biasanya hidup
di vagina
dan terutama merupakan penyebab pada minggu pertama kehidupan) dan bakteri
yang biasanya hidup dalam saluran
pencernaan seperti Escherichia coli
(membawa antigen K1). Listeria
monocytogenes (serotipe IVb) dapat mengenai
bayi baru lahir dan menimbulkan epidemi.
- Pada
anak yang lebih besar seringkali disebabkan oleh Neisseria
meningitidis (meningokokus) dan Streptococcus
pneumoniae (serotipe 6, 9, 14, 18, dan 23)
dan untuk balita oleh Haemophilus
influenzae type B
(di negara-negara yang tidak memberikan vaksinasi).
- Pada
orang dewasa, Neisseria meningitidis dan Streptococcus
pneumoniae merupakan penyebab 80% kasus meningitis bakterial. Risiko
terinfeksi oleh Listeria monocytogenes meningkat pada orang yang
berusia di atas 50 tahun. Pemberian vaksin pneumokokus telah menurunkan
angka meningitis pneumokokus pada anak dan dewasa.
Trauma pada
tengkorak yang belum lama terjadi dapat menyebabkan masuknya bakteri dari
rongga hidung ke meningen. Demikian pula halnya dengan alat yang dipasang di
dalam otak dan meningen, seperti shunt serebral,
drain
ekstraventrikular atau reservoir Ommaya,
dapat meningkatkan risiko meningitis. Pada kasus ini, pasien lebih cenderung
terinfeksi oleh Stafilokokus,
Pseudomonas,
dan bakteri Gram negatif lainnya.
Patogen-patogen ini juga dikaitkan dengan meningitis pada pasien dengan gangguan
pada sistem kekebalan. Infeksi pada daerah kepala dan leher, seperti
otitis
media atau mastoiditis, dapat menyebabkan
meningitis pada sebagian kecil orang. Penerima implan koklea
untuk kehilangan pendengaran berisiko lebih tinggi untuk menderita meningitis
pneumokokus.
Meningitis
tuberkulosis, yaitu meningitis yang disebabkan oleh Mikobakterium
tuberkulosis, lebih sering dijumpai pada orang yang berasal dari
negara dengan tuberkulosis yang masih
endemik, tetapi juga dijumpai pada orang yang mempunyai gangguan kekebalan
tubuh, seperti AIDS.
Meningitis
bakterial rekuren dapat disebabkan oleh defek anatomi yang menetap, baik
bersifat kongenital
atau didapat, atau akibat kelainan sistem
kekebalan.[15]
Defek anatomi memungkinkan adanya hubungan antara lingkungan eksternal dengan sistem
saraf. Penyebab meningitis rekuren yang paling sering adalah fraktur tengkorak,[15]
khususnya fraktur yang mengenai dasar tengkorak atau meluas ke arah sinus
dan piramida petrosa.[15]
Sekitar 59% kasus meningitis rekuren disebabkan abnormalitas anatomi yang
demikian, 36% akibat defisiensi kekebalan (seperti defisiensi komplemen,
yang secara khusus cenderung menyebabkan berulangnya meningitis meningokokus),
dan 5% disebabkan oleh infeksi berkelanjutan di daerah yang berdekatan dengan
meningen.
1.4 TEKNIK BIAKAN MURNI
Isolasi
bakteri merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu
dari lingkungan sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Ada beberapa
cara yang dapat dilakukan yaitu dengan cara goresan (streak plate), cara tuang
(pour plate), cara sebar (spread plate), dan mikromanipulator ( Buckle,1998).
Untuk
memperoleh biakan murni dapat dilakukan pengenceran dengan menggunakan bahan
cair atau bahan padat. Pada mulanya digunakan gelatin sebagai bahan pemadat.
Gelatin terdiri dari protein sehingga dapat dicerna atau dicairkan oleh
mikroorganisme. Bahan pemadat yang kemudian ditemukan adalah agar. Agar dapat
mencair pada suhu 100°C,
sedangkan pada suhu 44°C
masih dalam bentuk cair. Suhu ini masih memungkinkan mikroorganisme dapat
tumbuh, sehingga prinsip ini dipakai untuk mengisolasi bakteri dengan agar
tuang. Isolasi mikroba adalah memisahkan mikroba satu dengan mikroba lain yang berasal
dari campuran berbagai mikroba.
A. Penanaman dan Isolasi (Teknik
Biakan Murni)
Pekerjaan
memindahkan mikroba dari medium yang lama ke medium yang baru harus dilaksanan
secara teliti. Terlebih dahulu diusahakan agar semua alat-alat yang sangkut
paut dengan medium dan pekerjaan inokulasi itu benar-benar steril. Hal ini
untuk menghadirkan kontaminasi, yakni masuknya mikroorganisme yang tidak
diinginkan. Beberapa langkah pada pekerjaan inokulasi dan isolasi mikroba
adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan Ruangan Ruang tempat inokulasi
harus bersih dan bebas angin. Dinding ruang yang basah menyebabkan butir-butir
debu menempel. Baik sekali bila meja tempat inokulasi didasari dengan kain
basah. Pekerjaan inokulasi dapat dilakukan di dalam suatu kotak berkaca
(ent-kas). Dilewatkan saringan yang disinari dengan sinar ultra-violet.
2.
Pemindahan dengan Kawat Inokulasi Ujung kawat inokulasi sebaiknya dari platina
atau dari nikrom; ujung kawat boleh lurus, boleh juga berupa kolongan yang
berdiameter 1-3 mm. Lebih dahulu ujung kawat ini dipijarkan, sedang sisanya
sampai tangkai cukup dilewatkan nyala api saja. Setelah dingin kembali, ujung
kawat itu disentuhkan suatu koloni. Mulut tabung tempat pemiaraan itu dipanasi
juga setelah sumbatnya diambil. Ujung kawat yang membawakan inokulum tersebut
digesekkan pada medium baru atau pada suatu kaca benda, kalau tujuannya memang
akan membuat suatu sediaan.
3.
Pemindahan dengan pipet Cara ini dilakukan pada penyelidikan air minum atau
penyelidikan air susu. Diambillah 1 ml contoh (sampel) untuk diencerkan dengan
99 ml air murni yang disterilkan. Dalam pengenceran ini tergantung dari keadaan
air atau susu yang diselidiki.
Kemudian diambil 1 ml dari enceran ini untuk dicampur-adukkan dengan medium
agar-agar yang masih dalam keadaan cair. Lalu agar-agar yang masih encer ini
dituangkan di cawan Petri. Setelah agar-agar membeku, disimpan dalam tempat
yang aman didalam inkubator
.
Penyimpanan cawan dilakukan secara terbalik, yakni permukaan medium menghadap
ke bawah; hal ini untuk menghindari tetesnya air yang mungkin melekat pada
dinding dalam tutup cawan. Dengan cara ini bekteri yag diinokulasikan tadi
dapat menyebar luas ke seluruh medium. Bakteri yang aerob maupun anaerob dapat
tumbuh di situ, dan banyaknya koloni dapat dihitung dengan mudah.
B. Teknik Biakan Murni (Cara
Menyendirikan Piaraan Murni)
Di
alam bebas tidak ada mikrobe yang hidup tersendiri terlepas dari spesies yang
lain. Medium untuk membiakkan mikrobe haruslah steril sebelum digunakkan.
Pencemaran (kontaminasi) dari luar terutama berasal dari udara yang mengandung
banyak mikroorganisme. Teknik biakan murni untuk suatu spesies dikenal dengan
beberapa cara yaitu:
1.
Cara Pengenceran
Caranya
adalah dengan mengencerkan suatu suspense yang berupa campuran bermacam-macam spesies
kemudian diencerkan dalam suatu tabung tersendiri. Dari pengenceran ini
kemudian diambil 1 ml untuk diencerkan lagi. Kalau perlu, dari enceran yang
kedua ini diambil 1 ml untuk diencerkan kembali. Langkah selanjutnya adalah
dari pengenceran yang ketiga di atas, diambil 0,1 ml untuk disebarkan pada
suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni
tumbuh dalam medium tersebut, teteapi mungkin juga kita memperoleh satu koloni
saja. Dan selanjutnya spesies ini dapat kita jadikan piaraan murni (biakan
murni).
2.
Cara Penunangan Isolasi
dengan menggunakan medium cair dengan cara
pengenceran. Prinsip melakukan pengenceran adalah menurunkan jumlah
mikroorganisme sehingga suatu saat hanya ditemukan satu sel dalam satu tabung.
Demikian juga dengan cara penuangan. Caranya adalah dengan mengambil sedikit
sampel campuran bakteri yang sudah diencerkan, dan sampel itu kemudian
disebarkan dalam susatu medium dari kaldu dan gelatin encer. Setelah medium
mengental, maka selang beberapa jam kemudian nampaklah koloni yang
masing-masing dapat diangggap murni. Dengan mengulang pekerjaan seperti di
atas, akhirnya akan diperoleh biakan murni yang lebih terjamin.
3.
Cara Penggesekkan/ Pengoresan
Cara
ini lebih menguntungkan bila ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, teteapi
memerlukan ketrampilan yang diperoleh dari latihan. Penggoresan yang sempurna
akan menghasilkan koloni yang terpisah. Tetapi klemahan cara ini adalah
bakteri- bakteri anaerob tidak dapat tumbuh. Bakteri yang mempunyai flagel seringkali
membentuk koloni yang menyebar terutama bila digunakan lempengan agar yang
basah. Untuk mencegah hal ini harus digunakan lempengan yang benar-benar
kering. Untuk medapatkan koloni yang terpisah sewaktu melakukan goresan harus
memperhatikan, antara lain:
·
Gunakan ose (sengkelit) yang telah
dingin untuk menggores permukaan lempengan agar. Sengkelit yang panas akan
mematikan mikroorganisme, sehingga tidak terjadi pertumbuhan pada bekas
goresan.
·
Sewaktu menggores, sengkelit dibiarkan
meluncur di atas permukaan lempengan. Agar yang luka akan mengganggu
pertumbuhan mikroorganisme, sehingga sulit diperoleh koloni yang terpisah.
·
Sengkelit harus dipijarkan setelah
menggores suatu daerah,hal ini dengan tujuan mematikan mikroorganisme yang
melekat pada mata ose dan mencegah pencemaran pada penggoresan berikutnya.
·
Mengunakan tutup cawan petri untuk
melindungi permukaan supaya terhindar dari pencemaran.
·
Membalikkkan lempengan agar untuk
mencegah air kondensasi jatuh diatas permukaan sehinga dapat terjadi penyebaran
koloni. Ada beberapa teknik penggesekkan, yakni:
a.
Goresan T - Lempengan dibagi menjadi 3 bagian dengan huruf T pada bagian luar
dasar cawan petri. - Inokulasikan daerah I sebanyak mungkin dengan gerakan
sinambung. - Panaskan ose dan biarkan dingin kembali. - Gores ulang daerah I
sebanyak 3-4 kali dan teruskan goresan di daerah II. - Pijarkan kembali ose dan
biarkan dingin kembali. - Prosedur di atas diulangi untuk daerah III.
b. Goresan Kuadran, teknik ini sama dengan
goresan T, hanya lempengan agar dibagi menjadi 4.
c.
Goresan Radian - Goresan dimulai dari bagian pinggir lempengan. - Pijarkan
sengkelit dan dinginkan kembali. - Putar lempengan agar 90 dan buat goresan
terputus dimulai dari bagian pinggir lempengan. - Putar lempengan agar 90 dan
buat goresan terputus di atas goresan sebelumnya. - Pijarkan ose.
d.
Goresan Sinambung, - Ambil satu mata ose suspense dan goreskan setengah
permukaan lempengan agar. - Jangan pijarkan ose, putar lempengan 180, gunakan
sisi mata ose yang sama dan gores pada sisa permukaan lempengan agar.
4.
. Cara Penyebaran Pengenceran sampel
sama seperti pada cara penuangan.
Dengan
memipet sebanyak 0,1 ml cairan dari botol pengenceran dan biarkan cairan
mengalir ke atas permukaan agar. Cairan smapel disebarkan dengan penyebar yang
terbuat dari gelas. Pada teknik ini sterilisasi penyebar dilakukan dengan
mencelupkan ke dalam alkohol dan kemudian dipanaskan sehingga alkohol terbakar
habis. Penyebar didinginkan dahulu sebelum digunakan untuk menyebarkan cairan
sampel pada permukaan agarPenyebaran cairan contoh (sampel) dilakukan dengan
memutar agar lempengan tersebut.
5.
Cara Pengucilan Satu Sel (single cell
isolation)
Cara ini dengan menggunakan suatu alat yang
dapat memungut satu bakteri dari sekian banyak bakteri, dengan tanpa ikutnya
bakteri yang lain. Alat itu berupa mikropipet yang ditempatkan pada suatu
micromanipulator. Dengan membuat beberapa tetesan bergantung pada suatu kaca
penutup dengan menggunakan mikropipet. Pekerjaan ini dilakukan di bawah kaca
obyektif mikroskop. Bila tampak suatu tetesan yang hanya mengandung satu
bakteri, maka dengan lain pipet, tetesan dipindakan ke suatu medium encer
dengan tujuan bakteri tersebut berbiak lebih dahulu. Dari biakan ini akan
diperoleh piaraan murni.
6.
Cara Inokulasi pada Hewan
Metode
ini didasarkan pada kenyataan bahwa tidak semua bakteri dapat tumbuh di dalam
tubuh seekor hewan. Misalnya kita ambil bahan pemeriksaan berupa dahak (sputum)
dari seseorang yang disangka menderita TBC. Bila dahak disuntikan ke dalam
tubuh tikus putih, maka saproba akan ikut serta, teteapi tidak dapat bertahan
hidup, sehingga kemudian hanya kita dapatkan kuman TBC saja. Bakteri yang
ketinggalan dalam tubuh tikus yang sakit atau mati itu akhirnya dapat
dipindahkan ke dalam medium yang sesuai. Inokulasi dilakukan di dalam kulit
(intracutaneous),di bawah kulit (subcutaneous), di dalam otot (intramuscular),
dan dapat juga pada rogga tubuh atau lain-lain tempat lagi.
C.
Isolasi
Mikroba Ada berbagai macam cara mengisolasi mikroba.
Isolasi
harus memperhatikan beberapa hal penting:
1.
Sifat spesies mikroba yang akan diisolasi.
2. Tempat hidup atau asal mikroba.
3. Medium untuk pertumbuhan yang sesuai.
4.
Cara menanam mikroba tersebut.
5.
Cara inkubasi mikroba .
6.
Cara menguji bahwa mikroba yang diisolasi telah berupa biakan murni dan sesuai
dengan yang dimaksud.
7. Cara memelihara agar mikroba yang telah
diisolasi teteap merupakan biakn murni.
D.Pengawetan Biakan Murni
Biakan
mikroba yang ditanam dalam medium buatan sering mengalami perubahan pada sifat-sifat
fisiologi aslinya. Misalnya, clostridium aceetobutylicium dapat kehilangan daya
fermentasi terhadap karbohidrat menjadi aseton butanol, dan beberapa mikroba
yang lain kehilangan sifat virulensinya. Biakan mikroba dapat diawetkan dalam
jangka waktu pendek dengan menggunakan agar miring serta disimpan dalam almari
es.Pengawetan dengan cara ini dapat bertahan sampai 3 bulan, tergantung
mikrobanya. Untuk pengawetan jangka panjang dapat menggunakan pembekuan -70C
atau dalam cairan nitrogen atau dengan liofilisas. Pemindahan biakan beberapa
kali sering diperlukan agar diperoleh daya hidup yang tinggi sebelum
penyimpana. CaCO3 ditamabakan ke dalam medium untuk menetralisasikan asam yang
terbentuk sewaktu pertumbuhan. Bahkan kimia ini berupaendapan putih sehingga
sebelum dimasukkan ke dalam tabung, medium harus dikocok terlebih dahulu. Ada
beberapa cara untuk mengawetkan biakkan murni agar dpat mempertahankan sifat-
sifat aslinya:
1. Liofilisasi (freeze drying) Pada cara ini
biakan mikroba ditanam dalam medium glukosa pepton dalam ampul-ampul.
Selanjutnya didinginkan dengan dry ice pada temperatur 0
°C, tekanan di dalam
ampul diatur sekurang-kurangnya 0,01 mmHg, lama pengeringan 12 - 24 jam.
Setelah pengeringan ujung ampul ditutup dengan pemijaran. Proses ini tidak
mematikan mikroba, sebab molekul-molekul air dalam protoplasma langsung diubah
menjadi uap air tanpa melalui fase cair (sublimasi); sehingga tidak
mengakibatkan denaturasi protein. Hasilnya adalah sel-sel mikroba yang
liofilik, berupa tepung dan sangat mudah menyerap air.
2. Pengeringan Perlahan Cara mengawetkan
mikroba dengan cara ini dengan melakukanhal-hal sebagai berikut: - Menutup
tabung biakan dengan kapas yang telah direndam dalam parafin. - Menutup tabung
biakan dengan kertas parafin, plastik, atau sumbat karet. - Menutup tabung
biakan dengan pemijaran seperti halnya menutup ampul. - Menutup permukaan
biakan dengan minyak parafin atau minyak mineral. Mula- mula mikroba ditanam
dalam medium agar miring dan diinkubasikan selama 24 - 48 jam. Kemudian secara
septik terendam dalam minyak parafin steril sehingga seluruh bagian medium
terendam dalam minyak parafin. Selanjutnya baikan diinkubasikan pada temperatur
kamar.
3.
Ditanam pada Medium Tanah Steril Pada cara ini mikroba ditumbuhkan dalam medium
tanah steril. Medium yang digunakan adalah tanah kebun disterilkan dengan otoklaf
(121°C,
20 menit) 3 kali berturut-turut selama 3 hari. Setelah diinokulasikan dengan
sejumlah inokulum cair, medium diinkubasikan
pada temperatur 5 – 6 °C
2.5 POSTULAT KOCH
Postulat Koch merupakan salah satu metode yang dapat
dilakukan untuk membuktikan penyebab suatu penyakit. Metode yang diperkenalkan
oleh Robert Koch(1884) ini memiliki empat syarat yang harus dipenuhi
untuk dapat membuktikan suatu patogen apakah benar-benar dapat menimbulkan
penyakit pada inangya atau tidak. Semua dari syarat tersebut harus terpenuhi
untuk dapat menentukan hubungan keterkaitan antara patogen
penyebab penyakitdan
inangnya. Sejarahnya Robert Koch menerpakan metode ini untuk menentukan tuberkulosis
dan etiologi antraks,
namun sekarang telah diujikan pada berbagai jenis penyakit.
Syarat yang diperlukan suatu organisme agar dapat
ditetapkan sebagai penyebab penyakit adalah sebagai berikut : Organisme
(patogen) harus ditemukan dalam tanaman yang sakit, tidak pada yang sehat. Lalu
organisme harus diisolasi dari tanaman sakit dan dibiakkan dalam kultur murni.
Kemudian organisme yang dikulturkan harus menimbulkan penyakit pada tanaman
yang sehat. Terakhir organisme tersebut harus diisolasi ulang dari tanaman yang
dicobakan tersebut dan harus menghasilkan biakan murni yang sama dengan biakan
pada isolasi pertama kali. Penerapan metode ini tidak bisa dilakukan patogen
yang bersifat parasit obligat, karena patogen tidak dapat dimurnikan dalam
media buatan.
Postulat Koch ialah 4 kriteria yang dirumuskan oleh
Robert Koch pada tahun 1884 dan diterbitkan pada tahun 1890. Menurut Koch, keempatnya harus dipenuhi untuk
menentukan hubungan sebab-akibat antara parasit
dan penyakit
(en.wikipedia.org).
Isi Postulat Koch antara lain:
1. Organisme (parasit) harus ditemukan dalam tanaman
yang sakit, tidak pada yang sehat
2. Organisme harus diisolasi dari tanaman sakit dan
dibiakkan dalam kultur murni
3. Organisme yang dikulturkan harus menimbulkan
penyakit pada tanaman yang sehat
4. Organisme tersebut harus diisolasi ulang dari
tanaman yang dicobakan tersebut
Postulat
Koch berkembang pada abad ke-19 sebagai panduan umum untuk mengidentifikasi
patogen yang dapat diisolasikan dengan teknik tertentu. Kini, beberapa penyebab
infektif diterima sebagai penyebab penyakit walaupun tidak memenuhi semua isi
postulat. Oleh karena itu, dalam penegakkan diagnosis mikrobiologis tidak
diperlukan pemenuhan keseluruhan postulat.
Teknik Postulat Koch meliputi empat tahapan, yaitu
asosiasi, isolasi, inokulasi, dan reisolasi. Asosiasi yaitu menemukan gejala
penyakit dengan tanda penyakit (pathogen) pada tanaman atau bagian tanaman yang
sakit. Isolasi yaitu membuat biakan murni pathogen pada media buatan (pemurnian
biakan). Inokulasi adalah menginfeksi
tanaman sehat dengan pathogen hasil isolasi dengan tujuan mendapatkan gejala
yang sama dengan tahap asosiasi. Reisolasi yaitu mengisolasi kembali patogen
hasil inokulasi untuk mendapatkan biakan patogen yang sama dengan tahap
isolasi.
2.6 PERKEMBANGAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT
Epidemik
adalah penyakit tertentu yang menyerang banyak daerah misalnya penyakit bubon
yang dikenal dengan penyakit hitam yang mematikan yang disebabkan oleh bakteri
terjadi di Eropa selama perioda 1347 – 1350. Sepertiga sampai setengah populasi
di Eropa meninggal karena penyakit tersebut. Hewan pengerat, terutama tikus,
berperan sebagai sumber bakteri bacillus dan ditransmisikan/ditularkan ke
manusia melalui lalat. Slama 1917 – 1919 malaria telah membunuh setengah juta
penduduk Amerika dan 21 manusia di seluruh dunia. Jumlah tersebut mencapai 3
kali jumlah manusia yang terbunuh selama perang dunia I. Jadi mikroba terbukti
lebih mematikan dibanding peluru. Dengan
pengetahuan bahwa mikroorganisma dapat merupakan penyebab penyakit ilmuwan
lebih memusatkan perhatiannya pada cara pencegahan dan perlakuannya.
bakteri
sangat membahayakan kesehatan manusia. Untuk itu,
diperlukan cara menanggulangi bahaya akibat bakteri. Untuk mengatasi berbagai
aktiļ¬ tas bakteri yang dapat merugikan, perlu di lakukan tindakan yang tepat.
Tindakah tersebut dapat berupa tindakan pencegahan (preventif) maupun tindakan
pengobatan. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi, sterilisasi,
dan pasteurisasi, dan pengawetan bahan makanan.
1. Vaksinasi
Vaksinasi adalah pencegahan penyakit
dengan pemberian vaksin, bakteri yang sudah dilemahkan, sehingga tubuh menerima
dapat terhadap bakteri penyebab penyakit tertentu. Beberapa contoh vaksin untuk
pencegahan penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah vaksin kolera untuk
mencegah penyakit kolera, vaksin tifus untuk mencegah penyakit tifus, vaksin
BCG (Bacile Calmette-Guerin) untuk mencegah penyakit TBC, vaksin DTP
(Dipteria-Tetanus-Pertusis vaccines) untuk mencegah penyakit difterie, pertusis
(batuk rejan), dan tetanus), dan vaksin TCD (Typus Chorela Disentry) untuk
mencegah penyakit typus, kholera, dan desentri.
2. Sterilisasi
Sterilisasi adalah pemusnahan bakteri misalnya dalam
pengawetan makanan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kondisi steril (suci hama),
metodenya disebut aseptis. Sterilisasi dapat dilakukan melalui pemanasan dengan
menggunakan udara panas atau uap air panas bertekanan tinggi. Sterilisasi
dengan udara panas menggunakan oven dengan temperatur 170 – 180 Derajat
celcius. Cara ini digunakan untuk mensterilisasikan peralatan di laboratorium .
Sterilisasi dengan uap air panas bertekanan tinggi dilakukan dengan
menggunakan alat yang disebut autoklaf, pada
temperatur 115 – 134 Derajat celcius. Autoklaf digunakan untuk sterilisasi
bahan dan peralatan. Sterilisasi pada umumnya digunakan pada industri makanan
atau minuman kaleng, penelitian bidang mikrobiologi, dan untuk memperoleh
biakan murni suatu jenis bakteri.
3. Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah pemanasan dengan suhu 63 – 72
derajat celsius selama 15 - 30 menit. Pasteurisasi dilakukan pada bahan makanan
yang tidak tahan pemanasan dalam suhu tinggi, misalnya susu. Sehingga untuk
mematikan bakteri patogen (Salmonella dan Mycobacterium) dari susu dilakukan
pasteurisasi. Dengan pasteurisasi, rasa dan aroma khas susu dapat
dipertahankan. Teknik sterilisasi dengan suhu rendah ini ditemukan oleh Louis
Pasteur (1822-1895), seorang ilmuwan Perancis. Selain dengan sterilisasi dan
pasteurisasi, pengawetan makanan juga bisa dilakukan secara tradisional. Kalian
mungkin pernah melihat proses pengasinan ikan, pemanisan buah-buahan,
pengasapan daging, atau pengeringan makanan.
2.7 PENEMUAN ANTISEPTIK
Secara umum septis berati efek toksis dari mikroorganisma
penyebab penyakit pada tubuh selama infeksi. Antiseptik; ukuran-ukuran yang
menghentikan efek tersebut dengan pencegahan infeksi. Oliver Weldell Holmes (1809 – 1894) seorang
dokter Ameraka pada tahun 1843 menekankan bahwa penyakit demam pada wanita
bersifat menular. Oleh karena itu ditularkan dari satu wanita lain melalui
tangan dikter.
Tahun 1846 seorang dokter dari Hungaria, Ignaz
Philipp Semmelweiz menemukan penggunaan klorin sebagai desinfektan bagi tangan
dokter. Pada tahun 1860 ahli bedah dari Inggris, Josept Lister menemukan asam
karbol atau phenol dapat digunakan untuk membunuh bakteri. Lister menggunakan
larutan ini untuk merendam alat-alat bedah dan menyemprot ruangan operasi. Cara
tersebut demikian sukses untuk mengatasi infeksi setelah operasi yang
sebelumnya menyebabkan kematian 45% dari pasiennya. Cara tersebut segera dapat
diterima dan dilakukan oleh ahli bedah yang lain. Penemuan tersebut merupakan
hari penemuan teknik aseptik untuk mencegah infeksi. Sekarang ini berbagai macam
senyawa kimia dan alat fisik lain dapt mengurangi mikroorganisma di ruang
operasi, ruangan untuk bayi prematur dan ruangan tempat memasukkan obat ke
dalam kontainer yang steril.
2.8 IMUNISASI
Tahun 1880, Pasteur menggunakan
teknik dari Konch untuk mengisolasi dan membiakkan bakteri yang menyebabkan
kolera pada ayam. Untuk membuktikan penemuannya, Pasteur membuat demonstrasi
dihadapan publik tentang percobaannya yang telah dilakukan berulang kali di
laboratorium. Dia menginjeksikan biakkan bakteri kolera pada ayam sehat dan
menunggunya sampai ayam tersebut menunjukkan gejala penyakit. Akan tetapi
hasilnya membuat Pasteur mendapat malu karena ayamnya tetap hidup dan sehat.
Pasteur kemudian mengevaluasi langkah-langkah yang menyebabkan demonstrasi
tersebut gagal. Dia menemukan bahwa secara kebetulan dia menggunakan biakan tua
seperti yang telah dilakukan sebelumnya, dan satu kelompok adalah ayam yang tidak pernah di inokulasi. Selanjutnya
kedua kelompok ayam tersebut diinjeksi dengan biakan segar. Hasilnya, kelompok
ayam yang kedua mati sedang kelompok ayam yang pertama tetap sehat. Pertama hal ini membuatnya bingung, tetapi
Pasteur segera menemukan jawabannya. Pasteur menemukan bahwa, bakteri jika
dibiarkan tumbuh menjadi biakan tua menjadi avirulen yaitu kehilangan
virulensinya atau kemampuan untuk menyebabkan penyakit. Tetapi bakteri avirulen
ini masih dapat menstimulasikan sesuatu dalam tubuh host dan pada infeksi
berikutnya manjadi imun atau tahan terhadap penyakit. Pasteur selanjutnya
menerapkan prinsip imunisasi untuk mencegah anthrax.
Pasteur menyebut bakteri yang telah
avirulen tersebut engan vaccin dari bahasa latin vaccayang artinya sapi dan
imunisasi dengan biakan tersebut dikenal dengan vaksinasi. Dengan vaksinasi tersebut Pasteur mengenali atau
mengetahui hasil kerja sebelumnya yang dilakukan oleh Edward Jenner (1749 –
1823) yang telah sukses memfaksinasikan para pekerjanya di peternakan yang
telah terkena copox dari ternak sapinya tetapi
tidak pernah berkembang menjadi serius. Jenner menduga bahwa karena
terbiasa menghadapi cowpox akan mencegahnya dari serangan smallpox. Untuk
membuktikan hipotesisnya ini Jener menginokulasi James Phipps pertama dengan
materi yang menyebabkan cowpox yang diambil dari luka, kemudian dengan agen
smallpox. Anak laki-laki tersebut tidak menunjukkan gejala smallpox.
Nama Pasteur selanjutnya dikenal
dimana-mana dan oleh banyak orang dianggap sebagai peneliti tentang
mikroorganisma yang ajaib. Untuk itu ia diminta membuat vaccin pencegah
hidrofobia atau rabies, penyakit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan
anjing, kucing, atau binatang yang terinfeksi lainnya. Pasteur adalah seorang
ahli kimia, bukan dokter dan Pasteur tidak biasa memperlakukan manusia.
Disamping kenyataan bahwa penyebab penyakit rabies adalah belum diketahui,
tetapi Pasteur mempunyai keyakinan yang kuat bahwa itu adalah mikroorganisma.
Ia dapat membuat kelinci terkena penyakit setelah
diinokulasi dengan saliva anjing.
Selanjutnya Pasteur dan asistennya mengambil otak dan tulang belakang kelinci
tersebut dan mengeingkannya dan membuatnya menjadi larutan. Anjing yang
diinokulasi dengan campuran tersebut dapat terhindar dari rabies. Akan tetapi
vaksinasi terhadap anjing sangat berbeda dengan manusia. Pada bulan Juli 1885,
seorang anak laki-laki bernama Joseph Meister digigit oleh serigala dan
keluarganya membujuk Pasteur untuk menginokulasi anak tersebut. Kekawatiran
Pasteur dan orang-orang menjadi berkurang setelah anak laki-laki tersebut tidak
mati. Selanjutnya Pasteur menjadi terkenal dan memperoleh banyak dana yang
kemudian digunakan untuk mendirikan Institute Pasteur di Paris yang sangat
terkenal.
2.9 CHEMOTERAPI
Chemoterapi telah dilakukan selama ratusan tahun.
Misalnya; merkuri telah digunakan untuk mengobati syilis pada tahun 1495 dan
kulit kayu pohon kina (cinchona) digunakan untuk mengobati malaria. Orang tahu
bahwa tumbuhan berperan sebagai sumber bahan untuk chemoterapi. Paul Erlich meulai chemoterapi modern dengan
membuat ‘magig bullet’ senyawa kimia yang dapat membunuh mikroba spesifik
penyebab sifilis tanpa membahayakan orangnya. Ia menyebut camouran tadai dengan
‘salvarsan’ yang terbukti sangat efektif membasmi bakteri penyebab sifilis.
Untuk penemuan tersebut Ia mendapat
Nobel tahun 1908. Alexander Fleming (1881 – 1955) menemukan penicilin, senyawa
kimia yang dihasilkan mikroorganisma jamur Peniceliium notatum. Fleming menduga bahwa jamur tersebut menghasilkan
sesuatu yang menghambat pertumbuhan bakteri. Tulisannya mengenai hal tersebut
tidak mendapat perhatian sampai 10 tahun kemudian saat peneliti dari
Universitas Oxford mencoba menemukan senyawa antibakteri yang berasal dari
mikroorganisma. Sebagian dari riset ini untuk mengobati korban perang dunia
kedua dan penyakit ternak. Peneliti yang dipimpin oleh Howard W.Florey dan
Ernst Chain melakukan pengobatan dengan penicilin yang hasilnya sangat
memuaskan. Penicilin selanjutnya dianggap sebagai ‘miracle drug’.
Dan bertiga, Florey, Chain dan Fleming mendapat Nobel untuk penemuan tersebut.
Cara Kerja Kemoterapi
Terdapat tiga fungsi berbeda dalam
kemoterapi, dimana kemampuannya untuk berfungsi cenderung berbeda pada setiap
pasien tergantung dari tingkat dan beratnya kanker.
Kemo, seperti pada umumnya
dikenal, diharapkan dapat:
·
Menyembuhkan kanker – Kemoterapi dapat menghancurkan sel kanker secara lengkap hingga
tidak dapat lagi terlihat. Prosedur kemoterapi dikatakan berhasil menyembuhkan
penyakit jika sel kanker tidak dapat tumbuh lagi.
·
Merawat kanker – Kemo dapat menghambat penyebaran lebih jauh dari sel kanker
dengan cara mengecilkan pertumbuhannya. Bagaimanapun, pada beberapa kasus,
tindakan ini hanya bekerja selama pasien tersebut melakukannya secara berkelanjutan.
Saat perawatan berhenti, sel-sel kanker dapat tumbuh lagi.
·
Meringankan gejala
kanker – Kemo dapat digunakan secara khusus
untuk menargetkan tumor tertentu yang menyebabkan tekanan atau nyeri pada
bagian tubuh yang terkena.
·
Meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi
Kemo juga dapat digunakan pada
berbagai tipe lain dari pengobatan kanker, seperti pembedahan, terapi biologis,
terapi radiasi. Berikut adalah peran khusus kemoterapi ketika digunakan pada
pilihan terapi kombinasi:
·
Kemoterapi Neo-ajuvan – Kemo dapat digunakan untuk mengecilkan sebuah tumor sebelum
dilakukan bedah pengangkatan.
·
Kemoterapi ajuvan – Hal ini berarti bahwa kemoterapi hanya digunakan sebagai terapi
lanjutan baik untuk menghancurkan sel-sel kanker yang tersisa setelah bedah pengangkatan
atau terapi radiasi.
Efek Samping
Kemoterapi diketahui dapat
menyebabkan beberapa efek samping seperti :
- Mual
- Muntah
- Kelelahan
- Hilangnya
rambut
- Kekurangan
sel darah merah (Anemia)
- Memar
- Pendarahan
- Hilangnya
nafsu makan
- Gangguan
tidur
- Sembelit
atau konstipasi (sulit buang air besar/BAB)
- Depresi
Untuk mengurangi efek samping,
kebanyakan dokter memberikan kemo berdasarkan sebuah siklus yang terus
dipertahankan selama periode terapi. Siklus ini sering melibatkan satu periode
berkelanjutan dari terapi diikuti oleh satu periode khusus istirahat. Tiap
siklus biasanya berlangsung satu bulan atau empat bulan; berdasarkan faktor
tertentu, seorang pasien dapat menerima satu minggu terapi diikuti oleh tiga
minggu istirahat atau sebaliknya. Periode istirahat ini membantu mencegah efek
samping karena dapat memberikan tubuh pasien cukup waktu memproduksi sel-sel
sehat untuk menggantikan sel yang telah terkena dampak.
Kemoterapi tersedia baik di rumah
maupun di rumah sakit. Kemoterapi dapat juga dilakukan secara rawat jalan baik
di kantor dokter atau di unit rawat jalan rumah sakit. Terlepas dari dimana
Anda menentukan untuk menerima perawatan, prosesnya adalah sama. Dokter utama
Anda akan memberikan obat kemoterapi secara teratur dan memantau mengenai efek
samping, perbaikan, atau perubahan lain pada keadaan penyakit. Bila perlu,
dokter Anda akan membuat suatu perubahan pada obat yang digunakan selama
terapi.
Gabungan khusus obat kemoterapi
yang digunakan berbeda-beda tergantung dari:
- Tipe
kanker atau lokasinya
- Riwayat
kesehatan atau riwayat kanker dan pengobatan sebelumnya
- Masalah
kesehatan lain yang tidak berhubungan dengan kanker
Demikian halnya, jadwal pemberian
obat bervariasi tiap pasien. Hal ini juga bergantung pada faktor-faktor
berikut:
- Tipe
atau lokasi kanker
- Tingkat
beratnya penyakit atau stadium yang dialami
- Hasil
yang diharapkan dari kemoterapi
- Reaksi
fisik setiap pasien terhadap pengobatan
Pemberian Kemoterapi Kemoterapi
dapat diberikan oleh tenaga kesehatan ahli melalui:
- Suntikan
- Melalui
pembuluh darah arteri atau IA (intra-arteri)
- Melalui
rongga perut atau IP (intra-peritoneal)
- Melalui
pembuluh darah vena atau IV (intra-vena)
- Pemberian
obat oles (topikal)
- Pemberian
dengan diminum (oral)
BAB III
PENUTUP
3.1 .Kesimpulan
1.
Mikroba didefenisikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang organisme mikroskopis. Mikrobiologi berasal dari bahasa
Yunani, mikros=kecil, bios=hidup dan logos=ilmu
2.
Teori Penemuan Mikroba dibedakan menjadi
3 yaitu: Leeuwenhoek dan mikroskopnya, Pembuktian ketidakbenaran dari
Abiogenesis, Bukti teori biogenesis
3.
Fermentasi merupakan suatu cara untuk
mengubah substrat menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan
bantuan mikroba.
4.
Fermentasi secara umum dibagi menjadi 2
model utama yaitu fermentasi media cair
(liquid state fermentation, LSF) dan fermentasi media
padat (solid state fermentation, SSF).
5.
Manusia pertama yang Mengemukakan
Penyakit akibat bakteri ditemukan pertama kali olrh Pasteur dan asistennya yang
mengemukakan teori baru mengenai penyebab penyakit, ,kemudian Girolamo
Fracastolo (1483 – 1553) mengatakan bahwa penyakit dapat disebabkan oleh
mikroorganisma yang terlalu kecil untuk dapat dilihat yang ditularkan dari 1
orang ke orang lain,dan Di Jerman,
Robert Koch (1843 – 1910) seorang profesional di bidang kesehatan juga
mengemukakan penyebab penyakit akibat bakteri pada 1876, setelah meneliti selama 6 tahun Koch
mengumumkan bahwa dia telah menemukan bakteri penyebab anthrax.
6.
Menurut Buckle,Teknk biakan murni
merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari
lingkungan sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan yaitu dengan cara goresan (streak plate), cara tuang (pour
plate), cara sebar (spread plate), dan mikromanipulator
7.
Postulat Koch merupakan salah satu
metode yang dapat dilakukan untuk membuktikan penyebab suatu penyakit. Metode
yang diperkenalkan oleh Robert Koch(1884)
ini memiliki empat syarat yang harus dipenuhi untuk dapat membuktikan suatu
patogen apakah benar-benar dapat menimbulkan penyakit pada inangya atau tidak
8.
Terdapat 4 Isi Postulat Koch antara
lain,yaitu:Organisme (parasit) harus ditemukan dalam tanaman yang sakit, tidak
pada yang sehat,Organisme harus diisolasi dari tanaman sakit dan dibiakkan
dalam kultur murni,Organisme yang dikulturkan harus menimbulkan penyakit pada
tanaman yang sehat,Organisme tersebut harus diisolasi ulang dari tanaman yang
dicobakan tersebut
9.
bakteri sangat membahayakan kesehatan
manusia. Untuk itu, diperlukan cara menanggulangi bahaya akibat bakteri. Untuk
mengatasi berbagai aktiļ¬ tas bakteri yang dapat merugikan, perlu di lakukan
tindakan yang tepat. Tindakah tersebut dapat berupa tindakan pencegahan
(preventif) maupun tindakan pengobatan. Tindakan pencegahan dapat dilakukan
dengan vaksinasi, sterilisasi, dan pasteurisasi, dan pengawetan bahan makanan.
10.
Tahun 1846 seorang dokter dari Hungaria,
Ignaz Philipp Semmelweiz menemukan penggunaan klorin sebagai desinfektan bagi
tangan dokter. Pada tahun 1860 ahli bedah dari Inggris, Josept Lister menemukan
asam karbol atau phenol dapat digunakan untuk membunuh bakteri. Lister
menggunakan larutan ini untuk merendam alat-alat bedah dan menyemprot ruangan
operasi. Cara tersebut demikian sukses untuk mengatasi infeksi setelah operasi
yang sebelumnya menyebabkan kematian 45% dari pasiennya
11.
Pasteur adalah manusia pertama yang
menemukan tentang Imunisasi,Imunisasi adalah program pencegahan penyakit
menular yang diterapkan dengan memberikan vaksin sehingga orang tersbut imun
atau resisten terhadap penyakit tersebut.
12.
Chemotherapy adalah penggunaan zat kimia
untuk perawatan penyakit. Dalam penggunaan modernnya, istilah ini hampir
merujuk secara eksklusif kepada obat sitostatik yang digunakan untuk merawat
kanker.
3.2
SARAN
Sebagai
Tenaga Teknik Laboratorium Medik dan
sebagai seorang ahli kesehatan , kita harus paham mengenai Perkembangan dan sejarah didalam bidang kesehatan guna
menunjang keahlian dalam perkerjaan di bidang kesehatan,selain itu saya mendapatkan
pengalaman yang sangat berharga dalam pembuatan makalah ini mengenai sejarah
penemuan mikroba dan apa yang telah dibahas dalam makalah ini.saya menyarankan
kepada semua pembaca untuk Terus menggali pemahaman tentang kesehatan Karena kita dapat mengetahui bahaya dan bakteri dan
berbagai yang kita dapat juga mencegahnya
Jadi
manfaatkan apa yang seharusnya jadi tempat suatu manfaat tesebut
DAFTAR PUSTAKA
·
Niven, N. (2012). Psikologi kesehatan.
Edisi kedua. Jakarta: EGC.
·
Otto, S. E. (2005). Buku saku keperawatan onkologi.
Alih bahasa oleh Jane
·
Freyana Budi. Jakarta: EGC.
·
Ali,
2009. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Badan Penerbit Universitas Negeri Makasar,
Makasar.
·
Biabiana,
2010. Analisis Mikrobia di Laboratorium. PT Raya Grafindo Persada.
Jakarta.
·
Balley,
2007. Diagnosal Mikrobiologi. Houston Elserver. New York.
·
Bukle,
K. A., 2008. Ilmu Pangan. UI Press. Jakarta
·
Campbell,
A., 2009. Biologi.Erlangga. Jakarta
·
https://www.docdoc.com/id/info/procedure/kemoterapi
·
http://www.alodokter.com/imunisasi
·
http://restugilang08.student.ipb.ac.id/2010/06/21/postulat-koch/