MAKALAH
PEMERIKSAAN
FISIKA URINE
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia Klinik
DEBY RIZKIKA PUTRI
(1613353013)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS PROGRAM SARJANA TERAPAN
DAFTAR
ISI
DAFTAR ISI -1-
BAB 1 (PENDAHULUAN) -2-
1 .1.LATAR
BELAKANG -2-
1. 2.RUMUSAN
MASALAH -2-
1. 3.TUJUAN
-3-
BAB 2 (ISI) -4-
2.1. WARNA -4-
2.2 KEJERNIHAN -5-
2.3. BERAT JENIS -6-
2.4. BAU -7-
BAB 3 (PENUTUP) -8-
3.1 KESIMPULAN -8-
DAFTAR PUSTAKA -9-
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.LATAR
BELAKANG
Saat ini sangat banyak penyakit-penyakit yang ada di masyarakat dan
menajdi kekhawatiran bagi masyarakat, seperti halnya penyakit jantung, hati,
lambung, ginjal dan organ-organ lain. Pada hal ini kita akan membahas yang berkaitan
dengan ginjal yaitu cairan yang sering digunakan sebagai sample pemeriksaan
yaitu urine.
Urine yang pada umumnya tidak
dibutuhkan oleh manusia ternyata sangat bermanfaat dalam kepentingan medis
karena dapat memberikan informasi dengan cepat dan mudah, pada urine ada
beberapa pemeriksaan yang dilakukan yang salah satunya adalah pemeriksaan fisik
urine. Pemeriksaan ini menunjukan beberapa parameter dan mempunyai korelasi
dengan klinik karena dapat mengindikasikan suatu penyakit.
Oleh karena itu penulis sangat
tertarik untuk membuat makalah ini selain juga karena makalah ini merupakan
salah satu tugas dari mata kuliah Kimia Klinik.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
a. a. Bagaimana
pemeriksaan normal dan abnormal urine dari parameter warna dan korelasi dengan
klinik?
b. Bagaimana
pemeriksaan normal dan abnormal urine dari parameter kejernihan dan korelasi
dengan klinik?
c. Bagaimana
pemeriksaan normal dan abnormal urine dari parameter berat jenis dan korelasi
dengan klinik?
d. Bagaimana
pemeriksaan normal dan abnormal urine dari parameter bau dan korelasi dengan
klinik?
1.3.TUJUAN
b. Memberikan pemahaman tentang pemeriksaan normal dan abnormal urine dari parameter kejernihan dan korelasi dengan klinik.
c. Memberikan pemahaman tentang pemeriksaan normal dan abnormal urine dari parameter berat jenis dan korelasi dengan klinik.
d. Memberikan pemahaman tentang pemeriksaan normal dan abnormal urine dari parameter bau dan korelasi dengan klinik.
BAB
2
ISI
2.1.
WARNA
Memperhatikan warna urine bermakna
karena kadang-kadang didapat kelainan yang berarti untuk klinik. Nyatakanlah
warna urine dengan perkataan seperti: tidak berwarna, kuning muda, kuning,
kuning tua, kuning bercampur merah, merah bercampur kuning, merah, coklat
kuning bercampur hijau, putih serupa susu, dsb. Biasanya warna normal urine
berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna itu disebabkan oleh beberapa
macam zat warna, terutama urochrome dan urobilin.
Perlu
diketahui warna urine normal pada umumnya berwarna kuning muda sampai kuning
tua. Beberapa sebab warna urine:
a. Kuning
-
Zat warna normal dalam jumlah besar:
urobilin, urochrome.
-
Zat warna abnormal: bilirubin
(disebabkan karena adanya gangguan fungsi hati).
-
Obat-obatan dan diagnostika: santonin, PSP, riboflavin (dengan flourosensi
hijau). Santonin dan PSP berwarna kuning dalam lingkungan asam.
b. Hijau
-
Obat-obatan dan diagnostika: methylene
blue, Evan’s blue
-
Kuman-kuman: Ps. Aeruginosa
c. Merah
-
Zat warna normal dalam jumlah besar:
uroerythrin.
-
Zat warna abnormal: hemoglobin,
porfirin, porfobilin.
-
Obat-obatan dan diagnostika: santonin,
PSP, amidopyrin, congored, BSP.
-
Kuman-kuman: B. Prodigiosus
d. Coklat
-
Zat warna normal dalam jumlah besar:
urobilin.
-
Zat warna abnormal: bilirubin, hematin,
porfobilin.
e. Coklat
tua atau hitam
-
Zat warna abnormal: alkapton, melamin.
-
Obat-obat: derivat-derivat fenol,
argyrol.
f. Serupa
susu
-
Zat warna normal dalam jumlah besar:
fosfat urat.
-
Zat abnormal: pus, getah prostat, chylus,
zat-zat lemak, bakteri-bakteri, protein yang membeku.
2.2.
KEJERNIHAN
Nyatakanlah pendapat dengan
pernyataan seperti: jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Penting untuk
menentukan apakah urine itu telah keruh pada waktu dikeluarkan atau pada waktu
kemudian, yaitu jika dibiarkan. Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal.
Urine normal pun akan menjadi agak keruh jika dibiarkan atau didinginkan.
Kekeruhan ringan itu disebut nubecula dan terjadi dari lendir, sel-sel epitel
dan leukosit yang lambat laun mengendap.
Pada
umumnya urine normal itu jernih, tapi ini merupakan sebab-sebab urine keruh
dari mula-mula:
a. Fosfat
amorf dan dankarbonat dalam jumlah besar. Mungkin terjadi saat seseorang sudah
makan banyak. Sedimen mengandung banyak kristal fosfat dan karbonat.
b. Bakteri-bakteri.
Kekeruhan yang disebabkan oleh kuman tidak bisa dilakukan dengan cara filtrasi
atau pemusingan biasa tetapi harus dipulas gram dan pembiakan sediment.
c. Unsur-unsur
sedimen dalam jumlah besar:
-
Eritrosit-sritrosit yang menyebabkan
urine menjadi keruh dan berwarna serupa air daging. Adanya dibenarkan dengan
pemeriksaan sediment.
-
Leukosit-leukosit, terjadi karena adanya
infeksi.
-
Sel-sel epitel.
d. Chylus
dan lemak.urin keruh menyerupai susu encer.
e. Benda-benda
koloid
2.3.
BERAT JENIS
Penetapan berat jenis urine biasanya
cukup diteliti menggunakan urinometer. Apabila sering melakukan penetapan berat
jenis dengan contoh urine yang volumenya kecil, sebaiknya memakai refraktometer
untuk tujuan itu.
Berat jenis urine sangat erat berhubungan
dengan diuresis, makin besar diuresis maka makin rendah berat jenis dan
sebaliknya. Berat jenis urin 24 jam dari orang normal biasanya berkisar antara
1,016-1,022. Sedangkan batas normal urine sewaktu adalah 1,003-1,030. Tingginya
berat jenis urine memberi kesan tentang pekatnya urine, jadi bertalian dengan
faalpemekat ginjal. Berat jenis yang lebih dari 1,030 memberi isyarat akan
kemungkinan glukosuria, hati-hati juga memeriksa urine dari pasien yang baru
disuntik obat diagnostikrontgen guna memperlihatkan ginjal, berat jenis urine
menjadi sangat tinggi.
Konsentrasi urine paling tinggi
dalam contoh urine pertama dipadi hari (urine sepanjang malam), dan paling
rendah dalam contoh urine 1 jam setelah minum banyak cairan. Fiksasi berat
jenis pada kira-kira 1,010 atau osmolalitas kira-kira 300mmol/l, menjadi nilai
plasma bebas protein, timbul pada penyakit ginjal kronis yang berat. Biasanya
gangguan-gangguan yang berhubungan dengan oliguria menghasilkan urine yang
pekat. Poliuria cenderung membentuk urine berkonsentrasi rendah. Pada diabetes
melitis ada poliuria dengan konsentrasiurine tinggi: bahkan bila berat jenis
urine telah dikoreksi terhadap warna glukosa berat jenis urine tetap tinggi
karena konsebtrasi garam-garam yang meningkat dalam urine. Suatu koreksi harus
juga diterapkan bila interpretasi berat jenis urine disertai proteinuria yang
jelas, sedangkan protein mempunyai efek yang tak penting terhadap osmolalitas.
Oliguria dengan berat jenis rendah (setelah koreksi untuk proteinuria) dan osomolalitas
timbul pada nekrosis tubhulus akut karena tubulus-tubulus tidak
mengkonsentrasikan filtrat glomerulus dalam jumlah yang terbatas.
2.4.
BAU
Meskipun tidak disebut sebagai
pemeriksaan penyaring, baik selalu diperhatikan dan dilaporkan jika ada bau abnormal.
Dalam hal ini pun harus dibedakan bau yang dari semula ada dari bau yang
terjadi dalam urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Biasanya hanya bau yang dari
semula ada yang bermakna.
Bau urin yang normal disebabkan
untuk sebagian oleh asam-asam organik yang mudah menguap. Bau normal urin
adalah berbau seperti ureum, berikut adalah bau yang berlainan dari bau urin
normal:
a. Oleh
makanan mengandung zat-zat atsiri, seperti jengkol, petai, durian, dll. Mudah
dapat dikenal dan bau itu ada dari semula.
b. Oleh
obat-obatan seperti: terpentin, menthol, dsb. Telah ada dalam urine segar.
c. Bau
amoniak oleh perombakan bakteriil dari ureum. Biasanya terjadi dengan urine
yang dibiarkan tanpa pengawet: reaksi urin menjadi lindi. Kadang-kadang juga
oleh perombakan ureum didalam kantong kencing oleh infeksi dengan bakteri
tertentu.
d. Bau
pada ketonuria: bau itu ada dari semula dan menyerupai buah-buahan atau bunga
setengah layu.
e. Bau
busuk. Kalau ada dari mula-mula mungkin berasal dari perombakan zat-zat
protein, umpamanya pada carsinoma dalam saluran kencing. Mungkin pula terjadi
oleh pembusukan urine yang mengandung banyak protein di luar badan.
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Jadi pemeriksaan fisik urine
mempunyai beberapa parameter yaitu warna, kejernihan, berat jenis dan bau,
semuanya mempunyai nilai-nilai normal dan abnormal seperti yang telah
dijelaskan pada bab isi. Semua parameter mempunyai korelasi dengan klinik
tentang apa yang menyebabkan perubahan parameter-parameter tersebut. Ternyata
untuk pemeriksaan rutin bisa dilakukan dengan hal yang paling sederhana yaitu
dengan pemeriksaan fisik ini, karena urine merupakan bahan pemeriksaan yang
paling mudah didapat dan memberikan informasi yang banyak.
DAFTAR
PUSTAKA
D.N Baron. Kapita
Selekta Patologi Klinik. Edisi 4. EGC, 1990.
R. Gandasoebrata.
Penuntun Laboratorium Klinik. DIAN RAKYAT, 1999.