PAPER
KOMUNIKASI
Dosen
Pengampu: Siti Aminah,S.Pd,M.Kes.
Disusun
oleh :
Deby
Rizkika Putri
1
6 1 3 3 5 3 0 13
POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG
PRODI DIV ANALIS KESEHATAN
TAHUN 2019/2020
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Komunikasi
merupakan penyampaian informasi yang berisi ide, perasaan, perhatian, makna,
serta pikiran yang diberikan oleh pengirim kepada penerima melalui media
komunikasi dengan harapan si penerima pesan menggunakan informasi
tersebut untuk mengubah sikap dan perilakunya. Bentuk komunikasi terdiri dari
komunikasi verbal dan nonverbal. Dalam berkomunikasi juga terdapat berbagai
hambatan yang berasal dari pengirim, penerima dan lingkungan sekitar maupun
dari pesan itu sendiri. Komunikasi terdiri dari komunikasi intrapersonal,
komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi,
komunikasi massa, dan komunikasi intercultural. Contoh penerapan komunikasi
interpersonal yaitu penyampaian berita buruk kepada pasien, komunikasi dengan
pasien depresi, agresif, pasif, maupun geriatri yang harus sangat memperhatikan
teknik-teknik dalam berkomunikasi supaya komunikasi tetap efektif.
Dunia kesehatan memang
merupakan sebuah profesi yang menuntut interaksi dan komunikasi yang tinggi di
antara sivitasnya. Oleh karena itu, pengetahuan dan pemahaman tentang
komunikasi itu sendiri dan prinsip – prinsip yang terdapat di dalamnya
sangatlah diperlukan. Ilmu komunikasi sendiri adalah ilmu yang harus dipahami
esensinya, dan terus menerus dilatih sehingga dapat mencapai hasil yang
diinginkan. Dengan memaparkan satu persatu unsur – unsur yang ada dalam
komunikasi, pelaku komunikasi dapat melihat dengan lebih jelas lagi hal – hal
yang perlu diterapkan dan tidak perlu diterapkan saat berkomunikasi dengan
orang lain, oleh karena itu, penulis membuat makalah ini agar pihak – pihak
yang membacanya dapat mendapatkan manfaat.
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi tiga masalah
komunikasi di dalam tim pemeriksa sebagai berikut:
1. Konteks
Komunikasi
2. Komunikasi
Kesehatan
3. Peranan
Komunikator dalam komunikasi kesehatan
4. Mengelola
pesan dalam komunikasi kesehatan
PEMBAHASAN
1. Konteks
Komunikasi
Komunikasi tidak berlangsung
dalam ruang hampa-sosial, melainkan dalam konteks atau situasi tertentu. Secara
luas konteks di sini berarti semua faktor di luar orang-orang yang
berkomunikasi, yang terdiri dari :
·
Aspek bersifat Fisik (iklim,
cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk, jumlah
peserta komunikasi, dan alat yang tersedia untuk menyampaikan pesan)
·
Aspek Psikologis (sikap,
kecenderungan, prasangka, dan emosi para peserta komunikasi)
·
Aspek Sosial (norma kelompok,
nilai sosial, karakteristik budaya)
·
Aspek Waktu (kapan
berkomunikasi)
·
Banyak pakar
komunikasi mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya. Sebagaimana
juga definisi komunikasi konteks komunikasi ini diuraikan secara berlainan.
Istilah-istilah lain juga digunakan untuk merujuk kepada konteks ini. Selain
istilah konteks (context) yang lazim, juga digunakan istilah tingkat (level),
bentuk (type), situasi (situation), keadaan (setting), arena, jenis (kind),
cara (mode), dan pertemuan (encounter).
Indikator paling
umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya atau
tingkatannya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Maka
dikenalah: komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antar
pribadi, komunikasi kelompok (kecil), komunikasi public, komunikasi organisasi
dan komunikasi massa. Salah satu pendekatan untuk membedakan konteks-konteks
komunikasi adalah pendekatan situasional (situational approach) yang
dikemukakan G.R. Miller. Kategori-kategori yang digunakan dengan pendekatan situasional untuk
membedakan jenis-jenis komunikasi
Jumlah komunikator
otomatis mempengaruhi dimensi-dimensi lain transaksi komuniaksi . ketika
melihat acara bincang-bincang yang kerap kita saksikan di layar televise, kita
menyaksikan dua tingkat komunikasi; komunikasi antar pribadi dan komunikasi
massa.
Komunikasi masssa
melibatkan banyak komunikator, berlangsung melalui system bermedia dengan jarak fisik yang rendah (artinya jauh),
memungkinkan penggunaan satu atau dua saluran indrawi (penglihatan,
pendengaran), dan biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera. Sebaliknya,
komunikator yang relatif kecil, berlangsung dengan jarak fisik yang dekat,
bertatap muka, memungkinkan jumlah maksimum saluran indrawi, dan memungkinkan
umpan balik segera. Komunikasi kelompok kecil, publik dan organisasi berada di
antara kedua kategori komunikasi tersebut menyangkut keempat karakteristiknya;
misalnya komunikasi organisasi lazimnya melibatkan lebih banyak komunikator
daripada komunikasi public namun lebih sedikit komunikator daripada komunikasi
massa.
Konteks-konteks tersebut antara
lain :
A.
Komunikasi Intrapribadi
Komunikasi
intrapribadi (intrapersonal Communication) adalah komunikasi dengan
diri-sendiri, baik disadari atau tidak. Contohnya berfikir. Komunikasi ini
merupakan landasan komunikasi antarpribadi dan komunikasi dalam konteks-konteks
lainya, meskipun dalam disiplin komunikasi tidak dibahas secara rinci dan
tuntas. Dengan kata lain, komunikasi antarpribadi ini inheren dalam komunikasi
dua-orang, tiga-orang, dan seterusnya, karena sebelum berkomunikasi dengan
orang lain biasanya berkomunikasi dengan diri sendiri mempresepsi dan
memastikan makna pesan orang lain0, hanya saja caranya sering tidak disadari.
Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan
komunikasi kita dengan diri sendiri.
B.
Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi
antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antar orang-orang
secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang
lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal. Bentuk khusus dari
komunikasi antar pribadi ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication)
yang melibatkan hanya dua orang, seperti suami-istri, dua sejawat, dua sahabat
dekat, guru murid, dan sebagainya. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah:
pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak dekat; pihak-pihak yang
berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik
secara verbal maupun nonverbal. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab
para peserta komunikasi. Kedekatan
hubungan pihak-pihak yang berkomunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan
atau respons nonverbal mereka, seperti sentuha, tatapan mata yang ekspresif,
dan jarak fisik yang sangat dekat. Meskipun setiap orang dalam komunikasi
antarpribadi bisa saja didominasi oleh suatu pihak.
Kita biasanya
menganggap pendengaran dan penglihatan sebagai indra primer, padahal sentuhan
dan penciuman juga sama pentingnya dalam menyampaikan pesan-pesan yang bersifat
intim. Jelas sekali, bahwa komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk
mempengaruhi atau mebujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat
indra tadi untuk memperttinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan
kepadanya. Sebagai komuniksi yang paling lengkap dan paling sempurna,
komunikasi antar pribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih
mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa
lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat mediua massa
seperti surat kabar dan televise atau lewat teknologi komunikasi tercanggih
sekalipun seperti telepon genggam, E-mail, atau telekonferensi, yang membuat
manusia merasa terasing.
C.
Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah
sekulpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama
lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang
mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Komunikasi kelompok dengan
sendirinya melibatkan juga komunikasi antarpribadi, karena itu kebanyakan teori
komunikasi antar pribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
D.
Komunikasi Publik
Komunikasi publik
(public communicatin) adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan
sejumlah besar orang (khalayak), yang tidak bisa dikenali satu persatu.
Komunikasi demikian sering juga disebut sebagai pidato, ceramah, atau kuliah (umum).
Beberapa pakar komunikasi menggunakan istilah komunikasi kelompok-besar
(large-group communication).
Ciri-ciri
komunikasi public adalah: terjadi di tempat umum (public), misalnya di
auditorium, kelas, tempat ibadah (masjid, gereja) atau tempat lainya yang
dihadiri sejumlah besar orang; merupakan peristiwa social yang biasanya telah
direncanakan alih-alih peristiwa relative informal yang tidak terstruktur;
terdapat agenda; beberapa orang ditunjuk untuk menjalankan fungsi-fungsi
khusus, seperti memperkenalkan pembicara, dan sebagainya; acara-acara lain
mungkin direncanakan sebelum dan/atau sesudah ceramah disampaikan pembicara.
Komunikasi public sering bertujuan memberikan penerangan, menghibur, memberikan
penghormatan, atau membujuk.
E.
Komunikasi Organisasi
Komunikasi
organissasi (organization communication) terjadi dalam suatu organisasi,
bersifat formal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada
komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi seringkali melibatkan juga
komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, dan adakalanya juga komunikasi
public. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni
komunikasi kebawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal, sedangkan
komunikasi informal tidak bergantung pada struktur organisasi, seperti
komunikasi antar sejawat, juga termasuk gossip.
F.
Komunikasi Massa
Komunikasi massa
(mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak
(surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televise), yang dikelola oleh
suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah
besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonym, dan heterogen.
Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas
(khususnya media elektronik). Komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok dan
komunikasi organisasi berlangsung juga dalam proses untuk mempersiapkan pesan
yang disampaikan media massa ini.
G.
Konteks-konteks Komunikasi lainnya
Konteks-konteks
komunikasi lain dapat dirancang berdasarkan criteria tertentu, misalnya
berdasarkan derajat keterlibatan teknologi dalam komunikasi. Mary B. Cassata
dan Molefi K. Asante. Membandingkan tiga cara (mode) komunikasi antara
komunikasi antarpribadi, komunikasi medio, dan komunikasi massa.
Menurut Blake dan
Haroldsen, telepon dapat diklasifikasikan sebagai komunikasi medio (‘medio”
dari bahasa latin yang berarti “pertengahan”) yang terletak di antara
komunikasi tatap muka dan komunikasi massa, yang ditandai dengan penggunaan teknologi
dan berlangsung dalam kondisi khusus dan melibatkan peserta yang dapat di identifikasi. Jadi penerima pesannya
relative sedikit dan diketahui oleh komunikator. Selain itu, pesannya juga
tidak bersifat umum. Contoh komunikasi medio, selain telepon, adalah komunikasi
lewat faksimil, radio CB, televise sirkuit, dan surat elektronik (E-mail).
Onong Uchjana Effendy memasukan surat, telepon, pamphlet, poster, spanduk, dan
lain-lain kedalam komun ikasi medio ini.
konteks komunikasi dapat diklasifikasikan
berdasarkan bidang, kejuruan atau kekhususan, sehingga menjadi: komunikasi
politik, komunikasi kesehatan, komunikasi pertanian, komunikasi bisnis,
komunikasi instruksional, komunikasi pembangunan, komunikasi antar budaya,
komunikasi internasional, dan bahkan komunikasi antar galaksi. Bidang
komunikasi yang disebut terakhir memang belum masuk kedalam disiplin ilmu
komunikasi, namun boleh jadi kita akan melakukan komunikasi tersebut dengan
mahluk-mahluk luar angkasa kelak, seperti yang dilukiskan dalam film-film fiksi
alamiah
2.
Komunikasi
Kesehatan
Komunikasi
kesehatan meliputi penelitian dan penggunaan strategi komunikasi untuk
menginformasikan dan mempengaruhi pengetahuan, sikap dan praktik individu dan
masyarakat terkait kesehatan dan perawatan kesehatan. Melalui kampanye kampanye
pendidikan publik yang berusaha mengubah iklim sosial untuk mendorong perilaku
sehat, menciptakan kesadaran, mengubah sikap, dan memotivasi individu untuk
mengadopsi perilaku yang direkomendasikan. Kampanye engandalkan komunikasi massa
(pengumuman layanan masyarakat di papan reklame, radio, dan televisi) dan pesan
edukasi dalam materi cetak (seperti pamflet) untuk menyampaikan pesan
kesehatan.
Menurut Healthy People 2010 dalam Liliweri (2009),
komunikasi kesehatan yaitu seni menginformasikan, mempengaruhi dan memotivasi
individu, institusi, serta masyarakat tentang isu-isu penting di bidang
kesehatan dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan individu dalam
masyarakat. Sedangkan menurut Cline, R. dalam Liliweri (2009), komunikasi
kesehatan merupakan sebuah bidang teori, riset dan praktek yang berkaitan
dengan pemahaman dan saling ketergantungan mempengaruhi komunikasi (interaksi
simbolik dalam bentuk pesan dan makna) dan kepercayaan kesehatan terkait,
perilaku dan hasil. Komunikasi kesehatan menurut Notoatmodjo (2007), merupakan
usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan 8
masyarakat dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik
menggunakan komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa. Ratzan dalam
Liliweri (2009) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan komunikasi kesehatan
ialah proses kemitraan anara partisipan berdasarkan dialog dua arah yang di
dalamnya ada suasana interaktif, ada pertukaran gagasan, ada kesepakatan mengenai
kesatuan gagasan mengenai kesehatan, juga merupakan teknik dari pengirim dan
penerima untuk memperoleh informasi mengenai kesehatan yang seimbang demi
membaharui pemahaman bersama
A.
Komponen
Komunikasi Kesehatan
Komponen komunikasi
kesehatan tak berbeda halnya dengan komponen komunikasi pada umumnya.
Komunikasi tidak hanya sebatas penyampaian pesan saja, adanya umpan balik
(feedback) atau respon dari penerima pesan menandakan bahwa komunikasi dapat
terjadi hanya jika memenuhi komponen-komponen tertentu. Komunikasi juga
merupakan suatu proses yang tidak akan berjalan baik tentunya jika tidak
memenuhi komponen-komponen tersebut. Menurut Lasswel, komponen komunikasi
ialah:
1.
Komunikator
Dalam komunikasi
kesehatan, komunikator adalah orang atau lembaga kesehatan yang menyampaikan
pesan. Misalnya berisikan himbauan untuk melakukan program KB. 9
2.
Komunikan
Dalam komunikasi kesehatan
istilah komunikan ialah sebagai orang yang
menerima pesan. Komunikan bisa berupa masyarakat yang diberikan sosialisasi
dari pihak lembaga kesehatan.
3.
Pesan
Dalam komunikasi kesehatan
pesan adalah pernyataan yang didukung
oleh lambang yang mempunyai arti, contohnya slogan tentang hindari HIV/AIDS.
4.
Media
Media dalam komunikasi kesehatan ialah
sebagai sarana atau saluran yang mendukung proses penyampaian pesan. Media
dalam komunikasi kesehatan adadua yakni media (saluran) interpersonal dan
kelompok. Media bisa berupa cetak maupun elektronik yang biasa dilakukan dengan
kegiatan penyuluhan.
5.
Efek
Efek pada komunikasi kesehatan
yakni dampak atau akibat yang
ditimbulkan oleh pesan. Efek atau dampak ialah ketercapaian kita dalam
penyampaian pesan.
B.
Tujuan
Komunikasi Kesehatan
Tujuan utama dari komunikasi kesehatan ini
adalah untuk perubahan prilaku kesehatan pada sasaran kearah yang lebih
kondusif sehingga dimungkinkan terjadinya peningkatan status kesehatan sebagai
dampak (impact) dari program komunikasi kesehatan.
C.
Manfaat
komunikasi kesehatan
Manfaat mempelajari ilmu komunikasi
kesehatan menurut Alo Liliweri. (2009 : 56-69) adalah:
1. Memahami interaksi antara kesehatan dengan
perilaku individu.
2. Meningkatkan kesadaran kita tentang
isu kesehatan.
3. Melakukan strategi intervensi pada
tingkat komunitas.
4. Menghadapi disparitas pemeliharaan
kesehatan antar etnik atau ras dalam suatu masyarakat.
5. Menampilkan ilustrasi ketrampilan,
menggambarkan berbagai jenis keterampilan untuk memelihara kesehatan,
pencegahan, advokasi atau sistem layanan kesehatan kepada masyarakat.
6. Menjawab permintaan terhadap layanan
kesehatan (mengetahui dan melakukan analisis kebutuhan).
7. Memperkuat infrastruktur kesehatan
masyarakat di masa yang akan datang bagi hasil yang memuaskan masyarakat umum.
8. Membarui peranan para profesional di
bidang kesehatan, misalnya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para
petugas medis, memperkuat infrastruktur kesehatan, membangun kemitraan,
mengembangkan akuntabilitas, dan mengembangkan pembuktian atas layanan.
3.
Peranan
Komunikator dalam komunikasi kesehatan
Komunikator adalah
sumber, pengirim, atau pihak yang mengambil prakarsa untuk berkomunikasi dengan
pihak lain,Komunikator yang menetapkan peranan dari seluruh unsur proses
komunikasi ,Komunikator harus mampu mengembangkan diri sebagai penyebar pesan,
memanipulasi pesan, memilih media, menganalisis audiens agar pesan-pesan dapat
mempengaruhi warga masyarakat
.
Persuasif dapat terjadi karena hubungan antara komunikator dengan
komunikan, dalam artian bahwa persuasi dapat terjadi hanya karena adanya
kerjasama antara sumber dengan penerima pesan. Namun kerjasama tersebut dapa
terjadi jika diprakarsai oleh komunikator (sumber) dan bukan dari komunikan
(penerima pesan). Seorang komunikator dapat melakukan persuasi dengan baik jika
dia dapat memanfaatkan dua taktik untuk mencapai tujuannya, antara lain :
taktik intensify, yakni komunikator melakukan peningkatan kualitas dan
kuantitas pesan sehingga dapat menghasilkan pengaruh tertentu yang meliputi
repetisi, asosiasi, komposisi. Disambung dengan taktik downplay yang merupakan
teknik untuk menurunkan kualitas maupun kuantitas pesan sehingga mendapat
pengaruh yang terdiri atas omisi, diversi, dan konfusi.
Taktik
Persuasi terdiri atas :
Taktik intensify (meningkatkan kualitas
dan kuantitas pesan):
·
Repetition
·
Association
·
Composition
Taktik downplay (menurunkan kualitas
atau kuantitas pesan):
·
Omission
·
Diversion
·
Confusion
PERANAN KOMUNIKATOR BERDASARKAN RETORIKA
;
Menurut Aristoteles, perbedaan cara
berpikir dan bertindak dapat dipersatukan melalui retorika yang dalam
praktiknya tergantung dari bagaimana menerapkan jenis kemampuan untuk
mengungkapkan pendapat, yaitu: ethos, pathos, dan logos
4.Ethos
Komunikan akan dipengaruhi oleh seorang
pembicara hanya karena dia menampilkan diri sebagai seorang yang dilihat dan
dirasakan audiens sebagai orang:
–
Intelligence
–
Character
–
Goodwill
·
Pathos
Komunikator mampu menampilkan daya tarik
emosional sehingga mampu membangkitkan perasaan komunikan. Kemampuan ini
ditunjukkan oleh manipulasi:
–
Making
calming – anger
–
Love
– hate
–
Fear
– confidence
–
Shame
– shamelessness
–
Indignation
– envy
–
Admiration
– envy
·
Logos
Komunikator secara intelek mengatakan
sesuatu secara rasional dan argumentatif. Logos meliputi:
–
Invention
–
Arrangement
–
Style
–
Memory
–
Delivery
4.
Mengelola
pesan dalam komunikasi kesehatan
Dalam ilmu komunikasi, yang dimaksud dengan
komunikasi verbal tidak hanya lisan namun meliputi komunikasi lisan dan
tertulis. Karena bahasa dapat disampaikan secara lisan atau tulisan maka
komunikasi verbal didefinisikan sebagai komunikasi yang menggunakan bahasa
lisan maupun tertulis. Dengan kata lain, dapat diungkapkan bahwa komunikasi
verbal merupakan proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan
dengan menggunakan bahasa secara lisan atau tulisan. Dalam komunikasi lisan
atau tulisan terdapat komunikasi sebagai pembicara atau penulis, dan komunikan
sebagai pendengar atau pembaca. Melalui komunikasi lisan atau tuliasan seorang
pembicara atau penulis tentu berharap apa yang disampaikannya dapat dipahami
secara tepat oleh pendengar atau pernbaca sesuai dengan maksud pembicara atau
penulis.
Komunikasi
nonverbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang paling mendasar dalam
komunikasi. Selain menggunakan kata-kata, ketika berkomunikasi digunakan pula
gerakan-gerakan tubuh atau lebih dikenal dengan bahasa isyarat atau body
language. Pesan yang disampaikan dalam komunikasi nonverbal berbeda dengan
komunikasi verbal. Pesan yang disampaikan dalam komunikasi verbal biasanya
berlangsung secara terencana dan tersusun dengan teratur, sedangkan komunikasi
nonverbal terjadi secara spontan dan bersifat alami serta tidak pernah
direncanakan terlebih dahalu. Sebagai contoh, ketika seseorang mengatakan
“sebaiknya berkas laporan ini disimpan di dalam lemari!”, maka orang yang
bersangkutan dengan sadar telah mempunyai tujuan tertentu. Berbeda halnya dalam
komunikasi nonverbal, seseorang sering melakukannya dengan tidak sadar. Sebagai
contoh, seseorang menggaruk-garuk kepala, padahal tidak gatal, hal ini
berlangsung tidak sengaja atau bersifat otomatis (menggaruk-garuk kepala
merupakan ekspresi ketidakpahaman atas sesuatu hal).
A. SIMBOL
PESAN KOMUNIKASI NON VERBAL
1.
1. Kinesik
Kinesik
adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasa isyarat
tubuh atau anggota tubuh. perhatikan bahwa para penyuluh kesehatan tidak saja
menggunakan kata-kata verbal tetapi juga memperkuat pesan-pesan itu dengan
bahasa isyarat. Beberapa jenis kinesik atau bentuk isyarat tubuh antara lain :
a. Gesture
Bahasa
isyarat yang ditampilkan oleh gerakan anggota tubuh. Seorang komunikator
kesehatan mungkin memaksudkan acungan jempol ke bawah artinya kegagalan.
b. Ekspresi
Wajah
Banyak
orang memahami informasi dari orang lain hanya karena mereka memandang ekspresi
wajah orang tersebut.
c. Bersalaman
atau hand shake
Bersalaman
merupakan sesuatu yang lazim dilakukan ketika bertemu seseorang. Perbedaan
budaya dari audiens akan memberikan makna yang berbeda atas salaman tersebut.
d. Kontak
Mata
Kontak
mata merupakan simbol non verbal yang sangat penting dalam beberapa kebudayaan
namun tidak begitu penting bagi kebudayaan lain. Misalnya : Penyuluhan
kesehatan yang dilakukan di pedesaan NTT, maka perlu di ingat bahwa komunikan
lebih suka mendengarkan sambil melakukan kontak mata. Hal ini berbeda dengan
orang Jawa, yang lebih mengutamakan telinga untuk mendengar daripada mata untuk
menatap komunikator.
2. Proksemik
Proksemik
adalah komunikasi non verbal yang ditunjukkan dengan ruang dan jarak antara
individu dengan orang lain. Proksemik dibagi atas:
a. Proksemik
Jarak
Proksemik
jarak merupakan bahasa sebagai simbol komunikasi yang paling sensitif. Contoh:
jarak sahabat, jarak keluarga, jarak sosial, jarak pribadi, dll. Umumnya jarak
fisik menunjukkan pula kedekatan psikologis dan sosiologis dengan lawan bicara.
b. Proksemik
Ruang
Proksemik
ruang yang dimaksud dalam komunikasi non verbal dimana situasi ruang/tempat
untuk mempengaruhi dalam berkomunikasi. Contoh:
- Ukuran
ruang.
Ukuran
ruang yang kecil dengan audiens yang sangat banyak, pesan bisa tidak
tersampaikan karena audien tidak nyaman ruangan penuh sesak.
- Hawa/udara
dalam ruang. Hawa ruangan yang panas hanya membuat audiens gaduh dan kepanasan
sehingga tidak konsentrasi dalam pemberian informasi.
- Warna.
Warna ruangan yang gelap hanya membuat audiens tidur sehingga tidak
mendengarkan komunikator dalam penyampaian pesan.
- Pencahayaan.
Pencahayaan di dalam suatu ruang komunkasi seperti rapat, proses belajar
mengajar baiknya membuat semangat komunikan, yaitu gunakan warna-warna yang
lembut seperti putih, kream, dll
c. Proksemik
Waktu
Waktu
menggambarkan sebuah peristiwa yang dapat memberikan makna tertentu, maksud dan
tujuan tertentu. Bahasa waktu meliputi simbol:
- Kebiasaan
orang Jepang harus datang terlebih dahulu 10 menit sebelum acara dimulai.
- Orang
Indonesia? Tidak on time atau terlambat sudah menjadi kebiasaan.
3. Haptik
Haptik
(sentuhan) adalah ilmu mengaplikasikan sensasi sentuhan ke dalam interaksi
manusia. Haptik berasal dari bahasa Yunani haptesthai yang artinya
‘menyentuh’. Haptik sering kali disebut zero proxemics, artinya
tidak ada lagi jarak di antara dua orang ketika berkomunikasi.
Atas
dasar itulah maka ada ahli komunikasi non verbal yang mengatakan haptik itu
sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus dan mencubit. Haptik
mengomunikasikan relasi anda dengan seseorang. Liliweri (2008) menjelaskan
bahwa, Haptik ditentukan oleh tiga faktor berikut:
a. Derajat
atraksi dan kesukaan.
Anda
lebih cenderung atau suka memegang seseorang atau suatu objek yang Anda sukai,
Anda pun lebih suka memegang atau mengambil suatu barang yang menarik.
Sebaliknya, Anda akan menjauhkan diri dari objek atau orang yang tidak disukai
atau yang tidak menarik.
b. Derajat
kekeluargaan/ kekerabatan
Anda
juga lebih sering menghiraukan jarak fisik dengan seseorang yang sangat dekat
dengan Anda, yang dianggap sebagai anggota keluarga atau sahabat karib. Karena
kedekatan psikologis itulah, maka Anda lebih berani mencubit, menepuk lengan
dan bahu, mencium dahi atau pipi.
c. Kekuasaan
dan status.
Haptik
juga ditentukan oleh faktor kekuasaan dan status, misalnya hubungan antara
atasan dan bawahan. Mereka yang tergolong pada kelompok atasan sering
menghindari diri dari pegangan bawahannya.
4. Paralinguistik
Paralinguistik
meliputi setiap penggunaan suara hingga bermanfaat kalau kita hendak mengintepretasikan
simbol verbal.
Contoh:
orang Mung Thai mirip dengan orang Yogyakarta dimana mereka tidang
mengungkapkan kemarahannya dengan suara yang keras. Mengkritik orang lain tidak
diungkapkan dengan langsung tetapi dengan anekdot. Ini berbeda dengan orang
Timur, orang Batak yang mengungkapkan sesuatu dengan suara yang keras.
5. Artifak
Dalam
komunikasi kesehatan kita tidak mengartikan artifak dalam studi arkeologi.
Dalam komunikasi non verbal dengan berbagai benda material disekitar kita akan
menampilkan pesan tatkala dipergunakan. Contoh mobil, sepeda motor, pakaian,
gadget, dll. Dalam situasi sosial, benda-benda tersebut akan memberikan pesan
kepada orang yang melihatnya. Semakin mahal mobil yang digunakan maka semakin
tinggi status sosial orang itu sehingga cara berkomunikasi pun menjadi berbeda.
6. Logo
dan Warna
Menurut
Liliweri (2006) kreasi para perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan
merupakan karya komunikasi bisnis, namun model kerja ini juga dapat
diterapkan dilalam komunikasi kesehatan.
Bentuk
logo umumnya berukuran kecil dengan pilihan bentuk, warna dan huruf yang
mengandung visi dan misi organisasi.
Berikut
ini ada beberapa unsur yang patut diperhatikan ketika kita menciptakan logo:
a. Penggunaan
warna
Warna
berkaitan dengan budaya audiens. Oleh karena itu, jika kita memilih warna yang
salah akan memperngaruhi penerimaan pesan oleh komunikan/audiens. Arti warna
yang berlaku di masyarakat pada umumnya:
- Hitam
identik dengan warna berkabung
- Putih
identik dengan warna berduka/suci/bersih/ketulusan
- Ungu
identik dengan penantian dan harapan
- Merah
identik dengan keberanian/bahaya/amarah
- Kuning
identik dengan kecemburuan
b. Ukuran
Ukuran
logo dapat disesuaikan dengan kepentingan. Jika logo tersebut untuk luar ruang
buatlan yang cukup besar karena diharapkan logo itu dapat dilihat oleh
orang-orang yang akan melihatnya.
c. Multimedia
Kini
dengan teknologi komputer dan pemanfaatan software yang sesuai cukup mudah dan
cepat dalam membuat/mendesign logo yang dibutuhkan.
d. Animasi
Animasi
adalah proses kerja perancang untuk membuat variasi-variasi atas simbol/logo.
Animasi baiknya menunjang isi pesan dalam media yang kita buat.
7. Tampilan
Fisik
Kita
sering menilai seseorang dari tampilan fisik lawan bicara kita, seperti warna
kulitnya, ukuran tubuhnya, dll. Ingat, keutamaan dari informasi kesehatan
adalah persuasif yang artinya bagaimana kita merancang pesan sedemikian rupa
sehingga mampu mempengaruhi orang lain agar mereka dapat mengetahui informasi,
menikmati informasi yang disebarluaskan oleh sumber informasi.
PENUTUP
A.Kesimpulan
1.
Konteks Komunikasi
Komunikasi tidak berlangsung dalam ruang hampa-sosial, melainkan
dalam konteks atau situasi tertentu. Secara luas konteks di sini berarti semua
faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi,Indikator paling umum untuk
mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya atau tingkatannya adalah jumlah
peserta yang terlibat dalam komunikasi dan Konteks-konteks
tersebut antara lain : Komunikasi Intrapribadi,antarpribadi,kelompok,public,organisasi,massa
dan lainnya.
2. Komunikasi
Kesehatan
Komunikasi kesehatan meliputi penelitian dan penggunaan strategi
komunikasi untuk menginformasikan dan mempengaruhi pengetahuan, sikap dan
praktik individu dan masyarakat terkait kesehatan dan perawatan kesehatan.
3. Peranan
Komunikator dalam komunikasi kesehatan
Komunikator adalah
sumber, pengirim, atau pihak yang mengambil prakarsa untuk berkomunikasi dengan
pihak lain,Komunikator yang menetapkan peranan dari seluruh unsur proses
komunikasi ,Komunikator harus mampu mengembangkan diri sebagai penyebar pesan,
memanipulasi pesan, memilih media, menganalisis audiens agar pesan-pesan dapat
mempengaruhi warga masyarakat
.
4. Mengelola
pesan dalam komunikasi kesehatan
komunikasi
verbal merupakan proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan
dengan menggunakan bahasa secara lisan atau tulisan, Komunikasi nonverbal
merupakan salah satu bentuk komunikasi yang paling mendasar dalam komunikasi.
Selain menggunakan kata-kata, ketika berkomunikasi digunakan pula gerakan-gerakan
tubuh atau lebih dikenal dengan bahasa isyarat atau body language
DAFTAR
PUSTAKA
·
Mulyana,
Deddy. 2009. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
·
http://belajar-ilmukomunikasi.blogspot.com/2015/09/konteks-konteks-komunikas.html
·
http://eprints.umm.ac.id/37920/3/jiptummpp-gdl-alfionitaa-47462-3-babii.pdf
·
https://www.scribd.com/doc/23669100/Komunikator-Dalam-Komunikasi-Kesehatan
·
http://irmaprasetya.blogspot.com/2014/10/peranan-komunikator-dalam-komunikasi.html
·
http://trianapuji98.blogspot.com/2018/11/pengelolaan-pesan-dalam-komunikasi.html
0 comments:
Posting Komentar